
BPS menilai fenomena 'rojali' indikasikan masyarakat menahan konsumsi, terutama kelas menengah bawah. Survei Susenas 2025 menunjukkan kecenderungan menahan konsumsi, namun belum berdampak signifikan pada kemiskinan. 'Rojali' lebih berdampak pada kelompok menengah ke atas. APPBI menyatakan 'rojali' disebabkan penurunan daya beli, dengan kunjungan meningkat namun belanja tidak sebanding, sehingga pertumbuhan omzet pusat belanja di bawah 10 persen.
๐ Fakta Utama 'Rojali'
- Badan Pusat Statistik (BPS) menilai fenomena 'rojali' (rombongan jarang beli) sebagai indikasi masyarakat menahan konsumsi.
- Fenomena 'rojali' berpotensi menjadi penanda awal tekanan ekonomi, terutama bagi kelas menengah bawah.
- Ketua Umum APPBI, Alphonsus Widjaja, menyatakan 'rojali' tahun ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah.
- Meskipun kunjungan ke pusat perbelanjaan meningkat, peningkatan belanja tidak sebanding dengan jumlah pengunjung.
๐ Implikasi Ekonomi & Survei
- BPS mencatat bahwa dampak 'rojali' lebih terasa pada kelompok menengah ke atas, meskipun awalnya diindikasikan sebagai tekanan bagi menengah bawah.
- Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2025 menunjukkan kecenderungan masyarakat menahan konsumsi, meskipun belum dapat disimpulkan berpengaruh pada kemiskinan.
- APPBI memproyeksikan pertumbuhan omzet pusat belanja tahun ini akan positif namun di bawah 10 persen.
- BPS belum melakukan survei khusus mengenai 'rojali', namun mengamati dampaknya melalui data konsumsi yang ada.
Apa yang dimaksud dengan fenomena 'rojali'?
Fenomena 'rojali' adalah singkatan dari 'rombongan jarang beli'. Istilah ini merujuk pada kondisi di mana masyarakat cenderung menahan konsumsi atau mengurangi pengeluaran, meskipun mereka mungkin tetap mengunjungi tempat-tempat perbelanjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) menilai fenomena ini sebagai indikasi awal bahwa masyarakat sedang menahan konsumsi, yang berpotensi menjadi penanda tekanan ekonomi.
Siapa saja pihak yang mengamati fenomena 'rojali' ini?
Fenomena 'rojali' ini diamati oleh beberapa pihak, di antaranya:
- Badan Pusat Statistik (BPS): BPS menilai 'rojali' sebagai indikasi masyarakat menahan konsumsi dan potensi penanda awal tekanan ekonomi.
- Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI): Ketua Umum APPBI, Alphonsus Widjaja, juga mengamati fenomena ini, terutama terkait dengan penurunan daya beli masyarakat dan dampaknya pada pusat perbelanjaan.
Apa penyebab utama fenomena 'rojali' menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI)?
Menurut Ketua Umum APPBI, Alphonsus Widjaja, penyebab utama fenomena 'rojali' pada tahun ini adalah penurunan daya beli masyarakat. Penurunan ini terutama dirasakan oleh kelas menengah ke bawah. Meskipun kunjungan ke pusat perbelanjaan mungkin meningkat, peningkatan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan aktivitas belanja, menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak melihat-lihat daripada membeli.
Bagaimana BPS menilai dampak fenomena 'rojali' terhadap kondisi ekonomi?
BPS menilai fenomena 'rojali' sebagai indikasi masyarakat menahan konsumsi. Hal ini berpotensi menjadi penanda awal tekanan ekonomi, khususnya bagi kelas menengah bawah. Meskipun demikian, BPS belum dapat menyimpulkan secara pasti bahwa fenomena ini sudah berpengaruh pada tingkat kemiskinan. BPS juga mencatat bahwa dampak 'rojali' lebih terasa pada kelompok menengah ke atas.
Apakah fenomena 'rojali' berdampak pada semua lapisan masyarakat?
Berdasarkan pengamatan, dampak fenomena 'rojali' tidak merata pada semua lapisan masyarakat.
- Menurut BPS, 'rojali' lebih berdampak pada kelompok menengah ke atas.
- Namun, APPBI berpendapat bahwa 'rojali' tahun ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah.
Ini menunjukkan adanya perspektif yang sedikit berbeda mengenai kelompok yang paling terpengaruh, namun intinya adalah adanya penahanan konsumsi di berbagai segmen masyarakat.
Apakah BPS sudah melakukan survei khusus untuk fenomena 'rojali'?
BPS belum melakukan survei khusus tentang fenomena 'rojali' secara spesifik. Namun, data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2025 menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat untuk menahan konsumsi. Meskipun ada indikasi ini, BPS menyatakan bahwa belum dapat disimpulkan apakah kecenderungan tersebut sudah berpengaruh pada tingkat kemiskinan.
Bagaimana tren kunjungan dan belanja di pusat perbelanjaan terkait fenomena 'rojali'?
Ketua Umum APPBI, Alphonsus Widjaja, mengamati bahwa ada peningkatan kunjungan ke pusat perbelanjaan. Namun, peningkatan kunjungan ini tidak sebanding dengan peningkatan aktivitas belanja. Ini berarti banyak pengunjung yang datang hanya untuk melihat-lihat atau menghabiskan waktu tanpa melakukan pembelian yang signifikan, yang merupakan ciri khas dari fenomena 'rojali'.
Bagaimana perkiraan pertumbuhan omzet pusat belanja akibat fenomena 'rojali' ini?
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memperkirakan bahwa pertumbuhan omzet pusat belanja pada tahun ini akan tetap positif. Namun, pertumbuhan tersebut diperkirakan akan berada di bawah 10 persen. Angka ini menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan dibandingkan potensi yang seharusnya, yang diakibatkan oleh kecenderungan masyarakat untuk menahan konsumsi atau 'rojali'.
Masih Seputar ekonomi
Pemerintah Siapkan KUR Perumahan Rp130 Triliun, Target 3 Juta Rumah
44 menit yang lalu

Pemerintah Desak Harga Beras Sesuai Mutu, Siapkan Sanksi Tegas
sekitar 1 jam yang lalu

BPS Peringatkan: Fenomena 'Rojali' Sinyal Tekanan Ekonomi pada Konsumsi Masyarakat
sekitar 2 jam yang lalu

Penduduk Miskin Indonesia Turun ke 23,85 Juta, Jawa Tetap Terbanyak
sekitar 2 jam yang lalu

Bank Dunia: 194,6 Juta Penduduk RI Miskin, Beda Data dengan BPS
sekitar 3 jam yang lalu

Pemerintah Salurkan BPNT Tahap 3 2025, Cek Status Lewat Aplikasi Kemensos
sekitar 3 jam yang lalu

Konflik Thailand-Kamboja: Ekonom Soroti Potensi Gangguan Rantai Pasok dan Ekonomi RI
sekitar 4 jam yang lalu

Bapanas Minta Peritel Turunkan Harga Beras Premium Tak Sesuai Mutu
sekitar 4 jam yang lalu

DKI Jakarta Beri Insentif Pajak BBM Hingga 80% Mulai Juli 2025
sekitar 5 jam yang lalu

BPS: Angka Kemiskinan Turun ke 8,47%, Pengangguran Terendah Sejak 1998
sekitar 5 jam yang lalu

BPS: Kemiskinan Perkotaan Naik 0,07% pada Maret 2025, Dipicu Pengangguran dan Harga Pangan
sekitar 6 jam yang lalu

Berita Terbaru

Transfer Data RI-AS: DPR Khawatir Privasi, Pemerintah Jamin Keamanan

KLH Segel 4 Perusahaan, Tutup 1 Pabrik Sawit Terkait Karhutla Riau

5 Cara Cek Data Pribadi Bocor, Cegah Penipuan dan Pembobolan Rekening

PBB: Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari, Krisis Kelaparan Memburuk

Prancis Akan Akui Palestina September, Kanada Beri Sinyal Dukungan di Tengah Kecaman AS-Israel
Trending

Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Memanas: 14 Tewas, 100 Ribu Mengungsi

Bentrokan Perbatasan Thailand-Kamboja Tewaskan 12 Orang, PBB Gelar Rapat Darurat

Kamboja-Thailand Saling Serang di Perbatasan, Jet Tempur Dikerahkan di Tengah Ketegangan Diplomatik

Presiden Perintahkan Usut Tuntas Dugaan Beras Oplosan Food Station, Kejagung Dalami Korupsi

Semifinal Piala AFF U-23: Indonesia U-23 Hadapi Thailand di GBK, Antara Kritik dan Keunggulan
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.