Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Memanas: 14 Tewas, 100 Ribu Mengungsi

Akar sejarah perselisihan perbatasan antara Thailand dan Kamboja sangat dalam dan kompleks:

• Peta tahun 1907: Perselisihan bermula dari interpretasi peta yang dibuat pada era kolonial Prancis tahun 1907, yang menjadi dasar klaim wilayah oleh kedua negara. Peta ini seringkali menjadi sumber ketidaksepakatan mengenai garis perbatasan yang tepat.
• Kedaulatan Kuil Preah Vihear: Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kedaulatan Kuil Preah Vihear diberikan kepada Kamboja. Namun, wilayah di sekitar kuil tersebut masih menjadi sumber ketegangan dan klaim tumpang tindih, menyebabkan konflik berulang.

Kedua faktor ini menciptakan zona perbatasan yang tidak jelas dan sering menjadi pemicu konflik bersenjata.

Pertempuran meluas ke setidaknya enam wilayah perbatasan. Beberapa area yang secara spesifik disebutkan terdampak adalah:

• Distrik Nam Yuen, Provinsi Ubon Ratchathani (Thailand), tempat insiden ranjau darat terjadi.
• Wilayah dekat Kuil Ta Moan Thom di perbatasan provinsi Oddar Meanchey (Kamboja), yang menjadi titik sengketa wilayah.
• Provinsi Sisaket (Thailand), di mana Rumah Sakit Kantharalak ditutup sementara akibat bentrokan.

Dampak konflik ini juga menyebabkan lebih dari 100 ribu warga sipil Thailand mengungsi dari empat provinsi perbatasan, menunjukkan bahwa area terdampak cukup luas di sepanjang garis perbatasan kedua negara.

Dalam konflik ini, kedua belah pihak dilaporkan menggunakan berbagai jenis persenjataan dan melancarkan serangan:

• Senjata kecil
• Artileri
• Roket

Thailand juga melancarkan serangan udara dengan jet F-16 untuk menyerang target militer di wilayah Kamboja. Meskipun Angkatan Udara Thailand membantah laporan bahwa F-16 mereka ditembak jatuh, Kamboja mengecam serangan udara tersebut sebagai "agresi militer brutal" dan menuduh jet tempur Thailand menjatuhkan bom di wilayahnya. Thailand sendiri menuduh Kamboja menyerang tanpa memilih target, menyebabkan banyak warga sipil menjadi korban.

Konflik ini menimbulkan dampak kemanusiaan yang signifikan bagi kedua belah pihak:

• Korban Jiwa dan Luka:
  • Di pihak Thailand, jumlah korban tewas meningkat menjadi 14 orang, terdiri dari 13 warga sipil dan satu tentara. Laporan sebelumnya menyebut 12 korban tewas.
  • Sebanyak 14 tentara dan 32 warga sipil Thailand dilaporkan terluka, dengan sumber lain menyebut 24 warga sipil dan 7 personel militer terluka.
  • Kamboja belum memberikan pernyataan resmi terkait jumlah korban jiwa di pihak mereka.
• Pengungsian:
  • Lebih dari 100 ribu warga sipil Thailand mengungsi dari empat provinsi perbatasan ke hampir 300 tempat penampungan sementara.
  • Sekitar 40.000 warga sipil dievakuasi dari 86 desa di dekat perbatasan, dengan Penjabat Perdana Menteri Thailand memerintahkan evakuasi hingga 50 kilometer dari lokasi pertempuran.
  • Ratusan penduduk desa di Kamboja juga mengungsi ke daerah yang lebih aman.
• Fasilitas Kesehatan: Rumah Sakit Kantharalak di Provinsi Sisaket, Thailand, ditutup sementara dan 170 pasien dievakuasi akibat bentrokan. Kementerian Kesehatan Thailand mengutuk serangan terhadap rumah sakit sebagai kejahatan perang dan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.

Komunitas internasional telah merespons konflik ini dengan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan mencari solusi damai:

• Amerika Serikat: Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, mendesak Kamboja dan Thailand untuk segera mengakhiri konflik dan menyerukan perlindungan bagi warga sipil.
• ASEAN (Malaysia sebagai Ketua 2025): Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, telah menghubungi PM Kamboja Hun Manet dan Pemangku PM Thailand Phumtham Wechayachai untuk mendorong gencatan senjata, dialog damai, dan penyelesaian diplomatik. Anwar Ibrahim menyambut baik isyarat positif dari kedua negara dan menawarkan bantuan Malaysia dalam memfasilitasi proses perdamaian.
• Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): Sekretaris Jenderal PBB juga mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan menyelesaikan masalah melalui dialog.

Sikap kedua negara menunjukkan ketegangan yang masih tinggi dan belum ada kesepakatan untuk berunding:

• Thailand: Menolak berunding dengan Kamboja sampai pertempuran berakhir. Ini menunjukkan bahwa Thailand memprioritaskan penghentian agresi militer sebelum memulai dialog diplomatik.
• Kamboja: Belum ada pernyataan eksplisit mengenai kesediaan berunding, namun mereka mengecam keras serangan udara Thailand sebagai "agresi militer brutal".

Selain itu, Thailand telah menutup perbatasan darat dan mendesak warganya untuk meninggalkan Kamboja, sementara Kamboja menghentikan impor barang tertentu dari Thailand. Langkah-langkah ini menunjukkan dampak ekonomi dan ketegangan yang masih berlangsung di antara kedua negara.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok dan Phnom Penh telah mengeluarkan imbauan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Thailand dan Kamboja terkait konflik ini:

• Meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi keamanan.
• Tetap tenang dan tidak panik.
• Menghindari perjalanan ke wilayah perbatasan yang rawan konflik.
• Melakukan lapor diri kepada KBRI setempat sebagai bentuk perlindungan proaktif. Lapor diri ini penting agar KBRI dapat memantau keberadaan WNI dan memberikan bantuan atau informasi terkini jika diperlukan dalam situasi darurat.