PM China Li Qiang Usulkan Organisasi Global untuk Kerja Sama AI

Langsung Tanya AI Gratis

Pertanyaan

image cover
schedule

Tanggal Publikasi

26 Jul 2025
account_circle
newspaper

Artikel Terkait

1 artikel

Perdana Menteri China, Li Qiang, mengusulkan pembentukan organisasi global untuk mendorong kerja sama dalam kecerdasan buatan (AI). Ia menekankan perlunya koordinasi antar negara untuk membentuk kerangka kerja AI yang diakui secara global. Li memperingatkan bahwa AI dapat menjadi 'permainan eksklusif' bagi beberapa negara dan menyoroti tantangan seperti kekurangan pasokan chip AI. China ingin berbagi pengalaman dan produk AI dengan negara lain, terutama di Global South.

💡 Fakta Utama

  • Perdana Menteri China Li Qiang mengusulkan pembentukan organisasi kerja sama global untuk mendorong pengembangan dan tata kelola kecerdasan buatan (AI).
  • Tujuan utama adalah untuk membentuk kerangka kerja AI yang diakui secara global melalui koordinasi antar negara.
  • Usulan ini disampaikan dalam pidatonya di Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) tahunan di Shanghai.
  • Li Qiang menekankan bahwa AI adalah mesin pertumbuhan baru yang penting bagi masa depan.

⚠️ Tantangan & Rasionalisasi

  • Tata kelola AI saat ini masih terfragmentasi, menghambat potensi penuh teknologi ini.
  • Ada kekhawatiran bahwa AI dapat menjadi 'permainan eksklusif' bagi segelintir negara dan perusahaan.
  • Tantangan signifikan termasuk kekurangan pasokan chip AI dan pembatasan dalam pertukaran bakat.
  • Koordinasi global diperlukan untuk mengatasi hambatan ini dan memastikan akses yang lebih merata terhadap AI.

🇨🇳 Visi China

  • China berkeinginan untuk berbagi pengalaman dan produk pengembangan AI-nya dengan negara lain.
  • Fokus utama pembagian ini adalah kepada negara-negara di Global South.
  • WAIC adalah acara yang disponsori pemerintah, menarik lebih dari 800 perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan industri.

Apa usulan utama dari Perdana Menteri China Li Qiang terkait AI?

keyboard_arrow_down

Perdana Menteri China Li Qiang mengusulkan pembentukan sebuah organisasi baru untuk mendorong kerja sama global dalam bidang Kecerdasan Buatan (AI). Usulan ini menekankan pentingnya koordinasi antar negara untuk membentuk kerangka kerja AI yang diakui secara global. Tujuannya adalah untuk mengatasi fragmentasi dalam tata kelola AI saat ini dan memastikan bahwa pengembangan serta pemanfaatan AI dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan inklusif bagi seluruh dunia, bukan hanya segelintir negara atau perusahaan.

Usulan ini mencerminkan pandangan bahwa AI, meskipun merupakan mesin pertumbuhan baru, memerlukan pendekatan terpadu dan kolaboratif untuk mengelola potensi risiko dan memaksimalkan peluangnya secara adil. Ini juga menunjukkan keinginan China untuk berperan aktif dalam membentuk masa depan tata kelola AI global.

Di mana usulan ini disampaikan?

keyboard_arrow_down

Usulan penting ini disampaikan oleh Perdana Menteri Li Qiang di Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) yang diselenggarakan di Shanghai. WAIC adalah acara tahunan yang disponsori pemerintah China, berfungsi sebagai platform utama bagi para pemangku kepentingan di industri AI untuk berkumpul, berdiskusi, dan memamerkan inovasi terbaru.

Pemilihan WAIC sebagai tempat penyampaian usulan ini menunjukkan bahwa China menggunakan forum internasional yang relevan untuk menyuarakan visinya tentang tata kelola AI global dan mengundang partisipasi dari komunitas AI internasional.

Mengapa Perdana Menteri Li Qiang menganggap penting kerja sama global dalam AI?

keyboard_arrow_down

Perdana Menteri Li Qiang menganggap kerja sama global dalam AI sangat penting karena beberapa alasan mendasar:

  • AI sebagai Mesin Pertumbuhan Baru: AI diakui sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan inovasi di masa depan. Untuk memaksimalkan potensi ini secara global, diperlukan upaya kolektif.
  • Tata Kelola AI yang Terfragmentasi: Saat ini, tata kelola AI masih sangat terfragmentasi, dengan berbagai negara dan entitas mengembangkan regulasi dan standar mereka sendiri. Fragmentasi ini dapat menghambat inovasi, menciptakan ketidakpastian hukum, dan memperlebar kesenjangan digital.
  • Risiko "Permainan Eksklusif": Li Qiang memperingatkan bahwa AI dapat menjadi "permainan eksklusif" bagi beberapa negara atau perusahaan saja. Ini berarti manfaat AI mungkin tidak tersebar merata, dan negara-negara berkembang atau yang kurang maju dapat tertinggal. Kerja sama global bertujuan untuk mencegah monopoli dan memastikan akses yang lebih luas.
  • Mengatasi Tantangan Bersama: Ada tantangan global yang terkait dengan AI, seperti kekurangan pasokan chip AI dan pembatasan pertukaran bakat. Tantangan ini tidak dapat diatasi oleh satu negara saja dan memerlukan solusi kolaboratif.

Secara keseluruhan, usulan ini mencerminkan pandangan bahwa masa depan AI harus dibangun di atas fondasi kolaborasi, inklusivitas, dan tata kelola yang terkoordinasi untuk menghindari polarisasi dan memaksimalkan potensi transformatif AI bagi seluruh umat manusia.

Apa saja tantangan yang diidentifikasi terkait pengembangan dan tata kelola AI saat ini?

keyboard_arrow_down

Perdana Menteri Li Qiang mengidentifikasi beberapa tantangan krusial yang menghambat pengembangan dan tata kelola AI yang efektif secara global:

  • Tata Kelola AI yang Terfragmentasi: Ini adalah masalah utama, di mana tidak ada kerangka kerja atau standar global yang seragam untuk mengatur pengembangan dan penerapan AI. Setiap negara atau wilayah cenderung mengembangkan aturannya sendiri, yang dapat menyebabkan inkonsistensi, hambatan perdagangan, dan kesulitan dalam kolaborasi lintas batas.
  • Risiko AI Menjadi "Permainan Eksklusif": Ada kekhawatiran bahwa teknologi AI yang canggih dan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangannya (seperti chip AI dan talenta) terkonsentrasi pada segelintir negara atau perusahaan. Hal ini berpotensi menciptakan kesenjangan digital yang lebih besar, di mana hanya pihak-pihak tertentu yang dapat menuai manfaat penuh dari AI, sementara yang lain tertinggal.
  • Kekurangan Pasokan Chip AI: Chip AI adalah komponen fundamental untuk pengembangan dan operasional sistem AI. Keterbatasan pasokan global, seringkali diperparah oleh ketegangan geopolitik dan pembatasan ekspor, menjadi hambatan signifikan bagi inovasi dan adopsi AI di banyak negara.
  • Pembatasan Pertukaran Bakat: Mobilitas dan kolaborasi antar peneliti dan insinyur AI lintas negara seringkali terhambat oleh berbagai pembatasan, termasuk visa, regulasi, dan ketegangan politik. Padahal, pertukaran bakat sangat penting untuk mempercepat inovasi dan penyebaran pengetahuan AI secara global.

Tantangan-tantangan ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih terkoordinasi dan inklusif untuk memastikan bahwa AI dapat berkembang secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat bagi semua.

Bagaimana pandangan China mengenai berbagi pengalaman dan produk AI?

keyboard_arrow_down

China memiliki pandangan yang proaktif dan inklusif mengenai berbagi pengalaman dan produk AI-nya. Perdana Menteri Li Qiang secara eksplisit menyatakan bahwa China ingin berbagi pengalaman dan produk pengembangan AI-nya dengan negara lain, terutama di Global South (negara-negara berkembang).

Pandangan ini menunjukkan beberapa hal:

  • Komitmen terhadap Inklusivitas: China menyadari potensi kesenjangan digital dan ingin membantu negara-negara berkembang untuk juga mendapatkan manfaat dari kemajuan AI. Ini bisa berarti transfer teknologi, pelatihan, atau kolaborasi dalam proyek-proyek AI.
  • Membangun Jembatan Kerja Sama: Dengan berbagi, China berupaya membangun hubungan yang lebih kuat dan menciptakan ekosistem AI global yang lebih terhubung dan saling mendukung, terutama dengan negara-negara yang mungkin memiliki sumber daya atau keahlian AI yang lebih terbatas.
  • Meningkatkan Pengaruh Global: Melalui inisiatif berbagi ini, China juga dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam pengembangan AI dan mempromosikan standar serta praktik AI yang sejalan dengan visinya.

Pendekatan ini kontras dengan kekhawatiran bahwa AI akan menjadi "permainan eksklusif," menunjukkan upaya China untuk mempromosikan distribusi manfaat AI yang lebih merata.

Apa itu Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC)?

keyboard_arrow_down

Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) adalah acara tahunan bergengsi yang disponsori oleh pemerintah China dan diselenggarakan di Shanghai. WAIC berfungsi sebagai salah satu platform global terkemuka untuk diskusi, kolaborasi, dan pameran inovasi di bidang kecerdasan buatan.

Tujuan utama WAIC adalah untuk:

  • Menyatukan para pemimpin industri, pejabat pemerintah, peneliti, dan investor dari seluruh dunia.
  • Membahas tren terbaru, tantangan, dan peluang dalam pengembangan AI.
  • Mempromosikan pertukaran ide dan kolaborasi internasional dalam penelitian dan aplikasi AI.
  • Memamerkan produk dan solusi AI mutakhir dari berbagai perusahaan.

Sebagai acara yang disponsori pemerintah, WAIC juga menjadi ajang bagi China untuk menunjukkan kemajuan AI-nya dan mengkomunikasikan visinya tentang masa depan teknologi ini kepada audiens global.

Siapa saja yang berpartisipasi dalam WAIC?

keyboard_arrow_down

WAIC menarik partisipasi luas dari berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem AI global. Peserta utamanya meliputi:

  • Pelaku Industri: Perusahaan teknologi besar maupun startup yang bergerak di bidang AI, mulai dari pengembang perangkat lunak hingga produsen perangkat keras.
  • Pejabat Pemerintah: Perwakilan dari berbagai negara dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas kebijakan teknologi, regulasi, dan strategi pengembangan AI.
  • Peneliti: Ilmuwan dan akademisi dari universitas dan lembaga penelitian terkemuka yang mempresentasikan penemuan dan terobosan terbaru dalam AI.
  • Investor: Perusahaan modal ventura, investor malaikat, dan lembaga keuangan yang mencari peluang investasi di sektor AI yang berkembang pesat.

Kehadiran beragam pihak ini menjadikan WAIC forum yang komprehensif untuk membahas AI dari berbagai perspektif, mulai dari inovasi teknis hingga implikasi kebijakan dan investasi.

Berapa banyak perusahaan yang berpartisipasi dalam WAIC tahun ini?

keyboard_arrow_down

Dalam Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) tahun ini, lebih dari 800 perusahaan berpartisipasi. Angka ini menunjukkan skala dan pentingnya acara tersebut sebagai platform global untuk industri AI.

Partisipasi yang masif dari ratusan perusahaan ini mencerminkan:

  • Daya Tarik WAIC: Konferensi ini dianggap sebagai ajang penting bagi perusahaan untuk memamerkan inovasi mereka, menjalin kemitraan, dan mengikuti perkembangan terbaru di industri AI.
  • Pertumbuhan Industri AI: Jumlah perusahaan yang besar juga mengindikasikan pertumbuhan pesat dan diversifikasi dalam sektor AI secara global, dengan banyak pemain baru yang muncul dan perusahaan yang sudah ada memperluas fokus mereka ke AI.
  • Peluang Jaringan dan Bisnis: Bagi perusahaan, WAIC menawarkan kesempatan unik untuk berinteraksi dengan calon pelanggan, mitra, investor, dan talenta, yang semuanya penting untuk pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis di bidang AI.

Data ini menggarisbawahi vitalitas ekosistem AI dan peran WAIC sebagai katalisator bagi kolaborasi dan inovasi.

Apa tujuan utama dari pembentukan organisasi kerja sama AI global yang diusulkan?

keyboard_arrow_down

Tujuan utama dari pembentukan organisasi kerja sama AI global yang diusulkan oleh Perdana Menteri Li Qiang adalah untuk mendorong koordinasi antar negara dalam membentuk kerangka kerja AI yang diakui secara global. Secara lebih rinci, tujuan ini mencakup:

  • Mengatasi Fragmentasi Tata Kelola: Menciptakan standar, norma, dan pedoman yang seragam untuk pengembangan dan penerapan AI, sehingga mengurangi kebingungan dan hambatan yang disebabkan oleh regulasi yang berbeda-beda di setiap negara.
  • Mencegah Monopoli dan Inklusivitas: Memastikan bahwa AI tidak menjadi "permainan eksklusif" bagi segelintir negara atau perusahaan, melainkan dapat diakses dan dimanfaatkan secara adil oleh semua pihak, termasuk negara-negara berkembang. Ini melibatkan fasilitasi berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya.
  • Menyelesaikan Tantangan Bersama: Menyediakan platform untuk mengatasi masalah global terkait AI, seperti kekurangan pasokan chip, pembatasan pertukaran bakat, dan isu-isu etika atau keamanan yang melampaui batas negara.
  • Mendorong Inovasi Bertanggung Jawab: Membangun konsensus internasional tentang pengembangan AI yang etis, aman, dan bertanggung jawab, yang mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Secara keseluruhan, organisasi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan global yang lebih kohesif dan kolaboratif untuk pengembangan AI, memaksimalkan manfaatnya sambil memitigasi risiko, dan memastikan bahwa AI berfungsi sebagai kekuatan untuk kebaikan global.

Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.

Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!

Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.

Lamar sekarang