
BPS menyoroti fenomena "Rojali" (rombongan jarang beli) sebagai indikasi tekanan ekonomi. Data Susenas Maret 2025 menunjukkan masyarakat menahan pengeluaran. BPS mengingatkan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah, tidak hanya fokus pada penurunan angka kemiskinan. Fenomena ini menjadi sinyal penting bagi pembuat kebijakan untuk memperhatikan ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga.
๐ Fakta Utama
- Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti fenomena "Rojali" (rombongan jarang beli) di pusat perbelanjaan sebagai indikasi tekanan ekonomi pada kelompok masyarakat rentan.
- Fenomena "Rojali" menandakan adanya kehati-hatian dalam konsumsi yang meluas hingga kelompok atas, meskipun tidak secara langsung mencerminkan kemiskinan.
- Data Susenas Maret 2025 menunjukkan bahwa berbagai lapisan masyarakat mulai menahan diri dalam pengeluaran.
๐ก Implikasi Ekonomi
- BPS mengingatkan pemerintah untuk tidak hanya fokus pada penurunan angka kemiskinan, tetapi juga menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah.
- Fenomena "Rojali" menjadi pengingat akan potensi perlambatan ekonomi jika kelas menengah mulai mengurangi konsumsi.
- Ini adalah sinyal penting bagi pembuat kebijakan untuk memperhatikan ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga.
Apa yang dimaksud dengan fenomena "Rojali"?
Fenomena "Rojali" adalah singkatan dari "rombongan jarang beli". Ini merujuk pada perilaku konsumen di pusat perbelanjaan di mana sekelompok orang datang dan melihat-lihat barang, namun jarang melakukan pembelian. Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti fenomena ini sebagai indikasi adanya tekanan ekonomi.
Siapa yang menyoroti fenomena "Rojali" ini sebagai indikasi tekanan ekonomi?
Fenomena "Rojali" ini secara khusus disoroti oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS mengidentifikasinya sebagai salah satu indikator yang menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.
Apa indikasi utama dari fenomena "Rojali" terhadap kondisi ekonomi masyarakat?
Fenomena "Rojali" mengindikasikan beberapa hal penting terkait kondisi ekonomi:
- Tekanan Ekonomi: Ini menunjukkan adanya tekanan ekonomi, terutama pada kelompok masyarakat yang rentan.
- Kehati-hatian Konsumsi: Perilaku ini mencerminkan kehati-hatian yang meluas dalam konsumsi, bahkan hingga ke kelompok masyarakat kelas atas. Meskipun tidak secara langsung berarti kemiskinan, ini menandakan adanya penahanan diri dalam pengeluaran.
Apakah ada data yang mendukung adanya penahanan diri dalam pengeluaran oleh masyarakat?
Ya, ada data yang mendukung hal tersebut. Data Susenas Maret 2025 menunjukkan bahwa berbagai lapisan masyarakat mulai menahan diri dalam pengeluaran. Ini memperkuat temuan BPS mengenai fenomena "Rojali" dan mengindikasikan tren konsumsi yang lebih hati-hati di seluruh segmen masyarakat.
Mengapa pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada fenomena "Rojali"?
Pemerintah perlu memperhatikan fenomena "Rojali" karena beberapa alasan krusial:
- Daya Beli Masyarakat: Fenomena ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah untuk tidak hanya berfokus pada penurunan angka kemiskinan, tetapi juga menjaga daya beli masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah.
- Potensi Perlambatan Ekonomi: Jika kelas menengah mulai mengurangi konsumsi secara signifikan, hal ini berpotensi menyebabkan perlambatan ekonomi secara keseluruhan. Konsumsi rumah tangga merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi.
Rekomendasi apa yang diberikan BPS kepada pemerintah terkait fenomena ini?
BPS merekomendasikan agar pemerintah tidak hanya terpaku pada upaya penurunan angka kemiskinan. Lebih dari itu, pemerintah juga harus menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah. Rekomendasi ini menekankan pentingnya kebijakan yang memastikan stabilitas konsumsi di seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas pada perekonomian.
Apa dampak jangka panjang yang mungkin terjadi jika kelas menengah terus mengurangi konsumsi akibat fenomena "Rojali"?
Jika kelas menengah terus mengurangi konsumsi, dampak jangka panjang yang mungkin terjadi adalah potensi perlambatan ekonomi. Kelas menengah memiliki kontribusi signifikan terhadap konsumsi domestik. Penurunan konsumsi dari kelompok ini dapat mengurangi permintaan agregat, yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, mempengaruhi sektor bisnis, dan berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
Apa sinyal penting yang diberikan fenomena "Rojali" bagi pembuat kebijakan?
Fenomena "Rojali" menjadi sinyal penting bagi pembuat kebijakan untuk:
- Memperhatikan Ketahanan Konsumsi: Kebijakan harus difokuskan pada upaya menjaga dan meningkatkan ketahanan konsumsi masyarakat.
- Stabilitas Ekonomi Rumah Tangga: Penting untuk memastikan stabilitas ekonomi rumah tangga, yang mencakup pendapatan, pengeluaran, dan kemampuan menabung, agar mereka memiliki kepercayaan diri untuk terus berkonsumsi.
Masih Seputar ekonomi
Gubernur Sumut Hadiahi Bebas Cicilan Kredit Setahun untuk UMKM di Festival Tapanuli Utara
sekitar 2 jam yang lalu

Prabowo Prihatin Sampah Bantar Gebang Setinggi 20 Lantai, Pemerintah Percepat PSEL
sekitar 2 jam yang lalu

Kimia Farma Perluas Akses Kesehatan, Suplai Obat ke 93 Kopdes Merah Putih
sekitar 3 jam yang lalu

Pemerintah Targetkan Hapus Kemiskinan Ekstrem, 23,85 Juta Jiwa Terdampak
sekitar 3 jam yang lalu

Djarum Tunda Rokok Elektrik, Incar Produk Superior di Tengah Tantangan Pasar dan Rokok Ilegal
sekitar 4 jam yang lalu

AirAsia Luncurkan Rute Langsung KL-Kuching ke Pontianak, Bidik Wisatawan RI
sekitar 4 jam yang lalu

Hutama Karya Tetapkan Tarif Tol Padang-Sicincin, Berlaku Segera
sekitar 5 jam yang lalu

BPS: Penduduk Miskin Indonesia Turun 200 Ribu Jiwa, Jawa Tetap Terbanyak
sekitar 5 jam yang lalu

Ritel Rugi Akibat Beras Oplosan, Aprindo Desak Pemerintah Bertindak Tegas
sekitar 6 jam yang lalu

Pemerintah Tiadakan Seleksi CPNS 2025, Fokus Rekrutmen PPPK di Tiga Instansi
sekitar 6 jam yang lalu

Bansos PKH Tahap 3 Cair: Cek Status Penerima Online Lewat HP
sekitar 7 jam yang lalu

Berita Terbaru

Media Vietnam Waspadai Taktik "Aneh" Vanenburg di Final Piala AFF U-23

Pengamat Vietnam Soroti Ketajaman U-23 Jelang Final Lawan Indonesia

Prabowo Kumpulkan 82 Profesional Muda Lulusan Fellowship, Bahas Ekonomi dan Teknologi

Kejagung Cekal Dua Bos Sugar Group Terkait TPPU Eks Pejabat MA

Kemenparekraf: Musik Daerah Ambon Pacu Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Trending

Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Memanas: 14 Tewas, 100 Ribu Mengungsi

Bentrokan Perbatasan Thailand-Kamboja Tewaskan 12 Orang, PBB Gelar Rapat Darurat

Kamboja-Thailand Saling Serang di Perbatasan, Jet Tempur Dikerahkan di Tengah Ketegangan Diplomatik

Semifinal Piala AFF U-23: Indonesia U-23 Hadapi Thailand di GBK, Antara Kritik dan Keunggulan

Negosiasi Transfer Data RI-AS Berlanjut, Kekhawatiran Privasi dan Bisnis Lokal Mencuat
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.