/photo/2024/10/11/2608238471.jpg&output=webp&q=30&default=https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/703x0/filters:watermark(file/2017/cms/img/watermark.png,-0,0,0)/photo/2024/10/11/2608238471.jpg)
Mensesneg menyatakan penurunan kemiskinan 200 ribu jiwa adalah hasil kerja keras pemerintah, namun menargetkan kemiskinan 0 persen. Pemerintah mengajak semua pihak berperan aktif dan terus menciptakan lapangan kerja. Data BPS menunjukkan kesenjangan kemiskinan desa-kota. Fenomena "rojali" dan "rohana" di pusat perbelanjaan mengindikasikan tekanan ekonomi, dengan kelompok atas mulai menahan konsumsi. Ekonom menyarankan pemilik mall mengubah konsep ke sektor F&B. BPS menekankan perlunya mengamati kelas sosial yang mengalami fenomena "rojali".
๐ Penurunan Kemiskinan
- Pemerintah berhasil menurunkan angka kemiskinan sebanyak 200 ribu jiwa menjadi 23,85 juta per Maret 2025.
- Meskipun ada penurunan, pemerintah belum puas dan menargetkan kemiskinan 0 persen, terutama kemiskinan ekstrem di wilayah 3T.
- Pemerintah mengajak seluruh elemen masyarakat dan dunia usaha untuk berperan aktif dalam pengentasan kemiskinan.
- Upaya pemerintah juga akan terus difokuskan pada penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan.
๐ Fenomena Ekonomi
- Fenomena "rojali" (rombongan jarang beli) dan "rohana" (rombongan hanya nanya) di pusat perbelanjaan mengindikasikan tekanan ekonomi, bukan selalu kemiskinan.
- Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2025 menunjukkan bahwa kelompok atas mulai menahan konsumsi.
- Ekonom memprediksi fenomena "rojali" akan berlangsung jangka panjang.
- BPS menekankan pentingnya mengamati kelas sosial yang mengalami "rojali" untuk merumuskan regulasi yang tepat.
๐ Kesenjangan & Solusi
- Data BPS menunjukkan kesenjangan kemiskinan yang signifikan antara desa (11,03 persen) dan kota (6,73 persen).
- Kemiskinan di desa menurun 0,31 persen poin, sementara di kota justru naik 0,07 persen poin dibandingkan September 2024.
- Disarankan agar pemilik mall mengubah konsep ke sektor food & beverage (F&B) untuk menarik pengunjung di tengah fenomena "rojali".
Berapa jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini?
Berdasarkan data per Maret 2025, jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat sebanyak 23,85 juta jiwa. Angka ini menunjukkan penurunan sebanyak 200 ribu jiwa dibandingkan periode sebelumnya.
Apa target pemerintah terkait pengentasan kemiskinan?
Pemerintah Indonesia memiliki target ambisius untuk mencapai kemiskinan 0 persen. Target ini secara khusus difokuskan pada pengentasan kemiskinan ekstrem, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Bagaimana strategi pemerintah untuk mencapai target penurunan kemiskinan?
Untuk mencapai target penurunan kemiskinan, pemerintah akan terus berupaya menciptakan lapangan kerja. Selain itu, pemerintah juga mengajak seluruh elemen masyarakat dan dunia usaha untuk berperan aktif dan berkolaborasi dalam upaya pengentasan kemiskinan ini.
Bagaimana perbandingan tingkat kemiskinan antara wilayah desa dan kota?
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya kesenjangan tingkat kemiskinan antara wilayah desa dan kota:
- Di desa, tingkat kemiskinan mencapai 11,03 persen. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,31 persen poin dibandingkan data September 2024.
- Di kota, tingkat kemiskinan sebesar 6,73 persen. Namun, angka ini justru mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen poin dibandingkan September 2024.
Kesenjangan ini mengindikasikan bahwa tantangan pengentasan kemiskinan mungkin berbeda antara kedua wilayah tersebut.
Apa yang dimaksud dengan fenomena "rojali" dan "rohana" dalam konteks ekonomi?
Fenomena "rojali" (rombongan jarang beli) dan "rohana" (rombongan hanya nanya) merujuk pada perilaku konsumen di pusat perbelanjaan yang lebih banyak melihat-lihat atau bertanya tentang produk tanpa melakukan pembelian. Dalam konteks ekonomi, fenomena ini bisa menjadi indikasi adanya tekanan ekonomi yang membuat masyarakat menahan diri untuk berbelanja, meskipun mereka tetap mengunjungi pusat perbelanjaan.
Apakah fenomena "rojali" selalu menunjukkan kemiskinan?
Menurut Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, fenomena "rojali" tidak selalu mencerminkan kemiskinan. Ini bisa menjadi indikasi tekanan ekonomi yang dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2025 bahkan menunjukkan bahwa kelompok atas pun mulai menahan konsumsi, yang berarti fenomena ini tidak hanya terbatas pada kelompok berpenghasilan rendah.
Apa dampak fenomena "rojali" terhadap sektor bisnis, khususnya pusat perbelanjaan?
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, memprediksi bahwa fenomena "rojali" akan berlangsung dalam jangka panjang. Dampaknya terhadap sektor bisnis, khususnya pusat perbelanjaan, adalah penurunan transaksi penjualan barang. Untuk mengatasi hal ini, disarankan agar pemilik mall mengubah konsep mereka, misalnya dengan lebih fokus pada sektor food & beverage (F&B) untuk menarik pengunjung. BPS juga menekankan pentingnya mengamati kelas sosial mana yang mengalami fenomena "rojali" agar pemerintah dapat merumuskan regulasi yang tepat untuk mengatasi tekanan ekonomi ini.
Bagaimana peran masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pengentasan kemiskinan?
Pemerintah secara aktif mengajak seluruh elemen masyarakat dan dunia usaha untuk berperan aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan. Peran ini melengkapi dan mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja serta program-program pengentasan kemiskinan lainnya. Kolaborasi dari berbagai pihak diharapkan dapat mempercepat pencapaian target kemiskinan 0 persen.
Kapan data terbaru mengenai jumlah penduduk miskin dirilis?
Data terbaru mengenai jumlah penduduk miskin yang disebutkan dalam konteks ini adalah per Maret 2025. Data ini juga dibandingkan dengan kondisi pada September 2024 untuk menunjukkan tren penurunan atau kenaikan.
Masih Seputar ekonomi
BPS Peringatkan: Fenomena 'Rojali' Sinyal Tekanan Ekonomi pada Konsumsi Masyarakat
sekitar 1 jam yang lalu

Penduduk Miskin Indonesia Turun ke 23,85 Juta, Jawa Tetap Terbanyak
sekitar 1 jam yang lalu

Bank Dunia: 194,6 Juta Penduduk RI Miskin, Beda Data dengan BPS
sekitar 2 jam yang lalu

Pemerintah Salurkan BPNT Tahap 3 2025, Cek Status Lewat Aplikasi Kemensos
sekitar 2 jam yang lalu

Konflik Thailand-Kamboja: Ekonom Soroti Potensi Gangguan Rantai Pasok dan Ekonomi RI
sekitar 3 jam yang lalu

Bapanas Minta Peritel Turunkan Harga Beras Premium Tak Sesuai Mutu
sekitar 3 jam yang lalu

DKI Jakarta Beri Insentif Pajak BBM Hingga 80% Mulai Juli 2025
sekitar 4 jam yang lalu

BPS: Angka Kemiskinan Turun ke 8,47%, Pengangguran Terendah Sejak 1998
sekitar 4 jam yang lalu

BPS: Kemiskinan Perkotaan Naik 0,07% pada Maret 2025, Dipicu Pengangguran dan Harga Pangan
sekitar 5 jam yang lalu

Celios Peringatkan Potensi Gagal Bayar Rp 85,96 T Kopdes Merah Putih, Ancam PDB dan Pekerjaan
sekitar 5 jam yang lalu

Pemerintah Tegaskan Harga Beras Sesuai Kualitas, Klasifikasi Beras Dirombak
sekitar 17 jam yang lalu

Berita Terbaru

Transfer Data RI-AS: DPR Khawatir Privasi, Pemerintah Jamin Keamanan

KLH Segel 4 Perusahaan, Tutup 1 Pabrik Sawit Terkait Karhutla Riau

5 Cara Cek Data Pribadi Bocor, Cegah Penipuan dan Pembobolan Rekening

PBB: Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari, Krisis Kelaparan Memburuk

Prancis Akan Akui Palestina September, Kanada Beri Sinyal Dukungan di Tengah Kecaman AS-Israel
Trending

Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Memanas: 14 Tewas, 100 Ribu Mengungsi

Bentrokan Perbatasan Thailand-Kamboja Tewaskan 12 Orang, PBB Gelar Rapat Darurat

Kamboja-Thailand Saling Serang di Perbatasan, Jet Tempur Dikerahkan di Tengah Ketegangan Diplomatik

Presiden Perintahkan Usut Tuntas Dugaan Beras Oplosan Food Station, Kejagung Dalami Korupsi

Semifinal Piala AFF U-23: Indonesia U-23 Hadapi Thailand di GBK, Antara Kritik dan Keunggulan
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.