Apindo menyatakan dunia usaha nasional tertekan akibat tantangan ekonomi domestik dan global, berpotensi memicu gelombang PHK. Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menjelaskan bahwa aktivitas manufaktur menurun tajam dan ekspor melemah. Daya beli masyarakat menurun, sementara beban biaya produksi meningkat. Survei internal Apindo menunjukkan banyak perusahaan telah mengurangi tenaga kerja dan berencana melanjutkan efisiensi.
๐จ Fakta Utama
- Dunia usaha nasional menghadapi tekanan ekonomi berat, baik dari tantangan domestik maupun global.
- Tekanan ini berpotensi memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) lanjutan di Indonesia.
- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) secara resmi menyatakan kekhawatiran ini.
๐ Tantangan Ekonomi
- Aktivitas manufaktur di Indonesia menunjukkan penurunan tajam.
- Ekspor melemah signifikan, tercatat turun 7,53% pada kuartal I/2025.
- Konsumsi rumah tangga belum menunjukkan pemulihan yang berarti.
- Daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, mengalami penurunan.
- Beban biaya produksi, seperti energi dan bahan baku, meningkat di tengah nilai tukar yang fluktuatif.
๐ผ Respons Dunia Usaha
- Survei internal Apindo menunjukkan bahwa banyak perusahaan telah mengurangi tenaga kerja.
- Perusahaan-perusahaan tersebut juga berencana melanjutkan efisiensi operasional.
- Produktivitas tenaga kerja belum menunjukkan peningkatan signifikan.
Apa kekhawatiran utama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) saat ini?
Kekhawatiran utama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) adalah bahwa dunia usaha nasional sedang menghadapi tekanan berat akibat tantangan ekonomi domestik dan global. Kondisi ini berpotensi memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) lanjutan di berbagai sektor.
Siapa yang menyampaikan pernyataan mengenai kondisi dunia usaha ini?
Pernyataan mengenai kondisi dunia usaha dan potensi PHK lanjutan ini disampaikan oleh Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani.
Faktor-faktor ekonomi domestik apa saja yang menekan dunia usaha?
Menurut Apindo, beberapa faktor ekonomi domestik yang menekan dunia usaha meliputi:
- Penurunan aktivitas manufaktur yang tajam.
- Konsumsi rumah tangga yang belum pulih.
- Penurunan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.
- Produktivitas tenaga kerja yang belum signifikan.
Faktor-faktor ini secara kolektif menciptakan lingkungan yang sulit bagi operasional dan pertumbuhan bisnis di dalam negeri.
Bagaimana kondisi ekspor Indonesia pada kuartal I/2025 menurut Apindo?
Menurut Apindo, kondisi ekspor Indonesia menunjukkan pelemahan yang signifikan. Pada kuartal I/2025, ekspor melemah sebesar 7,53%. Penurunan ini mengindikasikan adanya tantangan dalam perdagangan internasional dan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia, yang berdampak langsung pada kinerja perusahaan berorientasi ekspor.
Selain ekspor, apa saja indikator ekonomi lain yang menunjukkan tekanan pada dunia usaha?
Selain pelemahan ekspor, indikator ekonomi lain yang menunjukkan tekanan pada dunia usaha meliputi:
- Penurunan tajam aktivitas manufaktur, yang mencerminkan perlambatan produksi.
- Konsumsi rumah tangga yang belum pulih, menandakan kurangnya dorongan dari sisi permintaan domestik.
- Penurunan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, yang mengurangi kemampuan belanja konsumen.
- Peningkatan beban biaya produksi, seperti energi dan bahan baku.
- Nilai tukar yang fluktuatif, menambah ketidakpastian biaya impor.
- Produktivitas tenaga kerja yang belum signifikan, yang dapat memengaruhi efisiensi operasional perusahaan.
Mengapa daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, menjadi perhatian?
Daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, menjadi perhatian karena penurunannya berdampak langsung pada konsumsi rumah tangga yang belum pulih. Konsumsi rumah tangga adalah salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi. Ketika daya beli menurun, masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran untuk barang dan jasa, yang pada gilirannya menekan penjualan dan pendapatan perusahaan. Hal ini menciptakan siklus negatif di mana perusahaan menghadapi penurunan permintaan, yang dapat memicu langkah-langkah efisiensi seperti pengurangan tenaga kerja.
Beban biaya produksi apa saja yang dihadapi perusahaan saat ini?
Perusahaan saat ini menghadapi peningkatan beban biaya produksi yang signifikan, terutama pada komponen energi dan bahan baku. Peningkatan biaya ini diperparah oleh nilai tukar rupiah yang fluktuatif, yang membuat harga impor bahan baku menjadi lebih mahal. Kondisi ini menekan margin keuntungan perusahaan dan memaksa mereka untuk mencari cara efisiensi, termasuk potensi pengurangan tenaga kerja.
Apa hasil survei internal Apindo terkait langkah efisiensi perusahaan?
Survei internal Apindo menunjukkan bahwa banyak perusahaan telah mengambil langkah-langkah efisiensi. Hasil survei tersebut secara spesifik mengungkapkan bahwa:
- Banyak perusahaan telah mengurangi tenaga kerja sebagai respons terhadap tekanan ekonomi.
- Banyak perusahaan berencana untuk melanjutkan efisiensi di masa mendatang, yang mengindikasikan bahwa gelombang PHK dan pengurangan biaya operasional kemungkinan akan terus berlanjut.
Ini mencerminkan kondisi sulit yang dihadapi dunia usaha dan upaya mereka untuk bertahan di tengah tantangan ekonomi.
Apa potensi dampak dari tekanan ekonomi ini terhadap ketenagakerjaan?
Potensi dampak dari tekanan ekonomi ini terhadap ketenagakerjaan sangat serius. Apindo secara eksplisit menyatakan bahwa kondisi ini berpotensi memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) lanjutan. Jika PHK terus berlanjut, hal ini akan menyebabkan peningkatan angka pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat, dan pada akhirnya akan memperburuk daya beli serta konsumsi rumah tangga. Dampak jangka panjangnya bisa berupa perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan peningkatan masalah sosial akibat pengangguran.
Masih Seputar ekonomi
BPS Tetapkan Garis Kemiskinan Rp 609 Ribu, Bank Dunia Angka Jauh Lebih Tinggi
sekitar 3 jam yang lalu

Kemenperin Siapkan Reformasi TKDN, Investasi Apple di RI Tetap On Track
sekitar 3 jam yang lalu

BPS: Beras dan Rokok Dominasi Pengeluaran Masyarakat Miskin RI
sekitar 4 jam yang lalu

Istana Khawatir Konflik Thailand-Kamboja Ganggu Impor Beras RI, Cadangan Fiskal Disiapkan
sekitar 4 jam yang lalu

Kesepakatan Tarif RI-AS: Harga Migas dan Pangan Diprediksi Turun, Ekspor RI Berpotensi Naik
sekitar 5 jam yang lalu

BPS: 23,85 Juta Penduduk Miskin Maret 2025, Standar Berbeda dengan Bank Dunia
sekitar 5 jam yang lalu

Indonesia-AS Sepakati Pemangkasan Tarif 19%, Harga Pangan dan Migas Diprediksi Turun
sekitar 6 jam yang lalu

Apindo: Kelas Menengah Indonesia Menyusut 9,5 Juta, Konsumsi Rumah Tangga Stagnan
sekitar 6 jam yang lalu
:quality(80)/https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2024/09/01/5d07bfc8-62bd-4b4e-9fbf-c22814e6add1_jpg.jpg&output=webp&q=30&default=https://assetd.kompas.id/tj087saG51dJbEK3hTfs7hAW4GU=/fit-in/1024x963/filters:format(webp):quality(80)/https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2024/09/01/5d07bfc8-62bd-4b4e-9fbf-c22814e6add1_jpg.jpg)
Rupiah Melemah di Tengah Negosiasi Tarif Global, KSSK Jaga Stabilitas Keuangan
sekitar 7 jam yang lalu

Rekor Terendah Kemiskinan Indonesia: BPS Catat 8,47%, Pakar Peringatkan Isu Struktural
sekitar 7 jam yang lalu

PPATK Blokir Rekening Dormant: Dana Nasabah Aman, Cegah Pencucian Uang
sekitar 8 jam yang lalu

Berita Terbaru

Tim Woodball Indonesia Juara Umum Malaysia Open 2025 dengan 6 Emas

Legislator Gerindra Desak Negara Tegas Usut Tuntas Perusakan Rumah Doa Padang Sarai

Indonesia Pimpin Diskusi Solusi Dua Negara Palestina di KTT PBB New York

Iklan Guess dengan Model AI di Vogue Picu Kontroversi Standar Kecantikan

Kemenkumham Tegaskan Wajib Bayar Royalti Musik Streaming di Ruang Komersial
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.