IPB Minta Pemerintah Hati-hati Isu Beras Oplosan, Sebut Blending Beras Lumrah

Langsung Tanya AI Gratis

Pertanyaan

image cover
schedule

Tanggal Publikasi

27 Jul 2025
account_circle
newspaper

Artikel Terkait

1 artikel

Guru Besar IPB, Prof. Dwi Andreas Santosa, mengimbau pemerintah berhati-hati membahas isu beras oplosan karena berkonotasi negatif. Menurutnya, pencampuran beras adalah hal wajar. Ia menyoroti kerugian triliunan rupiah akibat isu beras premium dicampur. Pemerintah disarankan mendengarkan berbagai pihak terkait keuntungan penggilingan padi yang dinilai tidak besar dengan HET yang berlaku.

⚠️ Peringatan Ahli

  • Prof. Dwi Andreas Santosa dari IPB meminta pemerintah untuk berhati-hati dalam mengulas isu beras oplosan karena istilah tersebut berkonotasi negatif.
  • Istilah 'beras oplosan' dapat menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat dan merugikan pelaku usaha beras.
  • Pencampuran atau 'blending' beras antarvarietas atau antara beras kepala dan beras patah adalah praktik yang lumrah dalam perdagangan beras.

💰 Dampak Ekonomi

  • Isu beras premium yang dicampur diperkirakan menyebabkan kerugian mencapai triliunan rupiah per tahun, yang perlu dikaji ulang.
  • Perhitungan kerugian tersebut dapat menyesatkan publik dan berpotensi merugikan industri perberasan nasional.
  • Keuntungan yang diperoleh penggilingan padi sebagai produsen beras dinilai tidak terlalu besar dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku saat ini.

🤝 Rekomendasi Kebijakan

  • Pemerintah disarankan untuk mendengarkan berbagai pihak terkait isu beras, termasuk petani dan penggilingan padi.
  • Penting bagi pemerintah untuk memahami fakta di lapangan mengenai praktik perdagangan beras dan struktur keuntungannya.
  • Kebijakan yang diambil harus didasarkan pada pemahaman komprehensif agar tidak merugikan rantai pasok beras nasional.

Apa isu utama yang disoroti oleh Prof. Dwi Andreas Santosa?

keyboard_arrow_down

Isu utama yang disoroti oleh Prof. Dwi Andreas Santosa adalah penggunaan istilah "beras oplosan" yang berkonotasi negatif dan dapat menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Beliau meminta pemerintah untuk berhati-hati dalam mengulas isu ini karena istilah tersebut dapat merusak citra dan menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha di sektor perberasan, padahal pencampuran beras adalah praktik yang lumrah.

Siapa Prof. Dwi Andreas Santosa?

keyboard_arrow_down

Prof. Dwi Andreas Santosa adalah seorang Guru Besar dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Beliau merupakan pakar di bidang pertanian yang memberikan pandangannya terkait isu perberasan di Indonesia, khususnya mengenai praktik pencampuran beras dan dampaknya terhadap industri.

Mengapa istilah "beras oplosan" perlu diwaspadai?

keyboard_arrow_down

Istilah "beras oplosan" perlu diwaspadai karena memiliki konotasi negatif yang kuat, seolah-olah mengacu pada praktik ilegal atau merugikan. Padahal, menurut Prof. Dwi Andreas Santosa, pencampuran beras adalah praktik yang lumrah dalam perdagangan beras. Penggunaan istilah yang tidak tepat dapat menyebabkan kesalahpahaman di masyarakat, merusak reputasi produsen, dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak perlu.

Apakah pencampuran beras merupakan praktik yang umum?

keyboard_arrow_down

Ya, menurut Prof. Dwi Andreas Santosa, pencampuran (blending) beras adalah praktik yang lumrah dan umum terjadi dalam perdagangan beras. Praktik ini dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti mencapai standar kualitas tertentu, mengoptimalkan penggunaan stok beras, atau memenuhi preferensi pasar.

Jenis pencampuran beras apa saja yang disebutkan?

keyboard_arrow_down

Prof. Dwi Andreas Santosa menyebutkan dua jenis pencampuran beras yang lumrah dilakukan dalam perdagangan:

  • Pencampuran antarvarietas: Mencampur beras dari varietas yang berbeda untuk mendapatkan karakteristik tertentu atau memenuhi standar kualitas.
  • Pencampuran antara beras kepala dan beras patah: Mencampur beras utuh (beras kepala) dengan beras yang pecah atau patah. Ini sering dilakukan untuk mencapai komposisi yang diinginkan atau mengoptimalkan nilai jual.

Kedua praktik ini adalah bagian dari proses standar dalam industri perberasan.

Berapa perkiraan kerugian akibat isu beras premium yang dicampur?

keyboard_arrow_down

Prof. Dwi Andreas Santosa menyoroti bahwa perhitungan kerugian akibat isu beras premium yang dicampur dapat mencapai triliunan rupiah per tahun. Angka ini menunjukkan potensi dampak ekonomi yang sangat besar jika isu ini tidak ditangani dengan hati-hati dan berdasarkan fakta yang akurat, yang bisa merugikan baik produsen maupun konsumen.

Bagaimana pandangan Prof. Dwi Andreas Santosa mengenai keuntungan penggilingan padi?

keyboard_arrow_down

Menurut Prof. Dwi Andreas Santosa, keuntungan yang diperoleh penggilingan padi sebagai produsen beras dinilai tidak terlalu besar, terutama dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku saat ini. Pandangan ini menunjukkan bahwa pelaku usaha di tingkat penggilingan padi mungkin menghadapi tantangan margin keuntungan yang ketat, sehingga perlu pemahaman yang lebih mendalam dari pemerintah mengenai kondisi ekonomi mereka.

Apa saran Prof. Dwi Andreas Santosa kepada pemerintah terkait isu ini?

keyboard_arrow_down

Prof. Dwi Andreas Santosa menyarankan pemerintah untuk:

  • Mendengarkan berbagai pihak: Penting untuk melibatkan dan mendengarkan pandangan dari berbagai pemangku kepentingan di sektor perberasan, termasuk petani, penggilingan, pedagang, dan ahli.
  • Memahami fakta di lapangan: Pemerintah perlu memiliki pemahaman yang komprehensif dan akurat mengenai kondisi riil di lapangan, termasuk praktik perdagangan beras dan struktur keuntungan pelaku usaha.

Saran ini bertujuan agar kebijakan yang diambil pemerintah didasarkan pada data dan informasi yang valid, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak perlu dan dapat mendukung keberlanjutan industri perberasan nasional.

Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.

Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!

Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.

Lamar sekarang