
Ketidakpastian global meningkat akibat tensi geopolitik dan kebijakan The Fed. Lembaga multilateral melemah, mirip situasi pra-Perang Dunia II. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025-2026 diturunkan. Konflik Israel-Iran jadi perhatian. Trump ancam tarif 10% ke BRICS, termasuk Indonesia, yang berpotensi membebani ekspor. Pasar modal terpengaruh, terjadi *capital outflow*, dan rupiah tertekan. Harga komoditas fluktuatif, memengaruhi berbagai sektor industri.
๐ Kondisi Geopolitik Global
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti peningkatan ketidakpastian global yang disebabkan oleh tensi geopolitik dan kebijakan bank sentral AS (The Fed).
- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan lembaga multilateral seperti WTO, PBB, IMF, dan Bank Dunia saat ini lemah dan kurang dihormati, menyerupai kondisi sebelum Perang Dunia II.
- Beberapa lembaga internasional seperti Bank Dunia dan OECD telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 dan 2026.
- IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global hanya 2,8 persen pada 2025 dan 3 persen pada 2026, sementara Bank Dunia memperkirakan 2,3 persen tahun ini dan 2,4 persen pada 2026.
- Konflik antara Israel dan Iran menjadi perhatian utama, meskipun tekanan terhadap pasar keuangan dan harga minyak telah mereda setelah gencatan senjata diberlakukan.
๐ฐ Ancaman BRICS dan Dolar AS
- Donald Trump menuduh BRICS berupaya mendegradasi dolar AS dan mengancam akan memberlakukan tarif 10 persen terhadap impor dari negara anggota BRICS.
- Trump menganggap hilangnya peran dolar sebagai mata uang cadangan dunia sebagai "perang besar".
- Ancaman ini muncul di tengah pertemuan puncak BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, di mana Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menolak ancaman tersebut.
- BRICS saat ini beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Iran, dan Indonesia.
- Jika tarif 10 persen diberlakukan, ekspor Indonesia akan terkena beban biaya tambahan.
๐ Dampak Ekonomi dan Pasar
- Kondisi geopolitik global yang memanas mendorong investor menjual saham dan beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi pemerintah.
- Hal ini menyebabkan capital outflow dari negara berkembang seperti Indonesia dan menekan nilai tukar rupiah.
- Perang juga memicu fluktuasi harga komoditas seperti minyak, gas, dan gandum.
- Kenaikan harga energi menguntungkan saham sektor energi tetapi membebani industri manufaktur.
- Depresiasi rupiah meningkatkan biaya impor dan beban utang perusahaan dalam dolar namun menguntungkan emiten dengan pendapatan ekspor dalam dolar.
- Indeks saham cenderung jatuh saat perang terjadi karena aksi jual yang mendominasi pasar.
Apa penyebab utama ketidakpastian ekonomi global saat ini?
Penyebab utama ketidakpastian ekonomi global saat ini adalah kombinasi dari beberapa faktor. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti peningkatan tensi geopolitik dan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) sebagai pemicu utama. Selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menambahkan bahwa melemahnya lembaga multilateral seperti WTO, PBB, IMF, dan Bank Dunia turut berkontribusi pada ketidakstabilan global, di mana negara-negara cenderung memaksakan kehendak sepihak.
Bagaimana kondisi lembaga multilateral global seperti WTO, PBB, IMF, dan Bank Dunia saat ini?
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, lembaga multilateral global seperti WTO, PBB, IMF, dan Bank Dunia saat ini berada dalam kondisi yang lemah dan kurang dihormati. Kondisi ini menyerupai situasi sebelum Perang Dunia II, di mana negara-negara cenderung memaksakan kehendak sepihak, yang pada akhirnya menyebabkan ketidakstabilan global.
Bagaimana proyeksi pertumbuhan ekonomi global menurut lembaga-lembaga internasional?
Beberapa lembaga internasional telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Berikut adalah rinciannya:
- Bank Dunia dan OECD: Keduanya telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 dan 2026.
- IMF: Memprediksi pertumbuhan ekonomi global hanya 2,8 persen pada tahun 2025 dan 3 persen pada tahun 2026.
- Bank Dunia: Memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,3 persen untuk tahun ini dan 2,4 persen pada tahun 2026.
Penurunan proyeksi ini mencerminkan kekhawatiran terhadap dampak ketidakpastian global.
Apa itu BRICS dan mengapa menjadi perhatian dalam konteks ekonomi global?
BRICS adalah kelompok negara yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Iran, dan Indonesia. Kelompok ini menjadi perhatian utama dalam konteks ekonomi global karena dituduh oleh Donald Trump berupaya mendegradasi dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia. Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif 10 persen terhadap impor dari negara anggota BRICS, yang ia sebut sebagai 'perang besar' jika peran dolar hilang.
Bagaimana ancaman tarif 10 persen oleh Donald Trump terhadap impor dari negara anggota BRICS dapat memengaruhi Indonesia?
Indonesia adalah salah satu negara anggota BRICS. Jika ancaman tarif 10 persen oleh Donald Trump diberlakukan terhadap impor dari negara anggota BRICS, ekspor Indonesia akan terkena beban biaya tambahan. Hal ini berpotensi mengurangi daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional dan dapat berdampak negatif pada neraca perdagangan.
Bagaimana ketidakpastian geopolitik global memengaruhi pasar modal dan nilai tukar rupiah di Indonesia?
Ketidakpastian geopolitik global memiliki dampak signifikan terhadap pasar modal dan nilai tukar rupiah di Indonesia. Kondisi ini mendorong investor untuk menjual saham dan beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas dan obligasi pemerintah. Akibatnya, terjadi capital outflow (arus modal keluar) dari negara berkembang seperti Indonesia, yang pada gilirannya menekan nilai tukar rupiah. Selain itu, indeks saham cenderung jatuh saat terjadi ketegangan geopolitik karena aksi jual yang mendominasi pasar.
Aset apa yang menjadi pilihan investor di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik?
Di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik, investor cenderung mencari aset yang dianggap aman (safe haven assets) untuk melindungi nilai investasi mereka. Aset-aset yang menjadi pilihan utama investor dalam kondisi ini adalah emas dan obligasi pemerintah. Emas sering dianggap sebagai penyimpan nilai yang stabil, sementara obligasi pemerintah, terutama dari negara-negara dengan ekonomi kuat, menawarkan keamanan dan imbal hasil yang relatif stabil.
Bagaimana fluktuasi harga komoditas akibat ketegangan geopolitik memengaruhi berbagai sektor ekonomi?
Fluktuasi harga komoditas akibat ketegangan geopolitik memengaruhi berbagai sektor ekonomi dengan cara yang berbeda:
- Sektor Energi: Kenaikan harga energi seperti minyak dan gas dapat menguntungkan saham-saham di sektor energi karena pendapatan mereka meningkat.
- Industri Manufaktur: Kenaikan harga energi dan bahan baku membebani industri manufaktur karena meningkatkan biaya produksi mereka.
- Perusahaan dengan Utang Dolar: Depresiasi rupiah meningkatkan beban utang perusahaan yang memiliki pinjaman dalam denominasi dolar AS karena mereka harus membayar lebih banyak rupiah untuk melunasi utang tersebut.
- Emiten dengan Pendapatan Ekspor: Depresiasi rupiah menguntungkan emiten (perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa) yang memiliki pendapatan ekspor dalam dolar AS, karena ketika dolar dikonversi ke rupiah, mereka menerima jumlah yang lebih besar.
Masih Seputar ekonomi
Bapanas Waspadai Beras Oplosan Dijual Premium, Konsumen Rugi Kualitas
sekitar 2 jam yang lalu

Penyaluran BSU Capai 82,69%, Kemenaker Ingatkan Waspada Penipuan Digital
sekitar 2 jam yang lalu

Trump Pangkas Tarif Impor RI Jadi 19%, Indonesia Beli Energi dan Pesawat AS
sekitar 2 jam yang lalu

BPS: Harga Beras Naik di 178 Daerah, Sumbang Inflasi Nasional
sekitar 5 jam yang lalu

Bandara Ngurah Rai Bali Tutup Dini Hari 10 Bulan untuk Perbaikan Runway
sekitar 5 jam yang lalu

Bapanas Kaji Kenaikan HET Beras Medium di Tengah Sorotan Mutu dan Oplosan
sekitar 5 jam yang lalu

Muhammadiyah Resmi Luncurkan Bank Syariah Matahari, Targetkan Jadi Bank Umum
sekitar 19 jam yang lalu

MSCI Perketat Aturan Indeks, BREN Prajogo Pangestu Tetap Berpeluang Masuk
sekitar 19 jam yang lalu

212 Merek Beras Oplosan Beredar, Pengawasan Pangan Dipertanyakan
sekitar 19 jam yang lalu

Pemerintah Luncurkan Kopdes Merah Putih 21 Juli, Siapkan KUR Rp 3 Miliar Bunga 6 Persen
sekitar 22 jam yang lalu

Harga Minyak Tertekan Ancaman Sanksi AS ke Rusia dan Tarif Impor Trump
sekitar 22 jam yang lalu

Berita Terbaru

Menkeu AS Sarankan Jerome Powell Mundur dari Dewan The Fed untuk Hindari Kebingungan Pasar

Inflasi Inti AS Juni Naik Tipis, Tarif Trump Dipertanyakan

Emmy ke-77: 'Severance' Unggul 27 Nominasi, Colin Farrell Raih Nominasi Perdana

Museum Bruce Lee di Hong Kong Tutup Permanen Akibat Masalah Keuangan

Musk Tolak Merger Tesla-xAI, Ajukan Voting Investasi Pemegang Saham
Trending

Kongres PSI di Solo: Pilih Ketum via E-vote, Luncurkan Logo Baru

Sekolah Rakyat Prabowo Targetkan 100 Titik, Perkuat Ideologi dan Entaskan Kemiskinan

Sekolah Rakyat Resmi Beroperasi 14 Juli, Sasar Puluhan Ribu Siswa Miskin

Justin Bieber Lunasi Utang Rp510 Miliar ke Mantan Manajer Scooter Braun

Diplomasi Prabowo di Eropa: Bahas IEU-CEPA dan Hadiri Parade Militer Prancis
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.