
Survei BI Juni 2025 menunjukkan pesimisme masyarakat terhadap lapangan kerja (IKLK 94,1), terutama pada usia di atas 60 dan 20-30 tahun. Walaupun IKE naik, ekspektasi penghasilan menurun, mendorong peningkatan rasio konsumsi (75,1%) dan penurunan tabungan (14,1%). Ekonom memperingatkan potensi PHK dan pengangguran, mendesak pemerintah memberikan stimulus daya beli.
๐ Fakta Utama Survei BI
- Survei Bank Indonesia Juni 2025 menunjukkan peningkatan pesimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi penghasilan.
- Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) berada di zona pesimis pada angka 94,1.
- Meskipun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) secara keseluruhan naik, pesimisme terhadap lapangan kerja tetap dominan.
๐ฅ Dampak Demografi
- Mayoritas kelompok usia dan pendidikan, kecuali Sarjana, menunjukkan pesimisme terhadap lapangan kerja.
- Kelompok usia di atas 60 tahun sangat pesimis dengan IKLK 64,3, sementara usia 20-30 tahun juga masuk zona pesimis.
- Kelompok usia 20-30 tahun juga menunjukkan penurunan optimisme terhadap Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ekspektasi Penghasilan.
๐ฐ Perilaku Konsumsi & Keuangan
- Rasio konsumsi terhadap pendapatan meningkat menjadi 75,1%.
- Proporsi pendapatan yang disimpan menurun menjadi 14,1%, sementara pembayaran cicilan stabil.
- Peningkatan konsumsi tanpa diimbangi tabungan menandakan masyarakat berjuang memenuhi kebutuhan dasar di tengah pendapatan stagnan atau menurun.
๐๏ธ Rekomendasi Kebijakan
- Ekonom menilai kondisi ini sebagai alarm bagi pemerintah terkait potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan peningkatan pengangguran.
- Pemerintah perlu merespons dengan stimulus yang menyasar daya beli masyarakat.
- Tujuannya adalah untuk mencegah penurunan pendapatan dan risiko masyarakat menengah turun kelas.
Apa temuan utama Survei Bank Indonesia (BI) pada Juni 2025?
Survei Bank Indonesia (BI) pada Juni 2025 menunjukkan bahwa masyarakat semakin pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi penghasilan. Meskipun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) secara keseluruhan naik, didukung oleh Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG), pesimisme terhadap lapangan kerja dan prospek penghasilan tetap menjadi sorotan utama.
Apa itu Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) dan bagaimana nilainya pada Juni 2025?
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) adalah indikator yang mengukur optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja. Nilai IKLK di bawah 100 menunjukkan adanya pesimisme. Pada Juni 2025, IKLK berada di zona pesimis, yaitu 94,1. Angka ini mengindikasikan bahwa masyarakat secara umum merasa sulit untuk menemukan pekerjaan atau prospek pekerjaan yang baik.
Kelompok usia dan pendidikan mana yang paling pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja?
Mayoritas kelompok usia dan pendidikan menunjukkan pesimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja, kecuali kelompok Sarjana. Kelompok yang paling pesimis meliputi:
- Kelompok usia di atas 60 tahun, dengan IKLK sangat rendah yaitu 64,3.
- Kelompok usia 20-30 tahun (usia awal kerja), yang juga masuk zona pesimis dengan IKLK 97,2.
Ini menunjukkan bahwa baik generasi muda yang baru memasuki pasar kerja maupun kelompok usia lanjut memiliki kekhawatiran serius tentang prospek pekerjaan.
Bagaimana ekspektasi penghasilan masyarakat menurut survei ini?
Survei menunjukkan adanya penurunan optimisme terhadap ekspektasi penghasilan di kalangan masyarakat. Secara khusus, kelompok usia 20-30 tahun, yang merupakan usia awal kerja, menurunkan optimisme mereka terhadap Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan. Penurunan ekspektasi ini mengindikasikan bahwa masyarakat tidak melihat adanya perbaikan signifikan dalam prospek ekonomi keluarga mereka di masa depan.
Bagaimana pola konsumsi dan tabungan masyarakat berubah berdasarkan survei?
Survei menunjukkan perubahan pola alokasi pendapatan masyarakat sebagai berikut:
- Rasio konsumsi terhadap pendapatan meningkat menjadi 75,1%.
- Proporsi pendapatan yang disimpan (tabungan) menurun menjadi 14,1%.
- Proporsi pembayaran cicilan stabil di 10,8%.
Ini berarti masyarakat cenderung menghabiskan lebih banyak dari pendapatan mereka untuk konsumsi dan menabung lebih sedikit.
Apa arti peningkatan rasio konsumsi terhadap pendapatan dan penurunan tabungan?
Peningkatan konsumsi yang tidak diimbangi dengan peningkatan tabungan menandakan bahwa masyarakat harus memenuhi kebutuhan dasar mereka di tengah pendapatan yang cenderung stagnan atau bahkan menurun. Kondisi ini bisa menjadi indikasi tekanan ekonomi yang dirasakan rumah tangga, di mana mereka harus mengorbankan tabungan untuk memenuhi pengeluaran sehari-hari.
Apa pandangan ekonom mengenai hasil survei ini?
Ekonom menilai kondisi yang ditunjukkan oleh survei ini sebagai alarm bagi pemerintah. Mereka melihat adanya potensi peningkatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan peningkatan angka pengangguran di masa mendatang. Ini menunjukkan kekhawatiran serius terhadap stabilitas pasar tenaga kerja dan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Langkah apa yang direkomendasikan bagi pemerintah untuk mengatasi kondisi ini?
Ekonom merekomendasikan agar pemerintah segera merespons kondisi ini dengan memberikan stimulus yang menyasar daya beli masyarakat. Tujuannya adalah untuk mencegah penurunan pendapatan lebih lanjut dan mengurangi risiko masyarakat menengah yang berpotensi turun kelas ekonomi. Stimulus ini diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Masih Seputar ekonomi
Bapanas Waspadai Beras Oplosan Dijual Premium, Konsumen Rugi Kualitas
sekitar 3 jam yang lalu

Penyaluran BSU Capai 82,69%, Kemenaker Ingatkan Waspada Penipuan Digital
sekitar 3 jam yang lalu

Trump Pangkas Tarif Impor RI Jadi 19%, Indonesia Beli Energi dan Pesawat AS
sekitar 3 jam yang lalu

BPS: Harga Beras Naik di 178 Daerah, Sumbang Inflasi Nasional
sekitar 6 jam yang lalu

Bandara Ngurah Rai Bali Tutup Dini Hari 10 Bulan untuk Perbaikan Runway
sekitar 6 jam yang lalu

Bapanas Kaji Kenaikan HET Beras Medium di Tengah Sorotan Mutu dan Oplosan
sekitar 6 jam yang lalu

Muhammadiyah Resmi Luncurkan Bank Syariah Matahari, Targetkan Jadi Bank Umum
sekitar 20 jam yang lalu

MSCI Perketat Aturan Indeks, BREN Prajogo Pangestu Tetap Berpeluang Masuk
sekitar 20 jam yang lalu

212 Merek Beras Oplosan Beredar, Pengawasan Pangan Dipertanyakan
sekitar 20 jam yang lalu

Pemerintah Luncurkan Kopdes Merah Putih 21 Juli, Siapkan KUR Rp 3 Miliar Bunga 6 Persen
sekitar 23 jam yang lalu

Harga Minyak Tertekan Ancaman Sanksi AS ke Rusia dan Tarif Impor Trump
sekitar 23 jam yang lalu

Berita Terbaru

Lomba Renang Perairan Terbuka WAC 2025 Singapura Digelar Setelah Penundaan Kualitas Air

Liga Pingpong Indonesia Teken MoU Anti-Doping Usai Diakui Federasi Internasional

BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Pesisir Utara Jawa hingga 27 Juli

Mentan Klaim Merek Beras Oplosan Ditarik, Kerugian Konsumen Capai Rp 99 Triliun

Gunung Marapi Erupsi, Abu Vulkanik Capai 1.200 Meter, Status Waspada
Trending

Kongres PSI di Solo: Pilih Ketum via E-vote, Luncurkan Logo Baru

Sekolah Rakyat Prabowo Targetkan 100 Titik, Perkuat Ideologi dan Entaskan Kemiskinan

Sekolah Rakyat Resmi Beroperasi 14 Juli, Sasar Puluhan Ribu Siswa Miskin

Justin Bieber Lunasi Utang Rp510 Miliar ke Mantan Manajer Scooter Braun

Diplomasi Prabowo di Eropa: Bahas IEU-CEPA dan Hadiri Parade Militer Prancis
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.