Proses Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
Pelajari proses penulisan ulang sejarah Indonesia secara mendetail. Temukan rangkuman penting, bahan referensi, dan panduan efektif untuk memahami sejarah.
Rangkuman
Trending
28 Mei
Terakhir diperbarui
4 hari yang lalu
Jumlah artikel
8 artikel
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kebudayaan, tengah menjalankan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk menyajikan narasi sejarah nasional yang lebih komprehensif, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman. Berikut adalah rangkuman dari berbagai aspek terkait proyek ini berdasarkan pemberitaan terkini.
Tujuan dan Urgensi Penulisan Ulang Sejarah
Proyek penulisan ulang sejarah nasional ini memiliki beberapa tujuan dan urgensi mendasar berdasarkan penjelasan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dan kebutuhan yang dirasakan:
- Menciptakan perspektif yang lebih netral dan inklusif dalam narasi sejarah.
- Menghapus bias kolonialisme yang mungkin masih ada dalam penulisan sejarah sebelumnya.
- Menjawab tantangan globalisasi dan memastikan sejarah nasional tetap relevan.
- Membentuk identitas nasional yang kuat bagi bangsa Indonesia.
- Menegaskan otonomi sejarah Indonesia dalam penulisannya.
- Meningkatkan relevansi sejarah bagi generasi muda agar lebih memahami perjalanan bangsanya.
- Memperbarui penulisan sejarah yang belum mengalami pembaruan signifikan selama 25 tahun terakhir.
- Menjadikan hasil penulisan sebagai bahan pembelajaran bagi siswa di berbagai jenjang sekolah.
- Mendorong agar mata pelajaran sejarah kembali diwajibkan di sekolah agar pelajar lebih mengenal tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
Perubahan Istilah "Orde Lama" dan Respons Publik
Salah satu aspek yang menjadi sorotan dalam proyek ini adalah rencana perubahan penggunaan istilah historis:
- Pemerintah berencana mengganti atau tidak menggunakan istilah "Orde Lama" dalam penulisan ulang sejarah.
- Alasan yang dikemukakan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, adalah bahwa pemerintahan sebelum Orde Baru tidak pernah menyebut dirinya sebagai Orde Lama, dan penghilangan istilah ini bertujuan menciptakan suasana yang lebih inklusif dan netral.
- Ketua DPR RI, Puan Maharani, memberikan respons terhadap rencana ini. Beliau meminta agar istilah "Orde Lama" tidak dihilangkan, menekankan bahwa sejarah tetaplah sejarah.
- Puan Maharani juga mengingatkan agar proyek penulisan ulang sejarah dilakukan secara transparan, hati-hati, dikaji dengan baik, tidak terburu-buru, serta tidak menyakiti pihak manapun atau menghilangkan fakta sejarah, sekalipun itu pahit, mengutip pesan Bung Karno untuk tidak melupakan sejarah.
Proses, Pelaksana, dan Anggaran Proyek
Berikut adalah detail mengenai pelaksanaan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia:
- Proyek ini bukan bertujuan menghasilkan sejarah resmi, melainkan sejarah nasional yang disusun oleh para ahli.
- Sebanyak 113 sejarawan dari berbagai universitas dan institusi terlibat dalam penyusunan.
- Proses ini juga melibatkan 20 editor jilid dan 3 editor umum.
- Proyek penulisan ulang sejarah dimulai sejak Januari 2025.
- Hasilnya akan dituangkan dalam 10 jilid buku, dengan beberapa contoh judul seperti Masa Bergejolak dan Ancaman Integrasi, Orde Baru, dan Era Reformasi.
- Penyelesaian keseluruhan jilid direncanakan pada Agustus 2025.
- Uji publik terhadap buku-buku hasil penulisan ulang ini direncanakan akan dilaksanakan pada Juni atau Juli 2025.
- Anggaran yang dialokasikan untuk proyek ini dilaporkan sebesar Rp9 miliar.
Aspek Inklusivitas dan Representasi
Penulisan ulang sejarah ini diharapkan membawa perspektif yang lebih luas dan representatif:
- Penulisan sejarah baru ini diharapkan lebih komprehensif, inklusif, dan mencerminkan keberagaman kontribusi berbagai elemen bangsa.
- Fokus tidak hanya pada peristiwa besar dan tokoh utama, tetapi juga memasukkan dimensi sosial, budaya, dan peran kelompok yang selama ini kurang terwakili.
- Anggota Komisi X DPR RI, Nilam Sari Lawira, menekankan pentingnya pendekatan gender mainstreaming dalam penulisan sejarah baru untuk memastikan peran perempuan dalam sejarah tidak terabaikan.
Wacana Soeharto sebagai Pahlawan Nasional dan Respons
Di samping isu penulisan ulang sejarah, muncul juga wacana terkait penganugerahan gelar pahlawan nasional yang menuai berbagai respons:
- Ketua DPR RI, Puan Maharani, memilih untuk tidak mencampuri wacana pengusulan Soeharto sebagai pahlawan nasional.
- Penelaahan usulan diserahkan sepenuhnya kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan bersama Presiden.
- Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan berwenang memberikan pertimbangan terkait pemberian gelar tersebut.
- Kementerian Sosial dikabarkan memasukkan nama Soeharto dalam daftar calon pahlawan nasional tahun 2025.
- Usulan ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak.
- Masinton Pasaribu (PDIP) termasuk yang menolak, menilai Soeharto belum layak dan mengusulkan Marsinah sebagai pahlawan.
Sumber
Video
Gambar




Mungkin Kamu Tertarik
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.