Download aplikasi sekarang di Play Store atau App Store
Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 5%: Apa Saja Tantangan Struktural di Dalamnya?
Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5% untuk 2025-2026, didorong oleh konsumsi dan investasi 14. Namun, optimisme ini dibayangi oleh tantangan struktural serius: perlambatan sektor riil dan kredit 25, kondisi eksternal yang tidak menentu, serta paradoks di mana pertumbuhan tidak diimbangi peningkatan kesejahteraan akibat dominasi pekerjaan informal bergaji rendah dan penurunan upah riil 3.

Proyeksi Optimistis Bank Dunia di Tengah Ketidakpastian
Bank Dunia merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, menandakan kepercayaan terhadap ketahanan ekonomi domestik. Proyeksi terbaru menunjukkan pertumbuhan akan mencapai 5% pada tahun 2025 dan 2026, sebelum mengakselerasi ke 5,2% pada tahun 2027 14.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan yang dirilis pada Juni lalu, yang memprediksi pertumbuhan lebih lambat di tengah memburuknya kondisi ekonomi global 1. Pendorong utama di balik optimisme ini adalah konsumsi rumah tangga yang solid dan ekspektasi peningkatan investasi 1.
| Periode | Proyeksi Juni 2025 | Proyeksi Desember 2025 |
|---|---|---|
| 2025 | 4,7% | 5,0% |
| 2026 | 4,8% | 5,0% |
| 2027 | 5,0% | 5,2% |
Dari sisi inflasi, Bank Dunia memperkirakan akan tetap terkendali di level 2,6% pada 2026-2027, berada dalam rentang target Bank Indonesia 14. Meskipun demikian, volatilitas harga pangan tetap menjadi tantangan yang perlu diwaspadai 1.
Tantangan Ganda: Eksternal Melemah, Sektor Riil Melambat
Di balik proyeksi yang positif, ekonomi Indonesia menghadapi tantangan signifikan baik dari luar maupun dalam negeri. Kondisi eksternal dinilai tidak menguntungkan karena perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama seperti China, Amerika Serikat, dan Thailand 2.
Situasi ini diperparah oleh tren penurunan harga komoditas andalan (CPO, batu bara, nikel), yang secara langsung menekan surplus perdagangan dan memberi tekanan pada nilai tukar rupiah 2.
Di dalam negeri, sektor riil menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang jelas. Pertumbuhan kredit perbankan turun tajam dari level di atas 12% menjadi hanya sekitar 7,3% 25.
| Jenis Kredit (Oktober 2025) | Pertumbuhan (YoY) | Tren |
|---|---|---|
| Kredit Investasi | 15,72% | Akselerasi |
| Kredit Konsumsi | 7,03% | Melambat |
| Kredit Modal Kerja | 2,39% | Melambat Tajam |
Perlambatan ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya porsi undisbursed loan atau fasilitas kredit yang disetujui namun belum ditarik oleh nasabah 5. Pelaku usaha cenderung menunggu suku bunga yang lebih rendah dan masih ragu terhadap kekuatan permintaan pasar 5.
"Faktor psikologis masyarakat dan investor juga menjadi penentu utama. Berapapun dana yang masuk ke perbankan tidak akan berarti jika permintaan kredit lemah dan perputaran uang tidak terjadi." 5
Paradoks Pertumbuhan dan Kualitas Kesejahteraan
Salah satu tantangan paling mendasar yang disorot Bank Dunia adalah kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum sepenuhnya dirasakan masyarakat luas. Meskipun lapangan kerja bertambah, mayoritas tercipta di sektor informal dengan tingkat upah yang relatif rendah 3.
Kondisi ini menciptakan sebuah paradoks, di mana indikator makroekonomi terlihat solid, namun kesejahteraan riil warga dari sisi upah justru menurun 3.
Isu-isu ini secara langsung menekan daya beli dan konsumsi rumah tangga, yang merupakan penopang utama PDB 34. Untuk itu, Bank Dunia merekomendasikan pemerintah untuk memadukan stabilitas makroekonomi dengan reformasi struktural yang lebih dalam guna menciptakan lapangan kerja berkualitas 3.
Prospek dan Risiko di Tahun Pembuktian 2026
Tahun 2026 dianggap sebagai tahun pembuktian bagi pemerintahan baru, di mana APBN dirancang dan dieksekusi sepenuhnya tanpa ruang transisi 2. Namun, ruang gerak fiskal menghadapi tantangan struktural berupa tax ratio yang bertahan di level rendah, sekitar 9,25% 2.
Bank Dunia bahkan memproyeksikan rasio pajak akan turun pada 2025 dan 2026, yang berpotensi membatasi kapasitas belanja negara 4. Proyeksi pertumbuhan 5% dari Bank Dunia juga masih berada di bawah target APBN 2026 sebesar 5,4% 4.
Ke depan, prospek ekonomi Indonesia akan sangat bergantung pada kemampuan menavigasi berbagai risiko dan memanfaatkan peluang yang ada.
| Kategori | Faktor Risiko & Peluang |
|---|---|
| 📉 Risiko Penurunan (Downside) | - Penurunan lebih lanjut upah riil yang menekan konsumsi. - Meningkatnya ketegangan perdagangan global. - Pembalikan kondisi keuangan eksternal. 4 |
| 📈 Peluang Kenaikan (Upside) | - Permintaan yang lebih kuat dari mitra dagang utama. - Percepatan implementasi reformasi deregulasi bisnis dan investasi. 4 |
Meski demikian, prospek pertumbuhan kredit pada 2026 diperkirakan membaik, berpotensi mencapai 9-10% seiring optimalisasi program strategis pemerintah seperti Danantara 5. Kuncinya adalah memastikan likuiditas yang ada dapat berputar efektif di sektor riil untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif.
SUMBER
www.cnnindonesia.com
sekitar 5 jam yang lalu - Bank Dunia Revisi ke Atas Proyeksi Laju Ekonomi RI 2025 Jadi 5 Persen
money.kompas.com
sekitar 5 jam yang lalu - Outlook Ekonomi 2026: Di antara Risiko Fiskal dan Iklim
www.liputan6.com
sekitar 5 jam yang lalu - Soal Gaji Pekerja Indonesia, Bank Dunia Soroti Upah Murah Meski Ekonomi Tumbuh Positif
nasional.kontan.co.id
sekitar 6 jam yang lalu - Bank Dunia Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5% pada 2026, dan Naik Jadi 5,2% pada 2027
keuangan.kontan.co.id
sekitar 8 jam yang lalu - Target Kredit 2025 Kian Menjauh, Ekonom BCA Proyeksikan 2026 Lebih Cerah
ARTIKEL

sekitar 3 jam yang lalu
Defisit APBN di Bawah 3%: Apa Strategi Kunci Menteri Keuangan Purbaya?

sekitar 3 jam yang lalu
Lonjakan Mobilitas Nataru 2025-2026: Apa Strategi Pemerintah dan BUMN?

sekitar 4 jam yang lalu
Perlombaan AI Memanas: Inovasi, Ancaman, atau Gelembung Ekonomi?

sekitar 4 jam yang lalu
Jelang KUHP-KUHAP 2026: Bagaimana Pemerintah Menjamin Kesiapan Aparat Hukum?

sekitar 4 jam yang lalu
Pasar Gadget Memanas: Siapa Pemenang di Setiap Segmen?