Mengapa Gencatan Senjata Thailand-Kamboja yang Dimediasi Trump Justru Memicu Perang Lebih Besar?

Konflik perbatasan Thailand-Kamboja kembali meletus secara masif, menewaskan sedikitnya 13 orang dan memaksa lebih dari 500.000 warga mengungsi 8. Eskalasi ini terjadi hanya beberapa bulan setelah gencatan senjata yang dimediasi AS 14, dengan kedua negara saling menyalahkan sebagai pemicu serangan terbaru. Thailand menolak mediasi pihak ketiga 4 dan mengkritik tekanan AS 6, sementara upaya diplomatik buntu di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk.

Dari Gencatan Senjata ke Perang Terbuka: Kronologi Eskalasi

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang sempat mereda setelah mediasi Presiden AS Donald Trump pada Juli lalu, kini kembali berkobar menjadi perang terbuka 14. Gencatan senjata yang disepakati dalam Deklarasi Damai Kuala Lumpur pada Oktober seolah tak berbekas 6.

Ketegangan kembali memuncak pada November ketika Thailand menangguhkan perjanjian damai setelah seorang tentaranya terluka akibat ledakan ranjau darat, menuduh Kamboja melanggar kesepakatan 18. Puncaknya terjadi pada Senin, 8 Desember 2025, saat Thailand melancarkan serangan udara besar-besaran menggunakan jet tempur F-16 ke wilayah Kamboja 17.

Saling Tuduh di Tengah Hujan Bom dan Peluru

Pemicu perang terbaru ini diselimuti kabut saling tuduh antara kedua belah pihak. Thailand bersikeras bahwa tindakan mereka adalah bentuk pembelaan diri yang sah menurut hukum internasional 3.

Bangkok menuduh pasukan Kamboja memulai baku tembak pada Senin pagi yang menewaskan seorang prajurit Thailand, sehingga serangan udara balasan menjadi sebuah keharusan 234. Sebaliknya, Phnom Penh dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan balik menuding Thailand sebagai pihak yang melakukan provokasi dan memulai serangan lebih dulu 34.

Dampak Kemanusiaan: Krisis Pengungsi Skala Besar

Di balik retorika politik dan strategi militer, dampak kemanusiaan dari konflik ini sangat mengerikan. Lebih dari setengah juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, menciptakan salah satu krisis pengungsian terbesar dalam sejarah modern kedua negara 58.

Angka korban jiwa terus bertambah, dengan sedikitnya 13 orang tewas dari kedua belah pihak sejak Senin 48.

Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Thailand telah mendirikan lima pusat penampungan dan mengevakuasi ratusan ribu warganya dari empat provinsi perbatasan 5. Bahkan, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn memerintahkan pendirian dapur lapangan untuk menyediakan makanan bagi para pengungsi 5.

Perbandingan Kekuatan Militer: Pertarungan yang Tidak Seimbang?

Analisis kekuatan militer menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara Thailand dan Kamboja, yang menjelaskan mengapa Thailand mampu mendominasi konflik dari udara 7.

Diplomasi Buntu dan Intervensi Kontroversial Trump

Upaya diplomatik untuk meredakan konflik menghadapi jalan buntu. Kamboja menyatakan terbuka untuk negosiasi bilateral, namun menegaskan tidak akan menjadi pihak yang memulai proses perundingan 4.

Di sisi lain, Thailand secara tegas menolak mediasi pihak ketiga dan menuntut Kamboja menunjukkan "ketulusan" terlebih dahulu 4. Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow, bahkan mengkritik pendekatan Presiden Trump sebelumnya yang menggunakan ancaman tarif dagang untuk memaksa perundingan damai 6.

"Tarif tidak seharusnya digunakan untuk menekan Thailand agar kembali ke deklarasi bersama atau kembali ke proses dialog." - Menlu Thailand Sihasak Phuangketkeow 6

Sementara itu, komunitas internasional termasuk PBB, Uni Eropa, Malaysia, dan Singapura telah menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri 1. Presiden Trump sendiri berencana menelepon para pemimpin kedua negara untuk menghentikan perang, sebuah langkah yang ia yakini akan berhasil 910.

Konsekuensi Regional: SEA Games Jadi Korban

Konflik ini juga berdampak pada ranah olahraga regional. Pemerintah Kamboja secara resmi menarik seluruh delegasi atletnya dari ajang SEA Games 2025 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand 811.

Keputusan ini diambil murni atas dasar keamanan dan kekhawatiran keluarga para atlet 11. Komite Olimpiade Nasional Kamboja (NOCC) menegaskan bahwa langkah ini bukan bentuk protes, melainkan respons terhadap eskalasi konflik yang membahayakan keselamatan 137 atlet mereka 11. Penarikan diri ini menjadi simbol nyata bagaimana konflik perbatasan dapat merembet dan mengganggu kerja sama regional.