PMI Manufaktur Indonesia Anjlok Juni 2025: Ketidakpastian Global dan Permintaan Lesu

PMI Manufaktur Indonesia anjlok di Juni 2025 ke level 46,9 akibat ketidakpastian global, permintaan lesu, dan risiko operasional meningkat. Temukan analisis mendalamnya!

image cover
leaderboard

Tanggal Publikasi

6 Jul 2025

update

Sumber Berita

5 sumber

newspaper

Total Artikel

6 artikel

article

Overview

PMI Manufaktur Indonesia Juni 2025 kontraksi ke 46,9 akibat ketidakpastian global, konflik, dan lemahnya permintaan ekspor-domestik. Pengusaha menunggu kebijakan pro-bisnis, seperti revisi Permendag 8/2024. Penurunan PMI sinyal negatif bagi investor. IKI Juni 2025 di 51,84, namun optimisme pelaku usaha menurun. Sinergi lintas kementerian dan intervensi pemerintah diperlukan untuk mitigasi.

📉 Fakta Utama Kontraksi

  • PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025 turun ke level 46,9 dari 47,4, menandakan sektor manufaktur masih tertekan.
  • Penurunan ini berada di bawah ambang batas netral 50,0 dan mengindikasikan fase kontraksi sistemik pada industri pengolahan.
  • Meskipun PMI kontraksi, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2025 berada di level 51,84, menunjukkan kegiatan usaha cenderung stabil.

🌍 Faktor Pemicu Penurunan

  • Ketidakpastian global akibat konflik di beberapa negara menjadi faktor utama yang mengganggu stok bahan baku dan produksi.
  • Pelemahan permintaan pasar ekspor dan domestik juga berkontribusi pada penurunan PMI manufaktur.
  • Pengusaha menantikan kebijakan pro-bisnis yang melindungi pasar domestik dari produk impor murah, seperti revisi Permendag Nomor 8 Tahun 2024.

🏛️ Respons dan Prospek Pemerintah

  • Kementerian Perindustrian menekankan perlunya sinergi lintas kementerian/lembaga untuk memitigasi kontraksi PMI.
  • Pemerintah mempertimbangkan intervensi untuk mendorong daya beli masyarakat jika situasi kontraksi berlanjut.
  • Dampak positif dari kebijakan perlindungan pasar domestik diperkirakan akan terasa dalam dua bulan mendatang, khususnya pada industri tekstil.

Apa itu Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur?

keyboard_arrow_down

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur adalah indikator ekonomi yang mengukur kondisi kesehatan sektor manufaktur suatu negara. Indeks ini didasarkan pada survei bulanan terhadap manajer pembelian di berbagai perusahaan manufaktur. Survei ini mencakup aspek-aspek seperti pesanan baru, tingkat produksi, ketenagakerjaan, waktu pengiriman pemasok, dan stok pembelian.

Berapa nilai PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025?

keyboard_arrow_down

Pada Juni 2025, PMI Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 46,9. Angka ini menunjukkan penurunan dari bulan sebelumnya, Mei 2025, yang berada di level 47,4. Nilai ini juga berada di bawah ambang batas netral 50,0.

Apa arti nilai PMI Manufaktur di bawah 50,0?

keyboard_arrow_down

Nilai PMI Manufaktur di bawah 50,0 mengindikasikan terjadinya kontraksi atau penurunan aktivitas di sektor manufaktur. Ini menandakan bahwa sektor tersebut sedang tertekan, dengan volume produksi, pesanan baru, dan aktivitas pembelian yang cenderung menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, nilai di atas 50,0 menunjukkan ekspansi atau pertumbuhan.

Apa saja faktor penyebab penurunan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025?

keyboard_arrow_down

Penurunan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025 disebabkan oleh beberapa faktor utama:

  • Ketidakpastian Global: Konflik di beberapa negara, seperti konflik Israel-Iran, menciptakan ketidakpastian yang mengganggu stok bahan baku dan proses produksi.
  • Pelemahan Permintaan Pasar: Terjadi penurunan permintaan baik dari pasar ekspor maupun domestik.
  • Penantian Kebijakan Pro-Bisnis: Pengusaha juga menunggu kebijakan pemerintah yang pro-bisnis, khususnya yang bertujuan melindungi pasar domestik dari serbuan produk impor murah, seperti revisi Permendag Nomor 8 Tahun 2024.

Bagaimana dampak penurunan PMI Manufaktur terhadap investor dan sektor industri?

keyboard_arrow_down

Penurunan PMI Manufaktur memiliki dampak signifikan terhadap investor dan sektor industri:

  • Sinyal Negatif bagi Investor: Menurut Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman, penurunan ini menjadi sinyal negatif bagi investor karena mencerminkan lemahnya permintaan dan stagnasi produksi.
  • Potensi Return Rendah dan Risiko Operasional Meningkat: Kondisi ini dapat menyebabkan potensi pengembalian investasi yang rendah dan peningkatan risiko operasional bagi perusahaan.
  • Fase Kontraksi Sistemik: Penurunan ini juga menandakan bahwa sektor industri pengolahan sedang berada dalam fase kontraksi sistemik, yang berarti penurunan aktivitas terjadi secara menyeluruh.

Apa perbedaan antara PMI Manufaktur dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI)?

keyboard_arrow_down

PMI Manufaktur dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) adalah dua indikator yang berbeda namun saling melengkapi:

  • PMI Manufaktur: Mengukur aktivitas riil di sektor manufaktur, seperti produksi, pesanan baru, dan stok. Angka di bawah 50,0 menunjukkan kontraksi aktivitas.
  • Indeks Kepercayaan Industri (IKI): Mengukur tingkat optimisme atau kepercayaan pelaku usaha terhadap kondisi industri saat ini dan prospek ke depan. Pada Juni 2025, IKI berada di level 51,84, meskipun mengalami penurunan 0,27 poin dari Mei 2025.

Meskipun PMI menunjukkan kontraksi, IKI yang masih di atas 50,0 menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha (sekitar 77,2%) masih menyatakan kondisi usaha mereka membaik atau stabil. Namun, ada catatan bahwa optimisme pelaku usaha terhadap kondisi industri dalam 6 bulan ke depan mengalami penurunan.

Langkah-langkah apa yang akan diambil pemerintah untuk mengatasi kontraksi sektor manufaktur?

keyboard_arrow_down

Untuk mengatasi kontraksi sektor manufaktur, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menekankan perlunya beberapa langkah strategis:

  • Sinergi Lintas Kementerian/Lembaga: Diperlukan kerja sama yang erat antar kementerian dan lembaga terkait untuk memitigasi dampak kontraksi ini.
  • Intervensi Pemerintah: Jika situasi kontraksi berlanjut, pemerintah perlu mempertimbangkan intervensi untuk mendorong daya beli masyarakat.
  • Kebijakan Perlindungan Pasar Domestik: Pemerintah diharapkan segera merealisasikan kebijakan pro-bisnis yang melindungi pasar domestik dari produk impor murah, seperti revisi Permendag Nomor 8 Tahun 2024.

Industri apa saja yang diperkirakan akan merasakan dampak positif dari kebijakan perlindungan pasar domestik?

keyboard_arrow_down

Kebijakan perlindungan pasar domestik, seperti revisi Permendag Nomor 8 Tahun 2024, diperkirakan akan memberikan dampak positif terutama pada industri-industri yang rentan terhadap serbuan produk impor murah. Industri yang secara spesifik disebutkan akan merasakan manfaat adalah industri tekstil, pakaian jadi, dan aksesoris pakaian jadi.

Kapan dampak positif dari kebijakan perlindungan pasar domestik diperkirakan akan terasa?

keyboard_arrow_down

Dampak positif dari kebijakan perlindungan pasar domestik, khususnya yang berkaitan dengan revisi Permendag Nomor 8 Tahun 2024, diperkirakan akan mulai terasa dalam dua bulan mendatang. Hal ini diharapkan dapat membantu sektor manufaktur domestik untuk pulih dan bersaing lebih baik.

Sumber Artikel

Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.

Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!

Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.

Lamar sekarang