Download aplikasi sekarang di Play Store atau App Store
Analisis Kebijakan Mitigasi Banjir DKI Jakarta di Tengah Ancaman Cuaca Ekstrem
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengusulkan agar operasi modifikasi cuaca diperluas hingga ke Bekasi dan Tangerang. Langkah ini diambil sebagai respons atas prediksi curah hujan tinggi yang bisa mencapai 300 mm pada Januari dan ancaman banjir rob pada 4-5 Desember 2025. Menurutnya, penanganan banjir di Jabodetabek tidak bisa dilakukan secara parsial karena keterkaitan antarwilayah.
Di tengah usulan strategis tersebut, BMKG telah merilis prakiraan cuaca untuk Jumat, 5 Desember, yang menunjukkan mayoritas wilayah Jakarta akan diguyur hujan. Beberapa area seperti Jakarta Barat dan Jakarta Timur bahkan diprediksi mengalami hujan lebat. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyiagakan Dinas SDA dan BPBD untuk menghadapi puncak banjir rob, terutama di kawasan berisiko tinggi seperti Muara Angke dan Marunda.
Kebijakan ini menandakan adanya pergeseran pendekatan dalam menghadapi bencana hidrometeorologi yang semakin sulit diprediksi. Penguatan sistem peringatan dini dan penggunaan teknologi modifikasi cuaca menjadi instrumen kunci dalam strategi mitigasi yang lebih agresif dan terintegrasi secara regional.

Perluasan Mitigasi Banjir ke Wilayah Penyangga
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mendorong sebuah langkah strategis yang signifikan dengan meminta operasi modifikasi cuaca diperluas hingga ke wilayah penyangga seperti Bekasi dan Tangerang. Usulan yang disampaikan dalam High Level Meeting (HLM) TPID ini didasari oleh pemahaman bahwa masalah banjir di Jakarta tidak dapat diselesaikan secara terisolasi. Keterkaitan hidrologis dengan daerah sekitar membuat penanganan parsial menjadi tidak efektif, terutama saat menghadapi potensi cuaca ekstrem.
Langkah ini dapat diartikan sebagai pergeseran dari pendekatan yang berpusat di Jakarta (Jakarta-sentris) menjadi pendekatan regional yang terintegrasi. Dengan prediksi curah hujan yang dapat mencapai level sangat tinggi hingga 300 mm pada Januari mendatang, kolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah penyangga menjadi sebuah keniscayaan untuk mengurangi dampak bencana secara lebih efektif.
Ancaman Jangka Pendek: Banjir Rob dan Hujan Lebat
Selain menyusun strategi jangka panjang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga dihadapkan pada ancaman jangka pendek yang mendesak. Peringatan dini telah dikeluarkan terkait potensi banjir rob pada 4-5 Desember, dengan titik puncak diperkirakan terjadi pada 5 Desember pukul 09.00 pagi. Kawasan pesisir utara seperti Muara Angke dan Marunda telah dipetakan sebagai lokasi berisiko tinggi, dan Dinas Sumber Daya Air (SDA) serta BPBD telah disiagakan untuk merespons situasi darurat.
Ancaman ini diperkuat oleh prakiraan cuaca dari BMKG untuk Jumat, 5 Desember 2025, yang menunjukkan potensi hujan merata di seluruh wilayah ibu kota. Beberapa area bahkan diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas tinggi.
Prakiraan Wilayah Hujan Lebat (5 Desember 2025):
- Jakarta Barat: Cengkareng, Kebon Jeruk, Kembangan
- Jakarta Timur: Cipayung, Ciracas, Pasar Rebo
Kombinasi antara potensi hujan lebat di darat dan puncak banjir rob di pesisir menciptakan risiko ganda yang memerlukan kesiapsiagaan maksimal dari seluruh aparat terkait.
Analisis: Pergeseran Strategi Menghadapi Krisis Iklim
Pernyataan Gubernur Pramono Anung yang menyoroti sulitnya memprediksi bencana hidrometeorologi modern, dengan merujuk pada kejadian di Eropa hingga Asia Tenggara, menandakan kesadaran mendalam akan tantangan perubahan iklim. Ini bukan lagi sekadar masalah teknis pengelolaan air, melainkan sebuah krisis yang menuntut respons kebijakan yang lebih agresif dan adaptif.
Usulan perluasan modifikasi cuaca dan penekanan pada penguatan sistem peringatan dini (early warning system) adalah dua pilar utama dari strategi baru ini. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan infrastruktur fisik seperti tanggul atau pompa, tetapi juga mulai memanfaatkan teknologi dan kerja sama antarwilayah sebagai instrumen mitigasi utama. Secara editorial, ini adalah pengakuan bahwa solusi atas masalah kompleks seperti banjir Jabodetabek terletak pada kolaborasi dan inovasi, bukan lagi pada upaya yang terfragmentasi.
SUMBER
news.detik.com
1 hari yang lalu - Pramono Minta Modifikasi Cuaca Tak Cuma di DKI tapi juga Bekasi-Tangerang
www.metrotvnews.com
1 hari yang lalu - Prakiraan Cuaca DKI Hari Ini: Berawan hingga Hujan Lebat
ARTIKEL

sekitar 2 jam yang lalu
Analisis Transfer Tiga Raksasa: MU Kejar 'Iniesta Kecil', Barca Rombak Pertahanan, Madrid Tahan Diri

sekitar 2 jam yang lalu
Analisis Harga Emas: Euforia Suku Bunga The Fed dan Dampaknya ke Pasar Domestik

sekitar 2 jam yang lalu
Analisis Drawing Piala Dunia 2026: Grup Neraka, Jalur Juara, dan Potensi Duel Messi vs Ronaldo

sekitar 2 jam yang lalu
Analisis Bencana Sumatera: Krisis Multidimensi dari Kelumpuhan Infrastruktur hingga Kegagalan Ekologis

sekitar 7 jam yang lalu
Skandal Video Asusila di Bali: Analisis Penangkapan Bintang Porno Bonnie Blue dan 17 WNA