Pergerakan nilai tukar rupiah dan mata uang Asia lainnya menunjukkan dinamika yang kompleks di tengah rilis data ekonomi Amerika Serikat yang kontradiktif. Di satu sisi, data tenaga kerja AS yang kuat memberikan tekanan pelemahan, namun di sisi lain, beberapa indikator ekonomi AS lainnya yang kurang memuaskan sempat memberikan ruang penguatan bagi mata uang regional.
Pergerakan Rupiah
Rupiah mengalami tekanan di pasar NDF namun sempat menguat tipis di pasar spot, dipengaruhi oleh berbagai faktor dari AS.
-
Pelemahan Rupiah di Pasar NDF
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertekan di pasar non-deliverable forward (NDF) pada Senin, 9 Juni 2025.
- Nilai tukar untuk periode satu bulan di Rp16.325/US$.
- Nilai tukar untuk periode dua bulan di Rp16.341/US$.
- Nilai tukar untuk periode enam bulan di Rp16.415/US$.
- Pelemahan ini dipicu oleh data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari ekspektasi.
- Pasar NDF, yang berlokasi di pusat keuangan internasional seperti Singapura dan Hong Kong, sering memengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.
-
Pergerakan Rupiah di Pasar Spot
- Pada penutupan perdagangan resmi pekan lalu, rupiah berada di posisi Rp16.270/US$.
- Selama pekan ini, rupiah sempat menguat tipis 0,09% menjadi Rp16.270 per dolar AS, dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang secara umum kurang memuaskan.
Kinerja Mata Uang Asia Lainnya
Mata uang di kawasan Asia menunjukkan kinerja yang bervariasi terhadap dolar AS.
-
Won Korea Selatan Menguat
- Won Korea Selatan mencatat penguatan tertinggi di Asia, naik 1,6% terhadap dolar AS.
-
Yen Jepang Melemah
- Yen Jepang mengalami penurunan sebesar 0,5% terhadap dolar AS.
Faktor Pemicu: Data Ekonomi AS yang Kontradiktif
Data ekonomi AS memberikan sinyal yang beragam, memengaruhi pergerakan dolar dan mata uang lainnya.
-
Faktor Penguatan Dolar AS
- Data pekerjaan AS menunjukkan penambahan 139.000 pekerjaan di bulan Mei, lebih baik dari perkiraan, yang memperkuat Indeks Dolar AS (DXY).
-
Faktor Pelemahan Dolar AS
- Indeks dolar AS sempat melemah 0,16% akibat data ekonomi AS yang kurang memuaskan.
- Laporan ADP mencatat penambahan pekerjaan swasta terendah sejak Maret 2023.
- PMI jasa ISM mengindikasikan kontraksi pertama dalam hampir setahun.
- Kekhawatiran perdagangan meningkat setelah Presiden AS mengumumkan rencana penggandaan tarif baja dan aluminium.
- Laporan JOLTS menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan yang melampaui ekspektasi pasar, yang juga memberikan tekanan pada pasar.
Dinamika ini menegaskan bahwa pelaku pasar terus mencermati berbagai rilis data ekonomi AS untuk menentukan arah pergerakan mata uang ke depannya, di tengah sinyal yang terkadang bertentangan.