Pertanyaan
Cara jawab
Singkat & Padat

Kepala Mossad melobi AS untuk merelokasi warga Gaza ke negara seperti Indonesia, Ethiopia, dan Libya, dengan insentif AS. Meski Netanyahu mendukung relokasi sukarela, Gedung Putih menolak karena penolakan negara Arab. Indonesia disorot sebagai negara yang "terbuka", namun hal ini berpotensi kontroversial mengingat dukungan kuat publik Indonesia terhadap Palestina.
๐ Fakta Utama
- Kepala Mossad, David Barnea, melobi Amerika Serikat untuk membantu relokasi warga Gaza.
- Barnea mengklaim Indonesia, Ethiopia, dan Libya bersedia menampung pengungsi Gaza jika AS memberikan insentif.
- Israel menyatakan telah berkomunikasi dengan negara-negara tersebut mengenai rencana relokasi.
- Utusan AS, Steve Witkoff, belum memberikan komitmen terkait usulan relokasi ini.
- Pejabat AS menyatakan Gedung Putih tidak setuju mengirim warga Palestina keluar dari Gaza karena penolakan negara-negara Arab.
๐ฎ๐ฑ Sikap Israel
- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendukung gagasan relokasi warga Gaza.
- Netanyahu telah menugaskan Mossad untuk mencari negara penerima pengungsi.
- Netanyahu menyatakan relokasi sebagai 'pilihan bebas' bagi warga Palestina tanpa paksaan.
๐ซ Penolakan & Preseden
- Rencana relokasi serupa pernah diajukan oleh Donald Trump namun ditolak keras oleh negara Arab dan Barat.
- Penolakan dari negara-negara Arab menjadi alasan utama Gedung Putih tidak menyetujui pengiriman warga Palestina keluar Gaza.
- Banyak pihak juga menolak proposal relokasi yang diajukan sebelumnya.
๐ฎ๐ฉ Sorotan Indonesia
- Indonesia menjadi sorotan karena dianggap "terbuka" terhadap kemungkinan menerima pengungsi Gaza.
- Potensi penerimaan pengungsi ini diperkirakan akan menimbulkan kontroversi di Indonesia.
- Kontroversi muncul mengingat dukungan kuat publik Indonesia terhadap Palestina dan ketiadaan hubungan diplomatik dengan Israel.
Apa usulan utama yang diajukan oleh Kepala Mossad?
Usulan utama yang diajukan oleh Kepala Mossad, David Barnea, adalah untuk merelokasi warga Gaza ke negara-negara lain. Ia dilaporkan melobi Amerika Serikat agar membantu memfasilitasi proses pemindahan ini, dengan klaim bahwa beberapa negara bersedia menampung pengungsi jika diberikan insentif.
Siapa yang mengajukan usulan relokasi warga Gaza ini?
Usulan relokasi warga Gaza ini diajukan oleh Kepala Mossad, David Barnea. Selain itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mendukung gagasan ini dan telah menugaskan Mossad untuk secara aktif mencari negara-negara yang bersedia menerima pengungsi.
Negara mana saja yang disebut bersedia menampung pengungsi Gaza?
David Barnea mengklaim bahwa Indonesia, Ethiopia, dan Libya adalah negara-negara yang bersedia menampung pengungsi Gaza. Klaim ini didasarkan pada asumsi bahwa Amerika Serikat akan memberikan insentif kepada negara-negara tersebut. Israel juga disebut telah berkomunikasi dengan negara-negara ini terkait rencana tersebut.
Bagaimana tanggapan Amerika Serikat terhadap usulan ini?
Tanggapan Amerika Serikat terhadap usulan ini belum menunjukkan komitmen. Utusan AS, Steve Witkoff, belum memberikan janji terkait hal ini. Lebih lanjut, pejabat AS menyatakan bahwa Gedung Putih tidak setuju dengan gagasan untuk mengirim warga Palestina keluar dari Gaza, terutama karena adanya penolakan kuat dari negara-negara Arab terhadap rencana semacam itu.
Mengapa Indonesia menjadi sorotan dalam rencana relokasi ini?
Indonesia menjadi sorotan karena David Barnea mengklaim bahwa Indonesia
Apa alasan Israel mendukung gagasan relokasi warga Gaza?
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mendukung gagasan relokasi ini dan menugaskan Mossad untuk mencari negara penerima. Ia menyatakan bahwa relokasi ini akan menjadi 'pilihan bebas' bagi warga Palestina tanpa paksaan. Namun, pernyataan ini muncul di tengah konflik dan pengepungan yang intens di Gaza, menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana pilihan tersebut benar-benar bebas.
Apakah rencana relokasi serupa pernah diajukan sebelumnya?
Ya, rencana relokasi serupa pernah diajukan sebelumnya. Mantan Presiden AS, Donald Trump, pernah mengajukan gagasan serupa. Namun, rencana tersebut ditolak keras oleh negara-negara Arab dan Barat, serta banyak pihak lainnya, menunjukkan adanya penolakan historis terhadap upaya pemindahan paksa warga Palestina.
Apa saja kendala atau penolakan terhadap rencana relokasi warga Gaza?
Rencana relokasi warga Gaza ini menghadapi beberapa kendala dan penolakan signifikan:
- Penolakan dari negara-negara Arab: Gedung Putih sendiri tidak setuju dengan rencana ini karena adanya penolakan kuat dari negara-negara Arab.
- Penolakan historis: Rencana serupa yang diajukan oleh Donald Trump sebelumnya juga ditolak keras oleh negara-negara Arab dan Barat.
- Kurangnya komitmen dari AS: Utusan AS belum memberikan komitmen, dan Gedung Putih secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuan mereka.
- Kontroversi di negara penerima potensial: Khususnya di Indonesia, rencana ini diperkirakan akan menimbulkan kontroversi besar mengingat dukungan publik yang kuat terhadap Palestina dan tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel.
Bagaimana status terkini dari usulan relokasi warga Gaza ini?
Saat ini, usulan relokasi warga Gaza ini belum mendapatkan komitmen dari Amerika Serikat. Pejabat AS, termasuk Gedung Putih, secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap pengiriman warga Palestina keluar dari Gaza, terutama karena penolakan dari negara-negara Arab. Meskipun Israel mendukung dan mencari negara penerima, rencana ini menghadapi penolakan signifikan dan belum ada kemajuan konkret yang dilaporkan.
Masih Seputar internasional
Bayi Meninggal Kelaparan di Gaza, UNRWA Desak Israel Buka Akses Bantuan
sekitar 4 jam yang lalu

Inflasi Jepang Melambat ke 3,3% di Juni, Tetap di Atas Target BOJ
sekitar 7 jam yang lalu

Topan Wipha Lumpuhkan Hong Kong dan China Selatan, Ratusan Penerbangan Dibatalkan
sekitar 7 jam yang lalu

Pelaut Filipina Kisahkan 5 Jam Mengerikan Serangan Houthi di Laut Merah
sekitar 11 jam yang lalu

Militer Israel Dituduh Tembaki Warga Sipil Pencari Bantuan di Gaza, 26 Tewas
sekitar 11 jam yang lalu

Rusia Gempur Ukraina dengan Ratusan Drone, Enam Tewas dan Infrastruktur Rusak
sekitar 14 jam yang lalu

Serangan Israel di Gaza Tewaskan 30 Warga, Rudal Berisi Paku Hantam Zona Aman
sekitar 14 jam yang lalu

Hamas Tuduh Israel Hambat Gencatan Senjata, 10 Warga Gaza Tewas Saat Cari Bantuan
1 hari yang lalu

Hujan Deras Picu Longsor di Korea Selatan, Empat Tewas dan Ribuan Mengungsi
1 hari yang lalu

PFAS Cemari Air Minum dan Makanan Global, Picu Risiko Kesehatan Serius
1 hari yang lalu
/data/photo/2024/05/12/66400d9dced39.jpeg&output=webp&q=30&default=https://asset.kompas.com/crops/uVXU8JoknnlSSe9ee10JpfFZx90=/95x46:895x579/780x390/filters:watermark(data/photo/2020/03/10/5e6775dc18fcf.png,0,-0,1)/data/photo/2024/05/12/66400d9dced39.jpeg)
Berita Terbaru
Mobil Tim INEOS Tabrak Penonton di Tour de France, Direktur Didenda

Pacquiao Imbang Lawan Barrios di Usia 46, Gelar Welter WBC Bertahan, Rematch Mengemuka

Mentrans Targetkan Sertifikasi 129 Ribu Tanah Transmigran, Atasi Tumpang Tindih Lahan

Prabowo Resmikan 80 Ribu Kopdes Merah Putih di Klaten, Target Entaskan Kemiskinan

Kemensos Coret 228 Ribu Penerima Bansos Terlibat Judi Online, 400 Ribu Lain Dievaluasi
Trending

Kesepakatan Dagang RI-AS: Tarif 19% Berlaku, Indonesia Kejar Nol Persen Ekspor Unggulan

Pemerintah Perangi Beras Oplosan, Gelontorkan Jutaan Ton untuk Stabilisasi Harga

Kementan Ungkap 212 Merek Beras Oplosan, Konsumen Rugi Rp 99 Triliun

Piala AFF U-23: Malaysia Puji Indonesia Calon Juara, Grup A Berpeluang Runner-up Terbaik

Kesepakatan Dagang RI-AS: Tarif Turun, Indonesia Beli Produk Miliaran Dolar
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.