
Tanggal Publikasi
3 Jul 2025
Sumber Berita
7 sumber
Total Artikel
11 artikel
Overview
Banggar DPR RI menyetujui penggunaan SAL APBN 2024 sebesar Rp85,6 triliun untuk menutupi pelebaran defisit APBN 2025 menjadi Rp662 triliun (2,78% PDB). Defisit melebar akibat target penerimaan negara yang tidak tercapai, termasuk batalnya kenaikan PPN. Pemanfaatan SAL bertujuan mengurangi utang dan membiayai defisit. DPR juga mempertanyakan pembukaan blokir anggaran tanpa persetujuan.
💰 Keputusan Anggaran
- Badan Anggaran (Banggar) DPR RI secara resmi menyetujui penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN 2024 sebesar Rp85,6 triliun untuk menutupi pelebaran defisit APBN 2025.
- Persetujuan ini dicapai dalam rapat antara Banggar DPR RI dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Kamis (3/7/2025).
- Defisit APBN 2025 diproyeksikan melebar menjadi Rp662 triliun atau 2,78% dari PDB, lebih tinggi dari target awal Rp616,2 triliun.
- Pemanfaatan SAL bertujuan mengurangi ketergantungan pada penerbitan utang melalui Surat Berharga Negara (SBN) serta membiayai defisit.
- Total SAL tahun anggaran 2024 tercatat sebesar Rp457,5 triliun, yang dianggap cukup kuat untuk menopang fiskal.
📉 Faktor Pelebaran Defisit
- Pelebaran defisit disebabkan potensi tidak tercapainya target penerimaan negara, yang diperkirakan hanya mencapai 95,4% dari target.
- Penerimaan pajak diproyeksikan hanya mencapai Rp2.076,9 triliun atau 94,9% dari target.
- Faktor penyebab penurunan penerimaan meliputi batalnya kenaikan PPN menjadi 12% untuk semua produk.
- Dividen dari BUMN yang tidak dibayarkan atau dialihkan ke BPI Danantara turut berkontribusi pada penurunan penerimaan.
- Fluktuasi harga migas juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan negara.
📊 Kondisi Fiskal Terkini
- Hingga akhir Juni 2025, defisit APBN telah mencapai Rp204,3 triliun atau 0,84% dari PDB.
- Angka defisit ini meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp77,3 triliun.
- Realisasi pendapatan negara hingga semester I 2025 mencapai Rp1.210,1 triliun, menunjukkan penurunan 9% dibandingkan tahun lalu.
🗣️ Respons dan Analisis
- Anggota Banggar DPR mencecar Sri Mulyani terkait pembukaan blokir anggaran sebesar Rp134,9 triliun tanpa persetujuan DPR.
- Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi APBN 2025 dipengaruhi oleh tekanan pada penerimaan dan kebutuhan mendesak untuk program prioritas Presiden Prabowo, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG).
- Pakar menilai Outlook APBN 2025 yang disusun pemerintah sudah realistis, namun mencapai target maksimal masih menantang.
- Peneliti CSIS, Deni Friawan, berpendapat pemerintah perlu mempercepat konsolidasi kebijakan dan kelembagaan.
- Manajer Riset CITA, Fajry Akbar, memperkirakan realisasi penerimaan pajak tahun ini hanya 90%-95% dari target APBN 2025, menilai target tersebut cukup ambisius.
Apa itu Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN?
Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN adalah sisa lebih pembiayaan anggaran tahun sebelumnya yang belum digunakan. SAL ini merupakan dana yang terkumpul dari surplus anggaran atau efisiensi belanja di tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun anggaran 2024, total SAL tercatat sebesar Rp457,5 triliun. Jumlah ini dianggap cukup kuat untuk menopang kondisi fiskal negara, memberikan fleksibilitas bagi pemerintah dalam mengelola keuangan negara, terutama saat menghadapi tekanan anggaran atau kebutuhan mendesak.
Keputusan penting apa yang diambil oleh Badan Anggaran (Banggar) DPR RI terkait APBN 2025?
Badan Anggaran (Banggar) DPR RI secara resmi menyetujui penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN 2024 sebesar Rp85,6 triliun. Persetujuan ini diberikan kepada pemerintah untuk menutupi pelebaran defisit APBN yang diproyeksikan terjadi pada tahun 2025.
Kapan persetujuan penggunaan SAL untuk APBN 2025 ini dicapai?
Persetujuan penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN 2024 untuk menutupi defisit APBN 2025 dicapai dalam rapat antara Banggar DPR RI dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Rapat tersebut dilaksanakan pada Kamis, 3 Juli 2025, di Jakarta.
Mengapa pemerintah memutuskan untuk menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN 2024?
Pemerintah memutuskan untuk memanfaatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) APBN 2024 dengan beberapa tujuan utama, yaitu:
- Mengurangi Ketergantungan pada Utang: Penggunaan SAL membantu mengurangi kebutuhan pemerintah untuk menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) baru, yang merupakan salah satu bentuk utang. Hal ini dapat menjaga keberlanjutan fiskal dan mengurangi beban pembayaran bunga utang di masa depan.
- Memenuhi Kewajiban Pemerintah: SAL digunakan untuk memastikan pemerintah dapat memenuhi berbagai kewajiban finansialnya, baik yang bersifat rutin maupun mendesak.
- Membiayai Defisit: Tujuan utama adalah untuk menutupi pelebaran defisit APBN 2025, yang disebabkan oleh proyeksi penerimaan negara yang tidak mencapai target.
Dengan demikian, pemanfaatan SAL ini menjadi strategi penting untuk menjaga stabilitas dan kesehatan APBN di tengah tantangan ekonomi.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pelebaran defisit APBN 2025?
Pelebaran defisit APBN 2025 disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, terutama terkait dengan proyeksi penerimaan negara yang tidak optimal dan kebutuhan belanja yang meningkat:
- Penurunan Target Penerimaan Negara: Penerimaan negara diperkirakan hanya mencapai Rp2.865,5 triliun atau 95,4% dari target awal.
- Penurunan Target Penerimaan Pajak: Penerimaan pajak diproyeksikan hanya mencapai Rp2.076,9 triliun atau 94,9% dari target.
- Pembatalan Kenaikan PPN: Batalnya rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% untuk semua produk berdampak pada potensi penerimaan pajak.
- Pengalihan Dividen BUMN: Dividen dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak dibayarkan atau dialihkan ke BPI Danantara mengurangi pemasukan negara.
- Fluktuasi Harga Migas: Perubahan harga minyak dan gas bumi di pasar global juga memengaruhi penerimaan negara dari sektor ini.
- Kebutuhan Program Prioritas: Adanya kebutuhan mendesak untuk merealisasikan program-program prioritas Presiden terpilih, seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG), juga menambah tekanan pada sisi belanja.
Faktor-faktor ini secara kolektif menyebabkan proyeksi defisit APBN 2025 melebar dari target awal.
Berapa proyeksi defisit APBN 2025 setelah pelebaran ini?
Setelah adanya pelebaran, defisit APBN 2025 diproyeksikan akan mencapai Rp662 triliun. Angka ini setara dengan 2,78% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan target awal APBN 2025 yang sebesar Rp616,2 triliun atau 2,53% dari PDB. Peningkatan defisit ini menunjukkan adanya tantangan dalam pengelolaan fiskal yang memerlukan penyesuaian, salah satunya melalui pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL).
Bagaimana kondisi defisit APBN hingga pertengahan tahun 2025?
Hingga akhir Juni 2025, kondisi defisit APBN menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya:
- Defisit APBN: Defisit telah mencapai Rp204,3 triliun atau 0,84% dari PDB. Sumber lain menyebutkan angka Rp197 triliun atau 0,81% dari PDB.
- Perbandingan Tahun Sebelumnya: Angka defisit ini meningkat drastis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya sebesar Rp77,3 triliun.
- Realisasi Pendapatan Negara: Realisasi pendapatan negara hingga semester I 2025 mencapai Rp1.210,1 triliun, yang menunjukkan penurunan sebesar 9% dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun lalu.
Data ini mengindikasikan adanya tekanan pada penerimaan negara dan peningkatan kebutuhan belanja yang berkontribusi pada pelebaran defisit.
Bagaimana pandangan para pakar mengenai Outlook APBN 2025?
Para pakar ekonomi memiliki pandangan yang beragam namun cenderung realistis mengenai Outlook APBN 2025:
- Realistis namun Menantang: Secara umum, Outlook APBN 2025 yang disusun pemerintah dinilai sudah realistis, namun mencapai target maksimalnya masih akan sangat menantang.
- Selaras dengan Proyeksi Internasional: Peneliti CSIS, Deni Friawan, berpendapat bahwa outlook tersebut selaras dengan proyeksi lembaga internasional. Namun, ia menekankan pentingnya pemerintah untuk mempercepat konsolidasi kebijakan dan kelembagaan guna mendukung pencapaian target.
- Penerimaan Pajak Ambisius: Manajer Riset CITA, Fajry Akbar, menilai bahwa outlook penerimaan pajak yang ditetapkan cukup ambisius. Ia memperkirakan bahwa realisasi penerimaan pajak tahun ini kemungkinan hanya akan mencapai 90%-95% dari target APBN 2025.
Kesimpulannya, meskipun pemerintah telah menyusun outlook yang dianggap realistis, tantangan besar tetap ada, terutama dalam mencapai target penerimaan dan menjaga efisiensi belanja.
Apa saja kekhawatiran atau pertanyaan yang diajukan oleh anggota DPR kepada Menteri Keuangan?
Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyampaikan beberapa kekhawatiran dan pertanyaan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, terutama di tengah kondisi pelebaran defisit APBN:
- Pembukaan Blokir Anggaran Tanpa Persetujuan DPR: Anggota DPR mencecar terkait pembukaan blokir anggaran sebesar Rp134,9 triliun yang dilakukan tanpa persetujuan DPR. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran.
- Efisiensi Anggaran: DPR juga mempertanyakan efisiensi anggaran pemerintah, khususnya terkait implementasi Inpres Nomor 1 Tahun 2025 yang seharusnya mendorong penghematan dan efisiensi belanja.
Menanggapi hal ini, Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi APBN 2025 sangat dipengaruhi oleh tekanan pada sisi penerimaan dan adanya kebutuhan mendesak untuk merealisasikan program-program prioritas Presiden terpilih, seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang memerlukan alokasi anggaran yang signifikan.
Masih Seputar ekonomi
Jelang Tenggat, Indonesia Siapkan Rp551 Triliun Lobi Tarif Dagang AS
sekitar 4 jam yang lalu

Koperasi Desa Merah Putih Siap Beroperasi Penuh, Didukung Modal Rp3 Miliar
sekitar 7 jam yang lalu

Kemenhub Finalisasi Kenaikan Tarif Ojol 8-15 Persen, Simak Respons Aplikator dan Pengemudi
sekitar 7 jam yang lalu

BSU 2025 Rp600.000 Cair Bertahap, Pekerja Wajib Cek Rekening dan Syaratnya
sekitar 10 jam yang lalu

Pemerintah Resmi Permudah Perizinan Investasi dan Usaha Lewat PP 28/2025
sekitar 10 jam yang lalu

Bea Cukai Permudah Impor Barang Pindahan: Bebas Bea Masuk, Proses Online
sekitar 13 jam yang lalu

Kenaikan Tarif Ojol 8-15 Persen Dikritik, Pengemudi Tuntut Potongan Aplikasi Turun
sekitar 13 jam yang lalu

Menteri PU Nonaktifkan Tiga Pejabat BBPJN Sumut Buntut OTT KPK Korupsi Jalan
sekitar 16 jam yang lalu

Indonesia Tunggu Respons AS Soal Tarif Timbal Balik Trump Jelang Tenggat 8 Juli
sekitar 16 jam yang lalu

Target Pertumbuhan Ekonomi 2026: Sri Mulyani Patok 5,8%, Bappenas Lebih Optimis
1 hari yang lalu

Sumber Artikel
Berita Terbaru

Konten Serang Maia Estianty Hilang, Ahmad Dhani Diduga Ditegur Partai Gerindra

Artis Sinetron MR Ditangkap Polisi, Peras Pacar Sesama Jenis Pakai Video Syur

Pemerintah AS Akhiri Pembatasan Ekspor Perangkat Lunak Desain Chip ke China

Xiaomi Redmi Pad 2 Resmi Hadir di Indonesia, Tablet Rp 2 Juta Bawa Peningkatan

DPR Terima Surpres 24 Calon Dubes RI, Uji Kelayakan Dilakukan Rahasia
Trending

Rekomendasi Laptop dan Tablet Terbaik 2025: Pilihan Lengkap untuk Segala Kebutuhan

Hari Bhayangkara ke-79: Prabowo Apresiasi Polri Jaga Kepercayaan Rakyat dan Ketahanan Pangan

Putusan MK Pisahkan Pemilu 2029, DPR dan Pemerintah Kaji Dampak Konstitusional

Legenda Dangdut Hamdan ATT Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun Akibat Komplikasi Stroke

Diogo Jota Bintang Liverpool Meninggal Tragis Kecelakaan Mobil Bersama Adik di Spanyol
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.