Pemerintah Genjot Ketahanan Pangan Nasional, Fokus Swasembada dan Gizi Masyarakat

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi. Program ini didukung oleh Bapanas yang memperkuat penerapan konsumsi pangan B2SA. Pemerintah menyambut baik inisiatif sektor swasta yang sejalan dengan semangat MBG dalam mendorong perekonomian daerah melalui keterlibatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Pemerintah menyambut baik inisiatif sektor swasta yang sejalan dengan semangat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah. Salah satu contoh kolaborasi ini adalah dengan Organisasi Matahari Pagi Indonesia melalui Program Makan Bahagia Gratis. Kolaborasi ini bertujuan untuk:

• Mendukung pemenuhan gizi: Terutama di sekolah-sekolah yang belum terjangkau Program MBG.
• Memberdayakan UMKM: UMKM setempat diberdayakan sebagai penyedia makanan untuk program tersebut, yang juga mendorong perekonomian daerah.

Organisasi Matahari Pagi Indonesia berkolaborasi dengan pemerintah melalui Program Makan Bahagia Gratis. Program ini bertujuan untuk mendukung pemenuhan gizi di sekolah-sekolah yang belum terjangkau Program MBG pemerintah. Selain itu, program ini juga memberdayakan UMKM setempat sebagai penyedia makanan.

Program Makan Bahagia Gratis telah diimplementasikan di:

• SDN Petojo Selatan 06 Jakarta Pusat
• Yayasan Al-Bi'tsah Himmaturrisalah, Kabupaten Bandung Barat

Implementasi program ini telah mendapat respons positif.

BRI mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bagian dari komitmen untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas SDM. Dukungan BRI diberikan kepada Koperasi Produsen Jaring Mas Sejahtera, yang merupakan pemasok bahan pangan untuk program MBG di Riau. Koperasi ini:

• Menyuplai: 11 dapur sekolah di Pekanbaru dan Kampar.
• Melibatkan: Sekitar 600 tenaga kerja.
• Menerima Pembiayaan: Mendapatkan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI untuk menjaga rantai pasok serta memberdayakan petani dan nelayan lokal.

Pemerintah memiliki rencana strategis untuk mencapai swasembada beberapa komoditas pangan:

• Bawang Putih: Pemerintah berencana meningkatkan produksi bawang putih dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor, mengingat 95% pasokan saat ini masih dipenuhi impor. Kementerian Koordinator Bidang Pangan dan Kementerian Pertanian telah menyusun peta jalan untuk meningkatkan produksi di daerah potensial seperti Sumatera Utara dan Jawa.
• Gula: Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyatakan komitmen pemerintah untuk mendukung petani tebu dalam mencapai swasembada gula nasional, menargetkan ekosistem gula sebaik beras pada tahun depan. Dirut PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) meyakini swasembada gula konsumsi akan tercapai pada 2027, dengan peningkatan produktivitas tebu.

Infrastruktur irigasi memiliki peran krusial dalam mendukung program swasembada pangan nasional. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memperoleh kontrak baru untuk proyek rehabilitasi jaringan irigasi di Kalimantan Tengah, yang didanai oleh APBN. Proyek ini mencakup rehabilitasi jaringan irigasi rawa di 16 daerah irigasi seluas 3.076 hektare. Tujuannya adalah untuk:

• Meningkatkan efektivitas pengairan: Memastikan pasokan air yang cukup untuk lahan pertanian.
• Mengurangi risiko gagal panen: Dengan sistem irigasi yang lebih baik, risiko kekeringan atau kelebihan air dapat diminimalisir.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan bahwa alat dan mesin pertanian (alsintan) yang diberikan pemerintah adalah aset negara. Alsintan ini dititipkan kepada kelompok tani dengan tujuan utama untuk meningkatkan produktivitas pertanian, yaitu mempercepat proses olah tanah hingga panen.

Ada aturan ketat terkait penggunaan alsintan ini:

• Tidak Boleh Diperjualbelikan: Alsintan tidak boleh dijual oleh kelompok tani.
• Tidak Boleh Disewakan dengan Harga Tinggi: Penyewaan alsintan harus sesuai ketentuan dan tidak boleh dengan harga yang memberatkan petani.
• Sanksi Pidana: Bagi pelanggar aturan ini akan dikenakan sanksi pidana.