Rudal Iran Hantam RS Israel, AS Pertimbangkan Intervensi di Tengah Eskalasi Konflik

Konflik terbaru antara Israel dan Iran telah berlangsung selama enam hari berturut-turut, ditandai dengan sirene peringatan yang terdengar di seluruh Israel, termasuk Yerusalem, saat rudal-rudal Iran diadang. Konflik ini melibatkan serangan rudal balistik dari Iran dan serangan balasan dari Israel terhadap fasilitas nuklir Iran serta target lainnya.

Iran melancarkan serangan rudal balistik Sejjil ke Israel pada Rabu, 18 Juni. Serangan ini merupakan bagian dari operasi yang disebut Operasi True Promise 3, dan menandai pertama kalinya Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menggunakan rudal balistik berbahan bakar padat Sejjil dalam serangan ke Israel.

Rudal balistik Sejjil adalah rudal berbahan bakar padat yang dikembangkan oleh Iran untuk menggantikan rudal berbahan bakar cair. Rudal ini memiliki beberapa kemampuan canggih:

• Waktu Persiapan Peluncuran Cepat: Memungkinkan peluncuran yang lebih cepat dibandingkan rudal berbahan bakar cair.
• Mobilitas Tinggi: Sulit dideteksi karena kemampuannya untuk bergerak.
• Jangkauan: Mampu menjangkau target sejauh 2.000 hingga 2.500 kilometer.
• Kecepatan: Mencapai Mach 12-14 saat memasuki atmosfer dan Mach 5 saat mengenai target.
• Hulu Ledak: Mampu membawa hulu ledak konvensional atau nuklir.

Iran mengklaim bahwa serangan rudal mereka menargetkan pangkalan militer dan intelijen Israel, seperti Pangkalan Intelijen dan Komando Angkatan Darat Israel (IDF C4I) dan Kamp Intelijen Angkatan Darat di Gav-Yam Technology Park. Namun, serangan tersebut menghantam Soroka Medical Center, sebuah rumah sakit di Be'er Sheva, yang berdekatan dengan target yang diklaim Iran.

Dampak dari serangan ini meliputi:

• Kerusakan pada rumah sakit.
• Melukai sedikitnya 32 hingga 47 orang di Tel Aviv dan Be'er Sheva.
• Puing-puing rudal balistik Iran juga ditemukan di area pemukiman Tepi Barat.

Respons Israel terhadap serangan rudal Iran sangat keras:

• Peringatan: Sirene peringatan terdengar di seluruh Israel, termasuk Yerusalem.
• Kecaman: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam keras serangan terhadap rumah sakit dan mengancam Iran akan \"membayar harga yang mahal\".
• Tuduhan Kejahatan Perang: Wakil Menteri Luar Negeri Israel Sharren Haskel menyebut serangan itu \"disengaja\" dan \"kriminal\", sementara Menteri Kesehatan Israel Uriel Buso menyebutnya sebagai kejahatan perang.

Israel telah melancarkan Operasi Rising Lion sebagai tindakan balasan terhadap Iran. Tindakan ini meliputi:

• Serangan Nuklir: Menyerang reaktor air berat Iran di Arak dan tiga fasilitas nuklir lainnya (Natanz, Isfahan, Fordow).
• Pembunuhan Ilmuwan: Menewaskan sejumlah ilmuwan nuklir Iran.
• Target Komandan: Perdana Menteri Netanyahu bertekad menggulingkan rezim Iran melalui serangkaian serangan yang menargetkan komandan IRGC dan kepala unit intelijen IRGC.
• Target Hizbullah: Israel juga mengklaim telah menewaskan dua komandan senior Hizbullah di Lebanon Selatan.

Komunitas internasional menunjukkan beragam reaksi terhadap konflik ini:

• Kecaman dan Seruan Dialog: Indonesia dan 22 negara lain mengecam serangan Israel terhadap Iran, menyerukan dialog dan kepatuhan terhadap hukum internasional.
• Rusia: Mendesak Israel menghentikan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dan memperingatkan AS agar tidak melakukan intervensi militer. Presiden Rusia Vladimir Putin juga menawarkan diri menjadi mediator antara Iran dan Israel.
• China: Presiden Xi Jinping mendesak \"kekuatan-kekuatan besar\" untuk meredakan konflik dan menyerukan gencatan senjata segera.
• Eropa: Menteri Luar Negeri Jerman, Prancis, dan Inggris akan bertemu dengan Menlu Iran untuk mencari solusi diplomatik.
• Korea Utara: Mengutuk keras serangan Israel, menyebutnya tindakan agresi dan \"seperti kanker\" yang mengancam perdamaian.

Posisi Amerika Serikat terkait konflik Israel-Iran menunjukkan kehati-hatian dan kompleksitas:

• Belum Memutuskan Intervensi: Presiden AS Donald Trump menyatakan belum memutuskan apakah akan bergabung dalam serangan Israel terhadap Iran, meskipun ada desakan kuat dari dalam negeri AS.
• Harapan Israel: Israel disebut ingin menyeret AS ke dalam konflik, berharap AS akan menggunakan bom GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) untuk menghancurkan fasilitas nuklir Fordow milik Iran yang tersembunyi jauh di bawah tanah.
• Penolakan Publik AS: Survei Washington Post menunjukkan hampir separuh warga AS menentang serangan udara terhadap Iran.
• Tidak Terlibat Langsung: AS sendiri menyatakan tidak terlibat dalam operasi Israel, tetapi memperingatkan Iran agar tidak menargetkan kepentingan AS.

Eskalasi konflik ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai potensi dampak dan risiko jangka panjang, termasuk:

• Penutupan Selat Hormuz: Kekhawatiran utama adalah kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz, jalur vital perdagangan minyak dunia. Jika ini terjadi, pasokan minyak global akan terganggu secara signifikan.
• Keterlibatan Negara Lain: Penutupan Selat Hormuz atau eskalasi lebih lanjut berpotensi menyeret negara-negara lain ke dalam konflik, terutama negara-negara yang sangat bergantung pada jalur perdagangan tersebut atau memiliki kepentingan strategis di kawasan.
• Ketidakstabilan Regional: Konflik yang meluas dapat menyebabkan ketidakstabilan regional yang parah, mengganggu keamanan dan ekonomi di Timur Tengah dan sekitarnya.