Kementan dan Polri Resmi Tetapkan Harga Ayam Hidup Rp18.000/Kg untuk Peternak

Penurunan harga ayam hidup di tingkat peternak secara drastis, jauh di bawah harga acuan pembelian (HAP) dan bahkan di bawah harga pokok produksi (HPP). Harga ayam hidup di tingkat peternak mencapai Rp 14.500 per kilogram, sementara Harga Acuan Pembelian (HAP) adalah Rp 25.000 per kg. Harga ini juga berada di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) peternak yang berkisar antara Rp 16.935 hingga Rp 17.646 per kg. Kondisi penurunan harga ini dominan terjadi di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah.

Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan harga pembelian ayam hidup di tingkat peternak menjadi Rp 18.000 per kilogram. Penetapan harga minimum ini berlaku secara nasional untuk semua ukuran bobot panen ayam. Langkah ini diambil untuk menstabilkan harga dan melindungi peternak rakyat dari kerugian.

Terdapat perbedaan informasi mengenai tanggal berlaku penetapan harga minimum ini:

• Menurut liputan6.com, harga ini mulai berlaku pada 19 Juni 2024.
• Namun, mediaindonesia.com dan antaranews.com menyebutkan tanggal 19 Juni 2025.

Meskipun ada perbedaan, tujuan penetapan harga ini adalah untuk segera menstabilkan harga dan melindungi peternak.

Fluktuasi harga ayam hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama faktor non-teknis seperti:

• Psikologi pasar: Sentimen dan ekspektasi pelaku pasar dapat memengaruhi keputusan jual beli.
• Tata niaga yang tidak efisien: Sistem perdagangan yang tidak optimal menyebabkan ketidakseimbangan harga.
• Margin perdagangan broker yang tinggi: Margin keuntungan broker yang mencapai lebih dari 67 persen menunjukkan adanya ketidakadilan dalam pembagian keuntungan di rantai pasok.

Satgas Pangan POLRI bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menstabilkan harga dan melindungi peternak rakyat dari kerugian. Peran mereka meliputi:

• Mengungkap adanya indikasi praktik manipulatif dan persekongkolan di pasar.
• Menindak tegas pelanggaran harga yang mengandung unsur pidana, termasuk sanksi pidana dan administratif.
• Mencegah perilaku monopoli yang merugikan peternak dan konsumen.

Kepala Satgas Pangan POLRI, Brigjen Pol Helfi Assegaf, mengungkapkan adanya indikasi praktik manipulatif dan persekongkolan di pasar. Praktik ini diduga terjadi antara oknum peternak dan broker. Perilaku merugikan semacam ini dapat dikategorikan sebagai perilaku monopoli yang melanggar hukum.

Pihak yang melanggar penetapan harga atau melakukan praktik manipulatif yang mengandung unsur pidana akan ditindak tegas oleh Satgas Pangan POLRI. Konsekuensinya dapat berupa sanksi pidana dan administratif, karena praktik merugikan tersebut dapat dikategorikan sebagai perilaku monopoli yang melanggar peraturan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda, berharap harga serapan ayam hidup dapat terus meningkat. Tujuan jangka panjangnya adalah agar harga mendekati Harga Acuan Pembelian (HAP) yaitu Rp 25.000 per kilogram. Hal ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan usaha peternak dan melindungi mereka dari kerugian.