Usulan Perubahan Standar Garis Kemiskinan Nasional

Usulan Perubahan Standar Garis Kemiskinan Nasional mencakup berita terkini, video informatif, gambar pendukung, dan sumber data akurat untuk pemahaman mendalam.

article

Metrics

{"image":"https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1749548771/investortrust-bucket/images/1749548772584.jpg","trendingStart":"2025-06-11T12:00:04.254Z","trendingEnd":"2025-06-11T12:00:04.237Z","updatedAt":"2025-06-11T12:00:46.183Z","articleCount":8}
summarize

Berita

Pemerintah Indonesia menghadapi desakan untuk merevisi standar garis kemiskinan nasional yang telah digunakan selama 26 tahun. Perubahan ini dipicu oleh pembaruan standar garis kemiskinan internasional oleh Bank Dunia serta perubahan kondisi sosial ekonomi domestik. Berbagai pihak menyuarakan urgensi revisi ini, sementara beberapa kekhawatiran juga muncul terkait dampaknya.

Perubahan Standar Bank Dunia dan Dampaknya bagi Indonesia

  • Pembaruan Standar Global
    • Bank Dunia mengubah standar garis kemiskinan internasional mulai Juni 2025, memperbarui basis perhitungan dari Purchasing Power Parity (PPP) 2017 menjadi PPP 2021.
    • Tiga garis kemiskinan direvisi:
      • Kemiskinan ekstrem: US$3 per kapita per hari.
      • Negara berpenghasilan menengah bawah (lower middle income country): US$4,20 per kapita per hari.
      • Negara berpenghasilan menengah atas (upper middle income country): US$8,30 per kapita per hari.
  • Dampak Signifikan bagi Indonesia
    • Dengan standar baru PPP 2021, jumlah penduduk miskin Indonesia diproyeksikan melonjak menjadi sekitar 194,6 juta jiwa (68,25% dari total populasi menurut data Susenas 2024 BPS).
    • Sebagai perbandingan, dengan standar PPP 2017 (per April 2025), angka kemiskinan diperkirakan 171,8 juta jiwa (60,3% dari populasi 2024).
    • Peningkatan ini disebabkan Indonesia diklasifikasikan sebagai negara berpendapatan menengah atas sejak 2023, sehingga menggunakan standar yang lebih tinggi.

Urgensi dan Usulan Revisi Standar Kemiskinan Nasional

  • Kebutuhan Mendesak untuk Revisi
    • Standar garis kemiskinan nasional Indonesia saat ini sudah tidak berubah selama 26 tahun.
    • Alasan revisi mencakup peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan pola konsumsi masyarakat.
    • Revisi melibatkan berbagai lembaga seperti BPS, Bappenas, Forum Masyarakat Statistik, dan Dewan Ekonomi Nasional.
  • Usulan Standar Baru Nasional
    • Dewan Ekonomi Nasional mengusulkan standar garis kemiskinan nasional minimal Rp765.000 per orang per bulan, lebih tinggi dari standar saat ini Rp595.243.
    • Usulan ini mempertimbangkan kenaikan standar Bank Dunia dan penggunaan nilai PPP 2021.
    • Penasihat ekonomi Prabowo, Arief Anshory Yusuf, juga menyarankan revisi segera karena metode perhitungan lama dan perubahan pola konsumsi.
    • Direktur Celios, Nailul Huda, meminta pemerintah menggunakan standar Bank Dunia US$3,65 per hari (sekitar Rp61.000) untuk negara berpenghasilan menengah ke bawah, yang dinilai lebih mencerminkan kondisi riil.

Perbandingan Standar Bank Dunia dan BPS Saat Ini

  • Perbedaan Metodologi dan Tujuan
    • Angka kemiskinan yang dirilis Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS) berbeda karena perbedaan standar dan tujuan penggunaan.
    • Bank Dunia menggunakan standar global (misalnya, US$6,85 PPP untuk klasifikasi sebelumnya, atau standar baru per kategori negara) untuk perbandingan antarnegara. Dengan standar Bank Dunia US$6,85 PPP (setara Rp5.993,03), angka kemiskinan Indonesia versi Bank Dunia adalah 60,3% pada 2024.
    • BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (Cost of Basic Needs/CBN) yang disesuaikan dengan kebutuhan riil masyarakat Indonesia, termasuk komoditas makanan dan nonmakanan berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Angka kemiskinan BPS per September 2024 adalah 8,57% atau 24,06 juta jiwa.
  • Konteks Lokal vs. Global
    • Garis kemiskinan BPS dihitung secara rinci berdasarkan wilayah dan mencerminkan kebutuhan konsumsi rumah tangga spesifik di Indonesia.
    • Standar kemiskinan ekstrem Bank Dunia (US$3 per hari atau sekitar Rp545.000 per bulan) hampir setara dengan standar nasional Indonesia saat ini.

Kekhawatiran dan Pertimbangan dalam Revisi Standar

  • Potensi Peningkatan Angka Kemiskinan
    Jika Indonesia mengadopsi standar terbaru Bank Dunia untuk negara berpenghasilan menengah-atas (US$8,30 per hari atau sekitar Rp115.000), persentase penduduk miskin bisa mencapai 68,2%.
  • Implikasi Kebijakan dan Anggaran
    • Perubahan garis kemiskinan akan memengaruhi arah kebijakan ekonomi pemerintah dan kepercayaan masyarakat.
    • Kekhawatiran utama meliputi politisasi akibat potensi peningkatan jumlah penduduk miskin secara statistik dan pembengkakan anggaran bantuan sosial (bansos).
    • Ada juga kekhawatiran bahwa penggunaan standar Bank Dunia dapat menyebabkan target penerima bantuan menjadi salah sasaran jika tidak diimbangi dengan data yang akurat.
  • Proses Penyusunan Standar Baru
    • BPS dan lembaga terkait sedang dalam proses penyusunan standar baru, yang diharapkan dapat diumumkan dalam waktu dekat.
    • Beberapa pihak menyarankan pendekatan komplementer yang tetap mempertimbangkan konteks lokal dalam pembaruan standar.
play_circle

Video

gallery_thumbnail

Gambar

article

Sumber

we are hiring

We are hiring 🎉

Siap Berkarir dan Berkembang Bersama?

Lamar sekarang

Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.