Mengapa Perjanjian Damai Thailand-Kamboja Gagal Total Hanya dalam Dua Bulan?

Konflik perbatasan Thailand-Kamboja meletus kembali secara masif pada 8 Desember 2025, hanya dua bulan setelah Deklarasi Damai ditandatangani 1. Thailand melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran dengan dalih membalas pelanggaran gencatan senjata oleh Kamboja 35, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Phnom Penh 9. Eskalasi ini menjadi lebih berbahaya setelah Bangkok secara sepihak membatalkan perjanjian damai, menghentikan semua negosiasi, dan menolak peran mediator internasional seperti AS dan ASEAN 4.

Runtuhnya Perjanjian Damai yang Rapuh

Kurang dari dua bulan setelah penandatanganan Deklarasi Bersama yang bersejarah, harapan untuk perdamaian di perbatasan Thailand-Kamboja hancur lebur 1. Perjanjian yang disaksikan oleh Presiden AS Donald Trump dan Ketua ASEAN Anwar Ibrahim pada 26 Oktober 2025 seolah tak berbekas 1.

Pada Senin pagi, 8 Desember 2025, Angkatan Udara Kerajaan Thailand melancarkan serangan militer skala besar ke wilayah Kamboja, menandai eskalasi paling sengit sejak konflik Juli lalu 12.

Sikap Thailand menjadi jelas ketika Perdana Menteri Anutin Charnvirakul secara terbuka menyatakan bahwa perjanjian damai tersebut kini dianggap tidak sah.

"Deklarasi Damai yang sebelumnya diteken bersama Kamboja 'batal demi hukum'." — PM Thailand, Anutin Charnvirakul 4

Langkah ini secara efektif menutup pintu diplomasi yang baru saja dibuka.

Kronologi Singkat Eskalasi

Operasi Militer Thailand: Balasan atau Agresi Terencana?

Thailand mengklaim operasi militer mereka adalah tindakan balasan yang diperlukan. Mereka menuduh Kamboja lebih dulu menyerang Pangkalan Udara Anupong, yang menewaskan seorang tentara Thailand 4.

Namun, skala dan tujuan operasi Thailand menunjukkan adanya agenda yang lebih besar. Serangan tidak hanya melibatkan jet tempur F-16 tetapi juga pengerahan tank yang memasuki wilayah Kamboja 36.

Target serangan Thailand sangat spesifik dan strategis:

• Kasino di perbatasan: Dituduh berfungsi sebagai markas militer dan penyimpanan drone Kamboja 5.
• Kereta Gantung (Cable Car): Fasilitas logistik vital untuk pasukan Kamboja di titik strategis Gunung 350 5.
• Basis Roket: Menargetkan depot penyimpanan roket jarak jauh, termasuk varian BM-21 dan PHL-03 buatan China 7.

Saling Lempar Tuduhan dan Korban Berjatuhan

Di tengah dentuman bom dan artileri, perang narasi antara kedua negara semakin memanas. Masing-masing pihak menyajikan versi kejadian yang bertolak belakang untuk membenarkan tindakan mereka.

Konflik ini telah memakan korban jiwa dari kedua belah pihak, baik militer maupun sipil, dan memaksa ribuan warga mengungsi dari rumah mereka 2.

• Korban Pihak Kamboja: Sedikitnya enam warga sipil tewas dan sekitar 10 lainnya luka-luka 8.
• Korban Pihak Thailand: Sedikitnya satu tentara tewas dan 18 lainnya terluka 8.

Babak Baru: Penolakan Mediasi dan Isolasi Konflik

Langkah paling mengkhawatirkan dari eskalasi ini adalah keputusan Thailand untuk sepenuhnya menolak mediasi internasional. Bangkok secara eksplisit menyatakan tidak lagi mengakui peran Donald Trump maupun Anwar Ibrahim sebagai mediator 4.

Menurut PM Anutin, konflik ini adalah urusan bilateral murni Thailand-Kamboja dan tidak memerlukan campur tangan pihak manapun 4.

Sikap ini mendorong konflik ke babak baru yang lebih berbahaya, di mana solusi diplomatik yang melibatkan pihak ketiga kini tertutup. Penolakan ini juga merupakan tantangan langsung terhadap pengaruh AS dan sentralitas ASEAN dalam menyelesaikan konflik regional.

Dengan dibatalkannya perjanjian damai dan ditolaknya mediasi, perbatasan Thailand-Kamboja kini menjadi zona konflik yang terisolasi dan tidak dapat diprediksi, meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut tanpa adanya mekanisme peredam dari komunitas internasional.