Inggris Akan Akui Palestina September Jika Israel Tak Hentikan Penderitaan Gaza

Pengakuan Negara Palestina oleh Inggris tidak akan terjadi jika Israel memenuhi syarat-syarat berikut:

• Mengambil langkah-langkah nyata untuk mengakhiri situasi di Gaza.
• Menyetujui gencatan senjata.
• Berkomitmen pada perdamaian jangka panjang untuk memulihkan solusi dua negara.

Inggris mempertimbangkan pengakuan Negara Palestina saat ini karena beberapa faktor:

• Tekanan politik dari dalam Partai Buruh yang dipimpin oleh Keir Starmer.
• Pengumuman dari Prancis yang juga akan mengakui Negara Palestina pada bulan September.

Peran historis Inggris dalam konflik Israel-Palestina sangat signifikan. Setelah Perang Dunia I, Inggris menerima mandat atas Palestina dan menjanjikan kemerdekaan kepada komunitas setempat jika mereka melawan Turki Utsmani. Namun, janji ini dikhianati oleh Deklarasi Balfour 1917 yang menyatakan dukungan Inggris untuk negara Zionis Yahudi di Palestina. Kebijakan ini memicu migrasi Yahudi dan ketegangan dengan warga Arab, serta menyebabkan Inggris dianggap lebih menguntungkan Yahudi.

Deklarasi Balfour 1917 adalah pernyataan publik oleh pemerintah Inggris yang mendukung pembentukan 'rumah nasional bagi orang-orang Yahudi' di Palestina. Dampaknya sangat besar, karena mengkhianati janji kemerdekaan yang sebelumnya diberikan kepada komunitas Arab di Palestina. Deklarasi ini memicu gelombang migrasi Yahudi ke Palestina dan meningkatkan ketegangan yang signifikan dengan warga Arab yang sudah mendiami wilayah tersebut.

Keyakinan Kristen Puritan abad ke-17 memiliki peran penting dalam memengaruhi pandangan Inggris. Keyakinan ini berakar pada ide tentang kembalinya Yahudi ke Yerusalem, yang bahkan mendahului ide serupa di kalangan Yahudi sendiri. Pandangan ini secara historis membentuk dasar dukungan Inggris terhadap pembentukan negara Yahudi di Palestina.

Pemberontakan Arab yang terjadi antara tahun 1936-1939 di Palestina disebabkan oleh kebijakan Inggris yang dianggap lebih menguntungkan Yahudi. Setelah Deklarasi Balfour 1917 dan peningkatan migrasi Yahudi, warga Arab merasa terancam dan tidak puas dengan kebijakan Inggris, yang kemudian memicu pemberontakan tersebut.

Zionis Kristen Inggris juga berperan dalam pembentukan milisi Yahudi di Palestina. Mereka berkontribusi pada pembentukan Haganah, sebuah organisasi paramiliter Yahudi yang kemudian menjadi cikal bakal Pasukan Pertahanan Israel (IDF).