Menlu Israel Tolak Gencatan Senjata dan Negara Palestina Selama Hamas Berkuasa
Pertanyaan
Cara jawab
Singkat & Padat
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menolak tekanan internasional untuk gencatan senjata di Gaza dan pengakuan negara Palestina. Saar menyatakan gencatan senjata tidak mungkin terjadi selama Hamas masih berkuasa dan menahan sandera. Ia juga menolak solusi dua negara, dengan menyatakan bahwa mendirikan negara Palestina sama dengan mendirikan negara Hamas. Israel telah melancarkan operasi militer di Gaza selama 22 bulan terakhir sejak serangan 7 Oktober 2023.
🇮🇱 Penolakan Israel
- Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menolak tekanan internasional untuk gencatan senjata di Gaza dan pengakuan negara Palestina.
- Saar menyatakan gencatan senjata tidak mungkin jika Hamas masih berkuasa dan menahan sandera, karena itu akan menjadi "tragedi" bagi Israel dan Palestina.
- Ia menegaskan bahwa Hamas bertanggung jawab atas konflik tersebut dan tekanan terhadap Israel hanya akan memperkeras sikap Hamas.
- Israel telah melancarkan operasi militer terhadap Hamas di Gaza selama 22 bulan terakhir sejak serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023.
🇵🇸 Sikap Terhadap Palestina
- Saar secara tegas menolak upaya solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.
- Ia menyatakan bahwa mendirikan negara Palestina sama dengan mendirikan negara Hamas.
- Penolakan ini mencerminkan kekhawatiran Israel bahwa negara Palestina yang merdeka akan dikuasai oleh kelompok yang dianggap teroris.
Apa sikap utama Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar terkait konflik Gaza?
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, memiliki sikap yang tegas terkait konflik di Gaza. Ia secara terbuka menolak tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata di Gaza. Selain itu, ia juga menolak pengakuan negara Palestina. Menurutnya, gencatan senjata tidak mungkin terjadi jika Hamas masih berkuasa dan menahan sandera, karena hal itu akan menjadi 'tragedi' bagi Israel dan Palestina. Ia juga berpandangan bahwa mendirikan negara Palestina sama dengan mendirikan negara Hamas.
Mengapa Gideon Saar menolak tekanan internasional untuk gencatan senjata di Gaza?
Gideon Saar menolak tekanan internasional untuk gencatan senjata di Gaza karena beberapa alasan utama:
- Hamas Masih Berkuasa: Ia berpendapat bahwa gencatan senjata tidak akan mungkin terjadi jika Hamas masih memegang kendali di Gaza.
- Penahanan Sandera: Keberadaan sandera yang masih ditahan oleh Hamas menjadi penghalang utama bagi gencatan senjata.
- 'Tragedi' bagi Israel dan Palestina: Saar meyakini bahwa gencatan senjata dalam kondisi tersebut akan menjadi 'tragedi' bagi kedua belah pihak, mengindikasikan bahwa hal itu tidak akan membawa stabilitas atau keamanan yang diinginkan.
- Memperkeras Sikap Hamas: Ia juga menyatakan bahwa tekanan internasional yang ditujukan kepada Israel justru akan memperkeras sikap Hamas, sehingga tidak efektif dalam mencapai tujuan perdamaian.
Apa syarat yang diindikasikan Gideon Saar agar gencatan senjata dapat terjadi?
Meskipun Gideon Saar tidak secara eksplisit menyebutkan 'syarat' yang harus dipenuhi, pernyataannya mengindikasikan bahwa gencatan senjata hanya dapat terjadi jika Hamas tidak lagi berkuasa dan sandera yang ditahan telah dibebaskan. Ia melihat keberlanjutan kekuasaan Hamas dan penahanan sandera sebagai hambatan utama yang membuat gencatan senjata tidak mungkin dan tidak diinginkan.
Apa pandangan Gideon Saar mengenai solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina?
Gideon Saar secara tegas menolak upaya solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Ia menyatakan bahwa mendirikan negara Palestina sama dengan mendirikan negara Hamas. Pandangan ini mencerminkan kekhawatiran Israel bahwa pembentukan negara Palestina yang merdeka dapat mengarah pada penguasaan oleh kelompok yang dianggapnya teroris, sehingga mengancam keamanan Israel.
Siapa yang dianggap Gideon Saar bertanggung jawab atas konflik yang sedang berlangsung?
Gideon Saar secara langsung menyatakan bahwa Hamas bertanggung jawab atas konflik yang sedang berlangsung. Pernyataan ini menempatkan seluruh beban tanggung jawab atas eskalasi dan keberlanjutan konflik pada kelompok Hamas, terutama setelah serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023.
Menurut Gideon Saar, apa dampak tekanan internasional terhadap Israel?
Menurut Gideon Saar, tekanan internasional yang ditujukan kepada Israel justru akan memperkeras sikap Hamas. Ini menunjukkan pandangannya bahwa tekanan semacam itu tidak hanya tidak efektif, tetapi juga kontraproduktif, karena dapat memberikan keuntungan strategis atau moral kepada Hamas, sehingga mempersulit upaya penyelesaian konflik.
Sejak kapan operasi militer Israel di Gaza berlangsung?
Operasi militer Israel terhadap Hamas di Gaza telah berlangsung selama 22 bulan terakhir. Operasi ini dimulai setelah serangan lintas perbatasan yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Apa yang dimaksud Gideon Saar dengan 'tragedi' bagi Israel dan Palestina terkait gencatan senjata?
Gideon Saar menyebut 'tragedi' bagi Israel dan Palestina jika gencatan senjata terjadi saat Hamas masih berkuasa dan menahan sandera. Bagi Israel, ini berarti kegagalan untuk mencapai tujuan keamanannya dan pembebasan sandera, yang dianggap sebagai ancaman eksistensial. Bagi Palestina, meskipun tidak dijelaskan secara langsung oleh Saar, implikasinya bisa jadi adalah berlanjutnya kekuasaan Hamas yang dianggapnya merugikan, atau situasi yang tidak stabil dan berbahaya bagi penduduk sipil. Secara keseluruhan, 'tragedi' ini merujuk pada hasil yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi kedua belah pihak dalam jangka panjang jika kondisi fundamental tidak berubah.
Masih Seputar internasional
India Klaim Tewaskan 3 Militan Dalang Pembantaian Kashmir yang Picu Konflik dengan Pakistan
sekitar 11 jam yang lalu

Iran Tolak Klaim Trump Beri Perintah Hamas di Perundingan Gaza
sekitar 13 jam yang lalu

Israel Gempur Kamp Pengungsi Nuseirat Gaza, 30 Tewas Termasuk Anak-anak
sekitar 13 jam yang lalu

AS Setujui Aneksasi Gaza, Belanda Kecam Israel di Tengah Krisis Kemanusiaan
sekitar 15 jam yang lalu

Hujan Deras Picu Banjir dan Tanah Longsor di Beijing, 38 Tewas
sekitar 15 jam yang lalu

Kim Yo Jong Kritik Diplomasi AS, Desak Pengakuan Status Nuklir Korut
sekitar 17 jam yang lalu

Lembaga HAM Israel dan Trump Akui Genosida, Kelaparan di Gaza
sekitar 17 jam yang lalu

Houthi Ancam Targetkan Kapal Berurusan dengan Pelabuhan Israel di Lokasi Mana Pun
sekitar 19 jam yang lalu

Polandia Kerahkan Jet Tempur, Tingkatkan Siaga Pertahanan Udara Pasca Serangan Rusia
sekitar 19 jam yang lalu

Pemukim Israel Serang Kota Kristen Taybeh Tepi Barat, Kontradiksi Klaim Netanyahu
sekitar 21 jam yang lalu

Berita Terbaru

BMKG Peringatkan: Modifikasi Cuaca Tak Cukup Tangani Karhutla

Senator AS Desak Elon Musk Matikan Starlink di Asia Tenggara, Digunakan Penipu

BGN Hentikan Sementara SPPG NTT Usai Ratusan Siswa Keracunan Makanan Gratis

Mensos Temukan 600 Ribu Penerima Bansos Terindikasi Judi Online, Data Diperbarui

BPS: Penduduk Miskin Jatim 3,83 Juta Jiwa Maret 2025, Turun 0,29%
Trending

Investasi RI Kuartal II 2025: Rp 477,7 T, Tumbuh 11,5%, Serap 665 Ribu Pekerja

Kesepakatan Tarif RI-AS: Harga Migas dan Pangan Diprediksi Turun, Ekspor RI Berpotensi Naik

Inggris Pertahankan Gelar Juara Euro Wanita 2025 Usai Kalahkan Spanyol

PPATK Blokir Rekening Pasif, Dana Bansos Rp2,1 T Mengendap, DPR Pertanyakan Dasar Hukum

Investasi Indonesia: Target 2025 Tercapai, Namun PMA Tertekan Geopolitik
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.