Indef melaporkan penyusutan kelas menengah di Indonesia dari 21,45% (2019) menjadi 17,13% (2024) akibat terbatasnya lapangan kerja dan kenaikan PHK. Semester I-2025, 42.385 orang terkena PHK, naik 32,25%. Indef khawatir tren ini mengikis kelas menengah dan meningkatkan kemiskinan. Walau kemiskinan turun menjadi 8,47% (Maret 2025), risiko peningkatan tetap ada karena pertumbuhan ekonomi menekan penyerapan tenaga kerja. Indonesia juga perlu waspadai penurunan penciptaan tenaga kerja global.
๐ Fakta Utama
- Kelas menengah di Indonesia menyusut dari 21,45 persen pada 2019 menjadi 17,13 persen pada 2024, menurut laporan Indef.
- Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat 32,25 persen, mencapai 42.385 orang hingga semester I-2025.
- Indef menyatakan kekhawatiran bahwa tren ini dapat mengikis jumlah kelas menengah dan meningkatkan tingkat kemiskinan di Indonesia.
โ๏ธ Faktor Penyebab
- Penyusutan kelas menengah dan peningkatan PHK disebabkan oleh terbatasnya penciptaan lapangan kerja.
- Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini menekan penyerapan tenaga kerja, berpotensi menambah tingkat kemiskinan.
- Indonesia juga perlu mewaspadai penurunan tingkat penciptaan tenaga kerja baru di level global.
๐ Data & Risiko Kemiskinan
- Angka kemiskinan di Indonesia turun menjadi 8,47 persen atau 23,85 juta jiwa per Maret 2025.
- Meskipun ada penurunan, Indef memperingatkan adanya risiko penambahan tingkat kemiskinan di masa depan.
- Kondisi ini menunjukkan paradoks antara penurunan angka kemiskinan saat ini dengan ancaman peningkatan kemiskinan akibat masalah ketenagakerjaan.
Apa yang menjadi perhatian utama Indef terkait kondisi ekonomi Indonesia?
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti adanya penyusutan kelas menengah di Indonesia. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mengikis jumlah kelas menengah dan berpotensi meningkatkan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Bagaimana perubahan ukuran kelas menengah di Indonesia menurut Indef?
Menurut laporan Indef, kelas menengah di Indonesia mengalami penyusutan yang signifikan. Pada tahun 2019, proporsi kelas menengah adalah 21,45 persen, namun angka tersebut menurun menjadi 17,13 persen pada tahun 2024.
Apa penyebab utama penyusutan kelas menengah di Indonesia?
Penyusutan kelas menengah ini disebabkan oleh dua faktor utama:
- Terbatasnya penciptaan lapangan kerja baru.
- Peningkatan angka pemutusan hubungan kerja (PHK).
Berapa banyak pekerja yang terkena PHK hingga semester I-2025?
Hingga semester I-2025, sebanyak 42.385 orang telah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 32,25 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Meskipun angka kemiskinan menurun, mengapa Indef tetap khawatir akan peningkatan kemiskinan?
Meskipun angka kemiskinan di Indonesia tercatat turun menjadi 8,47 persen atau sekitar 23,85 juta jiwa per Maret 2025, Indef tetap memperingatkan adanya risiko penambahan tingkat kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini cenderung menekan penyerapan tenaga kerja, sehingga tidak menciptakan cukup lapangan kerja untuk menopang kelas menengah dan mengurangi kemiskinan secara berkelanjutan.
Selain faktor domestik, apakah ada faktor global yang perlu diwaspadai terkait penciptaan lapangan kerja?
Selain faktor domestik, Indonesia juga perlu mewaspadai tren penurunan tingkat penciptaan tenaga kerja baru di level global. Kondisi global ini dapat mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja dan menjaga stabilitas ekonomi.
Apa implikasi jangka panjang dari tren penyusutan kelas menengah ini?
Implikasi jangka panjang dari tren penyusutan kelas menengah dan peningkatan PHK ini adalah potensi pengikisan jumlah kelas menengah secara signifikan. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan tingkat kemiskinan secara keseluruhan di Indonesia, serta berpotensi mengurangi daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Masih Seputar ekonomi
BPS: Penduduk Miskin Jatim 3,83 Juta Jiwa Maret 2025, Turun 0,29%
sekitar 10 jam yang lalu

Investasi Asing Indonesia Turun Rp 15,1 T di Kuartal II 2025, Persaingan Global dan Serapan Kerja Jadi Sorotan
sekitar 10 jam yang lalu

ESDM Siapkan 30 Ribu Sumur Minyak Rakyat, Targetkan Peningkatan Produksi Nasional
sekitar 10 jam yang lalu

Pemerintah Genjot Stimulus Fiskal Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% Jelang Akhir Tahun
sekitar 10 jam yang lalu
228 Ribu Penerima Bansos Dicoret karena Terlibat Judi Online oleh Kemensos
sekitar 11 jam yang lalu

PPATK Blokir Rekening Pasif, Dana Bansos Rp2,1 T Mengendap, DPR Pertanyakan Dasar Hukum
sekitar 11 jam yang lalu

Apindo Prediksi PHK Berlanjut Hingga Akhir 2025, Usulkan Insentif Fiskal dan Stimulus
sekitar 12 jam yang lalu

Bos Danantara Tekankan Perencanaan Jangka Panjang dan Larang 'Percantik' Laporan Keuangan BUMN
sekitar 14 jam yang lalu

Indonesia Bernegosiasi dengan AS untuk Tarif Impor Lebih Rendah dari 19%
sekitar 14 jam yang lalu
Kemiskinan Perkotaan Naik Jadi 6,73%, Indef Soroti Fenomena 'Rojali' dan 'Rohana'
sekitar 14 jam yang lalu

Berita Terbaru

BMKG Peringatkan: Modifikasi Cuaca Tak Cukup Tangani Karhutla

Senator AS Desak Elon Musk Matikan Starlink di Asia Tenggara, Digunakan Penipu

BGN Hentikan Sementara SPPG NTT Usai Ratusan Siswa Keracunan Makanan Gratis

Mensos Temukan 600 Ribu Penerima Bansos Terindikasi Judi Online, Data Diperbarui

Polisi Pastikan Kematian Diplomat Arya Bukan Tindak Pidana
Trending

AS Setujui Aneksasi Gaza, Belanda Kecam Israel di Tengah Krisis Kemanusiaan

Inggris Pertahankan Gelar Juara Euro Wanita 2025 Usai Kalahkan Spanyol

PBB Kritik Bantuan Gaza Tak Efektif, Menteri Israel Tolak Pasokan Makanan

Israel Jeda Taktis di Gaza, Bantuan Mulai Masuk di Tengah Ancaman Kelaparan Massal

Menpora Pantau Konflik Thailand-Kamboja, Partisipasi SEA Games 2025 Belum Diputuskan
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.