Kim Yo Jong Tolak Tawaran Damai Korsel, Prioritaskan Kerja Sama dengan Rusia
Pertanyaan
Cara jawab
Singkat & Padat
Kim Yo Jong menolak tawaran pembicaraan dari Korea Selatan, menyatakan Korea Utara tidak tertarik berdialog. Prioritas utama adalah kerja sama dengan Rusia, termasuk potensi pengiriman pasukan dan senjata untuk mendukung perang di Ukraina sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer. Kekhawatiran muncul bahwa Rusia dapat memberikan teknologi sensitif kepada Korea Utara, yang berpotensi meningkatkan program nuklir dan misilnya. Korea Utara menjauhi pembicaraan sejak diplomasi dengan AS gagal pada tahun 2019.
🚫 Penolakan Pendekatan
- Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menolak tawaran pendekatan dari pemerintah baru Korea Selatan.
- Korea Utara menyatakan tidak tertarik pada pembicaraan dengan Korea Selatan, terlepas dari proposal apa pun yang diajukan.
- Penolakan ini terjadi karena Korea Utara telah menjauhi pembicaraan dengan Korea Selatan dan AS sejak diplomasi nuklir tingkat tinggi Kim Jong Un dengan Presiden Donald Trump gagal pada tahun 2019.
🤝 Prioritas & Alasan
- Korea Utara lebih memprioritaskan kerja sama dengan Rusia, termasuk kemungkinan pengiriman pasukan dan senjata konvensional untuk mendukung perang Rusia di Ukraina.
- Kim Yo Jong menganggap langkah pemerintah Korea Selatan sebagai "upaya tulus" namun berpendapat bahwa pemerintah tersebut tidak akan berbeda jauh dari pendahulunya.
- Alasan penolakan adalah kepercayaan buta Korea Selatan pada aliansi militer dengan AS dan upaya mereka untuk "berkonfrontasi" dengan Korea Utara.
- Kerja sama dengan Rusia diperkirakan sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer bagi Korea Utara.
⚠️ Kekhawatiran Internasional
- Korea Selatan, AS, dan negara lain khawatir Rusia dapat memberikan teknologi sensitif kepada Korea Utara.
- Teknologi sensitif tersebut berpotensi meningkatkan program nuklir dan misil Korea Utara.
- Potensi pengiriman pasukan dan senjata konvensional dari Korea Utara ke Rusia mendukung perang Rusia di Ukraina.
Apa sikap Korea Utara terhadap tawaran pendekatan dari pemerintah Korea Selatan?
Korea Utara, melalui Kim Yo Jong, adik pemimpin Kim Jong Un, secara tegas menolak tawaran pendekatan dari pemerintah baru Korea Selatan. Kim Yo Jong menyatakan bahwa Korea Utara tidak tertarik pada pembicaraan dengan Korea Selatan, apa pun proposal yang diajukan.
Penolakan ini menunjukkan sikap keras Korea Utara yang tidak melihat adanya perbedaan signifikan antara pemerintah Korea Selatan saat ini dengan pendahulunya, terutama karena ketergantungan Korea Selatan pada aliansi militer dengan Amerika Serikat dan upaya yang dianggap Korea Utara sebagai "konfrontasi".
Siapa Kim Yo Jong dan apa perannya dalam kebijakan luar negeri Korea Utara?
Kim Yo Jong adalah adik perempuan dari pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Ia memegang posisi penting dalam struktur kekuasaan Korea Utara dan seringkali menjadi juru bicara utama untuk menyampaikan pesan-pesan penting, terutama terkait kebijakan luar negeri dan hubungan antar-Korea.
Perannya dalam menolak tawaran dialog dari Korea Selatan menunjukkan pengaruh dan otoritasnya yang signifikan dalam menentukan arah kebijakan luar negeri Pyongyang, khususnya dalam hal hubungan dengan Seoul dan Washington.
Mengapa Korea Utara menolak tawaran dialog dari Korea Selatan?
Penolakan Korea Utara terhadap tawaran dialog dari Korea Selatan didasarkan pada pandangan Kim Yo Jong bahwa pemerintah Korea Selatan saat ini tidak akan berbeda jauh dari pendahulunya. Alasan utamanya adalah:
- Kepercayaan Buta pada Aliansi Militer AS: Korea Utara menganggap Korea Selatan terlalu bergantung pada aliansi militernya dengan Amerika Serikat.
- Upaya "Konfrontasi": Korea Utara melihat langkah-langkah pemerintah Korea Selatan sebagai upaya untuk "berkonfrontasi" dengan Pyongyang, bukan mencari solusi damai.
Sikap ini mencerminkan ketidakpercayaan mendalam Korea Utara terhadap niat Korea Selatan selama Seoul masih mempertahankan aliansi kuat dengan Washington dan dianggap mengambil posisi konfrontatif.
Dengan negara mana Korea Utara lebih memprioritaskan kerja sama saat ini?
Korea Utara saat ini lebih memprioritaskan kerja sama dengan Rusia. Prioritas ini muncul di tengah penolakan Korea Utara terhadap dialog dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Fokus pada Rusia menunjukkan pergeseran strategis dalam kebijakan luar negeri Korea Utara, mencari sekutu yang dapat memberikan dukungan ekonomi dan militer di tengah isolasi internasional yang berkelanjutan.
Bentuk kerja sama apa yang mungkin terjadi antara Korea Utara dan Rusia?
Kerja sama antara Korea Utara dan Rusia diperkirakan akan melibatkan beberapa aspek, terutama di bidang militer. Kemungkinan bentuk kerja sama tersebut meliputi:
- Pengiriman Pasukan: Korea Utara berpotensi mengirimkan pasukannya untuk mendukung perang Rusia di Ukraina.
- Pengiriman Senjata Konvensional: Korea Utara juga mungkin menyediakan senjata konvensional kepada Rusia.
Kerja sama ini dipandang sebagai pertukaran strategis di mana Korea Utara memberikan dukungan militer kepada Rusia, sementara Rusia diharapkan memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada Korea Utara.
Apa keuntungan yang diharapkan Korea Utara dari kerja sama dengan Rusia?
Dari kerja sama dengan Rusia, Korea Utara mengharapkan imbalan berupa bantuan ekonomi dan militer. Bantuan ini sangat krusial bagi Korea Utara yang menghadapi sanksi internasional dan kesulitan ekonomi.
Secara lebih luas, kerja sama ini dapat membantu Korea Utara mengatasi isolasi diplomatik dan ekonomi, serta berpotensi memperkuat kemampuan militernya melalui transfer teknologi atau pasokan yang mungkin tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
Apa kekhawatiran utama Korea Selatan, AS, dan negara lain terkait kerja sama Korea Utara dan Rusia?
Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara lain memiliki kekhawatiran serius terkait potensi kerja sama antara Korea Utara dan Rusia. Kekhawatiran utama adalah bahwa Rusia dapat memberikan teknologi sensitif kepada Korea Utara.
Transfer teknologi semacam itu berpotensi secara signifikan meningkatkan program nuklir dan misil Korea Utara, yang sudah menjadi ancaman bagi stabilitas regional dan global. Hal ini dapat memperburuk perlombaan senjata dan mempersulit upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Sejak kapan Korea Utara menghindari pembicaraan dengan Korea Selatan dan AS?
Korea Utara telah menjauhi pembicaraan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat sejak diplomasi nuklir tingkat tinggi antara Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump gagal pada tahun 2019.
Kegagalan tersebut, yang terjadi setelah pertemuan puncak di Hanoi, Vietnam, menandai berakhirnya periode singkat keterlibatan diplomatik dan sejak saat itu, Pyongyang kembali ke sikap yang lebih konfrontatif dan menolak dialog dengan Seoul dan Washington.
Masih Seputar internasional
AS Setujui Aneksasi Gaza, Belanda Kecam Israel di Tengah Krisis Kemanusiaan
sekitar 2 jam yang lalu

Hujan Deras Picu Banjir dan Tanah Longsor di Beijing, 38 Tewas
sekitar 2 jam yang lalu

Kim Yo Jong Kritik Diplomasi AS, Desak Pengakuan Status Nuklir Korut
sekitar 4 jam yang lalu

Lembaga HAM Israel dan Trump Akui Genosida, Kelaparan di Gaza
sekitar 4 jam yang lalu

Houthi Ancam Targetkan Kapal Berurusan dengan Pelabuhan Israel di Lokasi Mana Pun
sekitar 6 jam yang lalu

Polandia Kerahkan Jet Tempur, Tingkatkan Siaga Pertahanan Udara Pasca Serangan Rusia
sekitar 6 jam yang lalu

Pemukim Israel Serang Kota Kristen Taybeh Tepi Barat, Kontradiksi Klaim Netanyahu
sekitar 8 jam yang lalu

Empat Tentara IDF Dipenjara Usai Tolak Kembali ke Gaza Akibat Trauma
sekitar 22 jam yang lalu

Anwar Ibrahim Umumkan Thailand dan Kamboja Sepakati Gencatan Senjata Segera
sekitar 22 jam yang lalu
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5297920/original/094391900_1753699936-IMG_0118.jpeg&output=webp&q=30&default=https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/Y6t7b1UgnvKtAyk50oLDMhfGqSk=/800x450/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5297920/original/094391900_1753699936-IMG_0118.jpeg)
Hari Pertama Jeda Pertempuran, 120 Truk Bantuan Masuk Gaza
sekitar 24 jam yang lalu

34 Warga Gaza Tewas dalam Serangan Israel, Termasuk Ibu Hamil, Pasca Pelonggaran Bantuan
sekitar 24 jam yang lalu

Berita Terbaru

Penemuan BRIN Picu Perdebatan Keberadaan Harimau Jawa

Menag Sesalkan Perusakan Rumah Doa di Padang, Tegaskan Intoleransi Tak Boleh Terulang

Menteri Sosial: 1,6 Juta Penerima Bansos Gagal Salur Teratasi, 2 Juta Lainnya Proses Burekol

Bos Danantara Tekankan Perencanaan Jangka Panjang dan Larang 'Percantik' Laporan Keuangan BUMN
Indonesia Bernegosiasi dengan AS untuk Tarif Impor Lebih Rendah dari 19%
Trending

Investasi RI Kuartal II 2025: Rp 477,7 T, Tumbuh 11,5%, Serap 665 Ribu Pekerja

Kesepakatan Tarif RI-AS: Harga Migas dan Pangan Diprediksi Turun, Ekspor RI Berpotensi Naik

Inggris Pertahankan Gelar Juara Euro Wanita 2025 Usai Kalahkan Spanyol

Investasi Indonesia: Target 2025 Tercapai, Namun PMA Tertekan Geopolitik

PPATK Ungkap Rp2,1 Triliun Dana Bansos Mengendap di Rekening Dormant
Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.
Now Hiring: Exceptional Talent Wanted!
Join our startup and help shape the future of AI Industry in Indonesia.