Hamas Kaji Proposal Gencatan Senjata 60 Hari Gaza, Israel Diklaim Setuju

Proposal gencatan senjata 60 hari yang diajukan oleh Qatar mencakup:

• Jeda pertempuran selama 60 hari.
• Pembebasan sandera Israel secara bertahap, termasuk delapan sandera pada hari pertama, dua sandera hidup lainnya pada hari ke-50, dan pemulangan jenazah 18 sandera secara bertahap.
• Sebagai imbalannya, diharapkan ada pembebasan tahanan Palestina.

Hamas menyatakan sedang mempelajari proposal gencatan senjata "final" yang diterimanya dari mediator. Namun, sebelumnya Hamas menolak proposal 60 hari jika tidak jelas-jelas mengarah pada akhir perang sepenuhnya. Hamas menginginkan kesepakatan yang memastikan perang benar-benar berakhir, seluruh pasukan Israel ditarik dari Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak syarat penarikan penuh pasukan dari Gaza. Ia menyerukan agar Hamas dihancurkan, yang menunjukkan perbedaan signifikan dengan tuntutan Hamas untuk mengakhiri perang sepenuhnya.

Qatar dan Mesir berperan sebagai mediator utama dalam menyampaikan proposal gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Mereka adalah saluran komunikasi penting untuk negosiasi dan penyampaian usulan "final" kepada Hamas.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menekankan pentingnya keberhasilan gencatan senjata 60 hari ini. Italia berkomitmen untuk mengakhiri operasi militer Israel secepatnya, menyerukan penghentian serangan terhadap warga sipil Palestina, dan pembukaan kembali Jalur Gaza untuk bantuan kemanusiaan.

Warga Gaza menunjukkan ketidakpercayaan terhadap pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai gencatan senjata yang akan segera terwujud. Mereka menilai pernyataan serupa sudah sering disampaikan tanpa realisasi, dan kondisi di lapangan justru menunjukkan peningkatan serangan Israel yang semakin brutal, bukan tanda-tanda gencatan senjata.