Serangan Israel di Gaza Tewaskan Puluhan Ribu Warga, AS Desak Gencatan Senjata

Serangan Israel menyasar berbagai wilayah di Jalur Gaza, termasuk:

• Wilayah utara Gaza seperti Jabalia dan Zarqa.
• Gaza City, di mana 29 orang tewas dan sedikitnya 10 rumah hancur.
• Gaza tengah.
• Khan Younis.

Selain itu, pasukan Israel juga menyerang sekolah-sekolah yang dijadikan tempat pengungsian di Zeitoun dan Jabalia, tindakan yang dianggap melanggar hukum kemanusiaan internasional.

Militer Israel menegaskan bahwa serangan tersebut bertujuan untuk "membongkar kemampuan militer Hamas". Meskipun demikian, militer Israel menolak berkomentar terkait tewasnya anak-anak dalam serangan tersebut.

Situasi keamanan bagi warga sipil di Gaza sangat genting. Militer Israel memerintahkan warga sipil di bagian timur Kota Gaza untuk pindah ke selatan. Namun, pejabat Palestina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza. Selain itu, serangan Israel juga menyasar sekolah-sekolah yang berfungsi sebagai tempat pengungsian, yang semakin memperburuk kondisi keamanan warga sipil.

Ya, ada upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, menghadapi tekanan dari pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan di Jalur Gaza. Kunjungan Dermer ke Washington juga merupakan persiapan untuk kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke AS.

Perbedaan utama yang menghambat perundingan gencatan senjata adalah tuntutan dari kedua belah pihak:

• Hamas menuntut pengakhiran perang secara permanen.
• Israel hanya ingin menghentikan pertempuran sementara.

Perbedaan fundamental ini menjadi batu sandungan utama dalam mencapai kesepakatan yang berkelanjutan.

Militer Israel menyatakan bahwa hampir tidak ada lagi target penting di Gaza yang bisa diserang tanpa membahayakan nyawa para sandera. Oleh karena itu, militer Israel lebih memilih opsi pertukaran tawanan sebagai jalan keluar.

Amerika Serikat memiliki dukungan kuat terhadap Israel yang telah terjalin sejak tahun 1948. Dukungan ini didorong oleh kepentingan strategis AS di kawasan dan peran kelompok lobi pro-Israel seperti AIPAC. Dalam konteks eskalasi saat ini, pejabat AS mendesak Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, untuk menunda misi "menumpas Hamas" dan fokus pada pemulangan tawanan Israel.