Perang Dagang Trump Memanas: Ancaman Tarif Baru dan Peringatan Inflasi AS

Presiden AS Donald Trump telah menetapkan tenggat waktu 4 Juli sebagai target untuk kelanjutan atau penyelesaian Rancangan Undang-Undang (RUU) pemotongan pajak miliknya. Tenggat waktu ini menunjukkan urgensi yang diberikan oleh Presiden terhadap implementasi kebijakan fiskal tersebut.

Secara umum, kebijakan perdagangan yang diusung oleh Presiden Donald Trump telah memicu ketegangan global. Pendekatan yang agresif, termasuk ancaman kenaikan tarif dan penghentian pembicaraan dagang, telah menciptakan ketidakpastian dan friksi di antara negara-negara mitra dagang utama AS. Hal ini terlihat dari berbagai respons dan ancaman balasan dari negara-negara lain, yang menunjukkan adanya pergeseran dinamika dalam hubungan perdagangan internasional.

Presiden AS Donald Trump telah menyebutkan tenggat waktu 9 Juli untuk perundingan dagang. Presiden secara tegas menyatakan bahwa tenggat waktu ini tidak perlu diperpanjang. Bahkan, ia mengancam dapat memperpendeknya dan langsung mengenakan tarif sebesar 25% kepada semua pihak jika kesepakatan tidak tercapai sesuai keinginannya.

Meskipun Presiden Donald Trump menyatakan bahwa tenggat waktu perundingan dagang 9 Juli tidak akan diperpanjang dan bahkan dapat diperpendek, terdapat indikasi yang berbeda dari pejabat pemerintah AS lainnya. Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengindikasikan bahwa batas waktu tersebut tidak krusial. Mereka menyatakan bahwa penangguhan tarif resiprokal selama 90 hari dapat diperpanjang jika mitra dagang bernegosiasi dengan itikad baik. Hal ini menunjukkan adanya fleksibilitas potensial dalam kebijakan, meskipun pernyataan Presiden cenderung lebih tegas.

Kebijakan perdagangan Presiden Trump telah secara signifikan memengaruhi hubungan dagang dengan Kanada. Sebagai balasan atas pajak layanan digital yang diterapkan oleh Kanada, Trump telah menghentikan seluruh pembicaraan dagang dengan negara tersebut. Selain itu, ia mengancam akan memberlakukan tarif baru dalam seminggu ke depan. Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menyatakan kemungkinan adanya penyelidikan Pasal 301 terhadap Kanada, yang dapat berujung pada pengenaan sanksi perdagangan lebih lanjut. Ini menunjukkan eskalasi ketegangan yang cepat antara kedua negara tetangga tersebut.

Kementerian Perdagangan China telah menegaskan sikap tegasnya terhadap negara-negara yang bernegosiasi dagang dengan Amerika Serikat. Beijing menyatakan akan menentang negara mana pun yang mencapai kesepakatan dagang dengan AS yang mengorbankan kepentingan China. Lebih lanjut, China mengancam akan mengambil tindakan balasan tegas terhadap pihak-pihak yang dianggap merugikan kepentingannya dalam konteks perundingan dagang dengan AS. Hal ini mencerminkan kekhawatiran China terhadap potensi aliansi dagang yang dapat melemahkan posisinya di kancah ekonomi global.

Bank for International Settlements (BIS) telah mengeluarkan peringatan mengenai potensi dampak kebijakan perdagangan Presiden Trump. Menurut BIS, kebijakan tersebut, yang mencakup kenaikan bea impor dan ancaman tarif, berisiko meningkatkan inflasi di Amerika Serikat. Selain itu, BIS juga memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat mengganggu stabilitas ekonomi global secara keseluruhan. Peringatan ini menyoroti kekhawatiran akan efek domino dari perang dagang, yang dapat memicu ketidakpastian pasar, mengurangi volume perdagangan internasional, dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.