Klaim AS Hancurkan Nuklir Iran Dibantah, Teheran Tegaskan Lanjutkan Program

Serangan militer Amerika Serikat menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran. Fasilitas-fasilitas tersebut berlokasi di Isfahan, Natanz, dan Fordow. Ketiga lokasi ini dikenal sebagai bagian penting dari program nuklir Iran.

Operasi militer Amerika Serikat pada 22 Juni 2025 melibatkan skala yang cukup besar. Lebih dari 120 jet tempur dikerahkan dalam serangan ini. Di antara pesawat-pesawat yang terlibat, terdapat juga pesawat pengebom strategis B-2, yang menunjukkan tingkat perencanaan dan kekuatan yang signifikan dalam operasi tersebut.

Presiden AS Donald Trump menyatakan serangan militer tersebut sebagai keberhasilan yang luar biasa. Dalam KTT NATO, ia memuji operasi tersebut, menyebutnya "sangat berhasil" dan mengklaim bahwa serangan itu telah "menghancurkan" tiga fasilitas nuklir Iran. Trump juga berpendapat bahwa keberhasilan ini membuka jalan bagi perdamaian dan gencatan senjata antara Iran dan Israel, menunjukkan pandangan optimisnya terhadap dampak jangka panjang operasi tersebut.

Berbeda dengan klaim Presiden Trump, laporan intelijen AS yang dipublikasikan oleh media seperti CNN dan The New York Times menyajikan gambaran yang berbeda. Laporan-laporan ini menyatakan bahwa serangan tersebut tidak menghancurkan inti program nuklir Iran. Sebaliknya, dampak serangan diperkirakan hanya memperlambat program nuklir Iran selama beberapa bulan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara narasi resmi Gedung Putih dan penilaian intelijen mengenai efektivitas serangan.

Gedung Putih, melalui juru bicara Karoline Leavitt, dengan tegas membantah laporan CNN tersebut. Leavitt menyebut laporan itu "salah besar" dan menuduhnya sebagai upaya untuk merendahkan Presiden Trump serta mendiskreditkan pilot jet tempur AS. Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa uranium Iran kemungkinan terkubur jauh di bawah reruntuhan akibat serangan, menepis klaim bahwa uranium telah dipindahkan sebelum serangan. Presiden Trump bahkan secara pribadi mendesak CNN untuk memecat jurnalis Natasha Bertrand atas laporannya, menuduhnya menyebarkan "berita palsu."

Menanggapi serangan tersebut, Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) menyatakan akan melanjutkan program nuklirnya dan sedang dalam proses menilai kerusakan yang terjadi. Kepala AEOI, Mohammad Eslami, menegaskan bahwa Iran telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi situasi ini. Sementara itu, juru bicara AEOI, Behrouz Kamalvandi, menekankan bahwa teknologi nuklir Iran tidak dapat dihentikan oleh musuh, menunjukkan tekad Iran untuk melanjutkan programnya meskipun ada serangan.

Kremlin menyatakan bahwa terlalu dini untuk menilai dampak penuh dari serangan bom AS terhadap fasilitas nuklir Iran, menunggu data yang valid. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menambahkan bahwa Rusia, yang memiliki perjanjian kerja sama strategis dengan Iran, mengecam serangan tersebut sebagai tindakan ilegal. Rusia terus memantau situasi dengan cermat dan menjalin komunikasi langsung dengan Iran. Moskow juga memiliki indikasi adanya saluran komunikasi antara Washington dan Teheran, menunjukkan bahwa mereka menyadari adanya upaya diplomasi di balik layar.