Gencatan Senjata Iran-Israel Resmi Berlaku, Israel Kini Fokus Gempur Jalur Gaza

Israel melancarkan operasi militer yang dinamakan Operasi Rising Lion. Sebagai balasan, Iran melancarkan operasi militer yang mereka sebut Operasi True Promise 3.

Amerika Serikat turut terlibat dalam konflik ini dengan melancarkan serangan presisi terhadap tiga situs nuklir utama Iran. Tindakan ini meningkatkan ketegangan dan memicu kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia Ketiga. Pada akhirnya, Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran.

Konflik ini berakhir dengan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, berlaku pada 24 atau 25 Juni 2025. Gencatan senjata ini disepakati setelah Israel merasa telah mencapai tujuannya dan Iran setuju untuk menghentikan serangan jika Israel melakukan hal yang sama.

Konflik ini menyebabkan kerugian besar di kedua belah pihak:

• Di Iran: Serangan Israel menyebabkan sedikitnya 610 orang tewas dan lebih dari 4.700 orang luka-luka. Fasilitas nuklir Iran juga mengalami kerusakan signifikan.
• Di Israel: Serangan balasan Iran menewaskan sedikitnya 28 orang. Israel menerima hampir 39.000 klaim kompensasi dari warga terkait kerusakan, sebagian besar di Tel Aviv dan Ashkelon.

Secara finansial, Israel diperkirakan telah menghabiskan US$5 miliar dalam minggu pertama serangan, dengan pengeluaran harian mencapai US$725 juta, dan mengalami krisis amunisi.

Eskalasi konflik ini memicu kekhawatiran akan Perang Dunia Ketiga yang berdampak luas pada ekonomi, politik, dan sosial global, termasuk Indonesia. Dampak ekonomi yang terlihat antara lain:

• Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia: Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan IHSG berpotensi mengalami volatilitas dan tekanan negatif, dengan indeks terkoreksi sekitar 3,6% menjadi 6.907 selama sepekan.
• Nilai Tukar Rupiah: Diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.350 hingga Rp16.500 per dolar AS karena investor global lebih memilih mata uang kuat dan prospek defisit fiskal Indonesia.
• Pasar Energi Global: Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang merupakan jalur vital pengiriman minyak, sehingga dapat mengguncang pasar energi global.

Baik Israel maupun Iran saling mengklaim kemenangan setelah gencatan senjata:

• Israel: Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan Israel meraih "kemenangan bersejarah". Ia mengklaim telah menyingkirkan ancaman nuklir serta ribuan rudal balistik Iran, juga menghancurkan program nuklir dan kemampuan rudal Iran.
• Iran: Presiden Masoud Pezeshkian menegaskan negaranya akan terus memperjuangkan hak untuk penggunaan tenaga nuklir secara damai dan mengklaim kemenangan atas Israel. Direktur Jenderal IAEA menyatakan belum ada bukti Iran mengembangkan senjata nuklir.

Setelah gencatan senjata dengan Iran, militer Israel kembali memfokuskan operasinya ke Jalur Gaza untuk melawan Hamas dan memulangkan sandera. Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, menyatakan bahwa kampanye terhadap Iran belum berakhir dan memasuki fase baru, namun prioritas utama kini adalah pemberantasan Hamas.

Selama 12 hari konflik Iran-Israel, pasukan Israel membunuh setidaknya 870 warga Palestina di Gaza, dengan total korban jiwa mencapai 56.077 jiwa. Kondisi kemanusiaan di Gaza memburuk, dengan laporan dari Kantor HAM PBB menyatakan lebih dari 410 warga Gaza tewas sejak akhir Mei akibat tembakan militer Israel saat mencoba mendapatkan makanan di lokasi bantuan.

Beberapa tokoh penting yang terkait dengan konflik ini adalah:

• Mohammad Taqi Yousefvand: Komandan senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) ini tewas dalam serangan rudal Israel di Teheran sehari setelah gencatan senjata.
• Brigadir Jenderal Esmail Qaani: Komandan Pasukan Elit Quds Iran ini, yang sebelumnya dilaporkan tewas oleh The New York Times, muncul di publik dalam perayaan kemenangan Iran atas Israel di Teheran, membuktikan bahwa laporan kematiannya tidak benar.