Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran-Israel, Teheran Tegaskan Belum Ada Kesepakatan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata bilateral yang diusulkan oleh Presiden Trump. Netanyahu mengklaim bahwa operasi militer Israel yang diberi nama "Operation Rising Lion" telah mencapai kesuksesan luar biasa. Menurutnya, operasi tersebut berhasil menghilangkan ancaman nuklir dan rudal balistik Iran, merusak infrastruktur militer Iran, dan menguasai wilayah udara Teheran. Meskipun menyetujui, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan merespons dengan tegas setiap pelanggaran terhadap gencatan senjata yang disepakati.

Berbeda dengan klaim AS dan Israel, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi (juga disebut Seyed Abbas Araghchi) membantah adanya kesepakatan gencatan senjata resmi dengan Israel. Araghchi menyatakan bahwa Teheran akan berhenti menyerang jika Israel menghentikan agresinya terlebih dahulu. Seorang pejabat senior Iran lainnya bahkan menyebut pernyataan para pemimpin AS dan Israel sebagai "tipuan" dan menyatakan tidak melihat alasan untuk menghentikan pertempuran. Ini menunjukkan adanya perbedaan narasi yang signifikan antara pihak-pihak yang terlibat.

Meskipun ada bantahan resmi dari Iran mengenai kesepakatan gencatan senjata, beberapa media lokal melaporkan bahwa gencatan senjata telah dimulai:

• Press TV Iran melaporkan bahwa gencatan senjata dimulai setelah empat gelombang serangan Iran.
• Tasnim, media Iran lainnya, juga menyebut bahwa gencatan senjata telah memasuki tahap pemberlakuan.
• Di sisi Israel, Channel 12 dan Ynet juga melaporkan hal yang sama.

Ini menunjukkan bahwa, terlepas dari pernyataan resmi, ada indikasi di lapangan bahwa operasi militer telah mereda atau berhenti.

Qatar, melalui Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, memainkan peran penting sebagai mediator. Presiden Trump secara khusus meminta bantuan Doha untuk membujuk Iran agar menyetujui gencatan senjata. Keterlibatan Qatar menunjukkan pentingnya diplomasi pihak ketiga dalam meredakan konflik di Timur Tengah.

Konflik bersenjata selama 12 hari ini melibatkan serangkaian tindakan militer yang signifikan dari beberapa pihak:

• Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran.
• Iran melakukan serangan rudal ke Qatar dan Israel. Menariknya, Presiden Trump mengklaim bahwa Iran memberikan pemberitahuan awal terkait serangan rudal ke pangkalan AS di Qatar dan berterima kasih atas pengendalian diri mereka.
• Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah titik di Iran.

Konflik ini mencerminkan eskalasi ketegangan yang kompleks di kawasan tersebut, melibatkan serangan balasan dan klaim keberhasilan militer dari berbagai pihak.

Amerika Serikat, melalui Presiden Trump, menyatakan bahwa gencatan senjata ini adalah "hari yang luar biasa bagi Amerika dan Timur Tengah," mengindikasikan keberhasilan diplomatik dan meredanya ketegangan. Wakil Presiden JD Vance juga memuji Trump atas kesepakatan ini. Vance secara spesifik menyatakan bahwa Iran tidak akan mampu membangun senjata nuklir karena peralatan mereka telah dihancurkan, menunjukkan bahwa salah satu tujuan utama AS dalam konflik ini adalah untuk melumpuhkan kemampuan nuklir Iran. Klaim ini menyoroti persepsi AS tentang dampak jangka panjang dari konflik dan gencatan senjata terhadap program nuklir Iran.