Iran dan Israel Saling Serang Rudal, Ketegangan Memuncak Pasca Serangan AS

Rudal dan drone Iran menargetkan sejumlah wilayah di Israel, termasuk:

• Tel Aviv
• Ashkelon
• Beisan
• Safad
• Ashdod
• Haifa
• Yerusalem

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengklaim menggunakan rudal balistik Khyber (Qadr H). Rudal ini disebut berhulu ledak ganda dan digunakan dengan taktik baru untuk menyerang target strategis di seluruh Israel. Bahkan, satu rudal balistik Iran dilaporkan menghantam tanpa memicu sirene karena "kegagalan teknis" pada sistem pertahanan udara Israel.

Israel juga terus melancarkan serangan balasan terhadap Iran. Target serangan Israel meliputi:

• Markas besar Garda Revolusi Iran di Teheran, yang diperkirakan menewaskan banyak personel.
• Penjara Evin.
• Fasilitas nuklir Fordow.

Selain serangan militer, Israel dan Iran juga saling menyerang sistem pasokan listrik masing-masing. Akibatnya, terjadi pemadaman listrik di beberapa kota di kedua negara.

Akibat saling serang ini, Iran melaporkan sedikitnya 430 orang tewas dan lebih dari 3.500 orang cedera. Sementara itu, Israel melaporkan 25 orang tewas dan ratusan lainnya cedera.

Reaksi komunitas internasional bervariasi:

• Masyarakat Iran turun ke jalan menunjukkan dukungan kepada pemerintah mereka.
• Ribuan warga dari berbagai negara, termasuk AS dan Eropa, berunjuk rasa mengutuk serangan AS ke Iran dan menuntut penghentian agresi di Iran dan Palestina.
• Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan AS sebagai "agresi tak beralasan" dan menyatakan Rusia berusaha membantu Iran, bahkan menawarkan mediasi. Bantuan Rusia akan bergantung pada kebutuhan Teheran. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi juga bertemu Presiden Putin di Moskow.
• China menyerukan Iran dan Israel untuk menahan diri dan kembali ke jalur diplomasi, serta mengecam serangan AS sebagai pelanggaran integritas teritorial Iran.
• Di Amerika Serikat, Senator Bernie Sanders mengajukan undang-undang untuk melarang penggunaan dana federal AS untuk aksi militer terhadap Iran tanpa otorisasi Kongres.

Berdasarkan informasi yang ada, peluang diplomasi untuk mengakhiri konflik ini tampak menipis. Meskipun ada seruan untuk menahan diri dan tawaran mediasi dari beberapa negara seperti Rusia dan China, ketegangan masih sangat tinggi dan kedua belah pihak terus saling menyerang.