Bom Bunuh Diri ISIS Guncang Gereja Damaskus, Puluhan Tewas dan Terluka

Terdapat perbedaan data mengenai jumlah korban akibat insiden ini:

• Menurut CNN Indonesia, Viva, dan Bloomberg Technoz, serangan tersebut menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai 52 lainnya.
• Namun, detik.com dan inews.id melaporkan bahwa korban tewas mencapai 22 orang dan lebih dari 60 orang mengalami luka-luka.

Meskipun ada sedikit perbedaan angka, kedua laporan menunjukkan bahwa insiden ini menyebabkan jumlah korban yang signifikan.

Kementerian Dalam Negeri Suriah menduga bahwa pelaku serangan terafiliasi dengan kelompok Negara Islam (ISIS). Namun, hingga saat ini, belum ada pihak atau kelompok yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Modus operandi pelaku dalam melancarkan serangan ini cukup terencana. Pelaku dilaporkan memasuki Gereja Saint Elias, kemudian melepaskan tembakan ke arah jemaat. Setelah itu, pelaku meledakkan diri menggunakan rompi peledak yang dikenakannya. Saksi mata di lokasi kejadian melaporkan mendengar suara tembakan dan ledakan yang sangat keras, yang menyebabkan kerusakan parah pada bangunan gereja.

Serangan ini dianggap sangat signifikan karena merupakan yang pertama kali menargetkan umat Kristen Suriah atau terjadi di sebuah gereja di Suriah sejak perang saudara meletus pada tahun 2011, atau sejak Bashar al-Assad digulingkan. Hal ini menunjukkan potensi eskalasi konflik dan perubahan target serangan di Suriah.

Berbagai pihak telah memberikan tanggapan dan mengambil tindakan terkait serangan ini:

• Utusan Khusus PBB untuk Suriah mengutuk serangan tersebut sebagai kejahatan keji dan menyerukan penyelidikan menyeluruh.
• Kementerian Luar Negeri Prancis menegaskan dukungannya terhadap transisi damai di Suriah.
• Pemerintah Suriah menyebut serangan ini sebagai upaya untuk merusak keharmonisan nasional.
• Menteri Dalam Negeri Suriah menyatakan bahwa tim khusus telah memulai investigasi di sekitar gereja untuk mengumpulkan bukti dan mengidentifikasi pelaku.

Serangan ini mengindikasikan bahwa ancaman dari kelompok ekstremis, khususnya ISIS, belum sepenuhnya berakhir di Suriah. Meskipun ISIS telah dikalahkan secara teritorial pada tahun 2019 dan kehilangan kendali atas wilayah luas di Suriah dan Irak, kelompok tersebut masih memiliki sisa-sisa jaringan aktif yang mampu melancarkan serangan. Hal ini menegaskan bahwa keamanan tetap menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru Suriah dan menunjukkan bahwa upaya untuk menjaga stabilitas dan keharmonisan nasional masih memerlukan kewaspadaan tinggi.