Pemerintah Serius Usut Dua Ancaman Bom Pesawat Saudi Airlines di Kualanamu

Dua pesawat Saudi Airlines yang menjadi target ancaman bom adalah:

• Pesawat pertama: Boeing 777-300er Saudi Airlines dengan nomor registrasi HZ-AK32, rute Jeddah-Jakarta, yang membawa 442 jemaah haji Kloter 12 Debarkasi Jakarta-Bekasi.
• Pesawat kedua: Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SVA 5688, rute Jeddah–Muscat–Surabaya, yang membawa 376 atau 387 jemaah haji Kloter 33 Debarkasi Surabaya.

Ancaman bom diterima melalui dua cara berbeda:

• Ancaman bom pertama diterima melalui surat elektronik (email).
• Ancaman bom kedua diterima melalui telepon oleh petugas Air Traffic Control (ATC) di Jakarta ACC dari Kuala Lumpur Area Control Center (ACC).

Setelah ancaman bom diterima, pilot segera memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu. Seluruh penumpang kemudian dievakuasi untuk pemeriksaan. Tim gabungan yang terdiri dari Gegana Polri, penjinak bom Polda Sumatera Utara, TNI, Aviation Security, dan tim PKP-PK bandara melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pesawat dan barang bawaan. Setelah dipastikan tidak ada ancaman, seluruh penumpang dinyatakan selamat dan operasional penerbangan di Bandara Kualanamu tetap berjalan normal.

Penyelidikan ancaman bom ini melibatkan berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional:

• Pemerintah Indonesia melalui Menko Polkam Budi Gunawan mengkoordinasikan lintas lembaga seperti TNI, Polri, dan BNPT.
• Densus 88 Antiteror Polri secara khusus menyelidiki kedua ancaman bom tersebut.
• Kepala BNPT Komjen Eddy Hartono berkoordinasi dengan aparat penegak hukum dan otoritas Arab Saudi.
• Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bekerja sama dengan FBI (Federal Bureau of Investigation) Amerika Serikat untuk mengusut ancaman bom via email.

Pemerintah Indonesia menanggapi insiden ini dengan sangat serius. Menko Polkam Budi Gunawan memastikan bahwa pemerintah akan menelusuri kasus ini secara mendalam melalui koordinasi lintas lembaga seperti TNI, Polri, dan BNPT. Penyelidikan juga melibatkan otoritas penerbangan Arab Saudi. Fokus utama adalah mengidentifikasi pelaku, menentukan wilayah hukum penanganan kasus, dan meningkatkan perlindungan bagi jemaah haji.

Ya, ada kerja sama internasional dalam penyelidikan kasus ini. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa Polri bekerja sama dengan FBI untuk mengusut ancaman bom yang diterima via email. Selain itu, Kepala BNPT Komjen Eddy Hartono juga terus berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi untuk mencari informasi terkait teror tersebut.

Meskipun insiden ini menyebabkan pendaratan darurat dan pemeriksaan keamanan yang ketat, seluruh jemaah haji yang berada di dalam pesawat dipastikan selamat. Sebagai respons terhadap ancaman ini, pemerintah melalui BNPT menyatakan akan meningkatkan perlindungan untuk kepulangan jemaah haji guna memastikan keamanan mereka.