Pembantaian Warga Gaza Saat Antre Bantuan: Israel Dituduh Lakukan Genosida

Warga Gaza berkumpul di lokasi distribusi bantuan karena mereka sangat membutuhkan pasokan makanan dan kebutuhan dasar lainnya di tengah ancaman kelaparan yang parah. Namun, saat menunggu bantuan, mereka justru menjadi sasaran serangan. Menurut saksi mata, ribuan orang yang berkumpul semalaman di daerah Netzarim dengan harapan menerima bantuan, ditembaki dengan senjata, tank, dan drone oleh pasukan Israel. Juru bicara pertahanan sipil Gaza melaporkan adanya korban tewas di lokasi-lokasi tersebut, dan Kementerian Kesehatan Gaza mencatat ratusan kematian dalam beberapa pekan terakhir akibat insiden serupa di titik distribusi bantuan.

Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini sangat kritis dan memburuk. Beberapa poin penting meliputi:

• Ancaman Kelaparan: Wilayah ini telah menghadapi ancaman kelaparan selama lebih dari 20 bulan.
• Blokade Bantuan: Israel memberlakukan blokade bantuan di Gaza sejak awal Maret, meskipun sebagian telah dilonggarkan pada akhir Mei 2024.
• Kekurangan Tempat Penampungan: Sejak 1 Maret, tidak ada bahan untuk penampungan yang masuk ke Gaza, memperburuk kondisi tempat penampungan yang sudah penuh sesak.
• Gangguan Telekomunikasi: Upaya perbaikan kabel serat optik yang rusak terhambat, menyebabkan gangguan telekomunikasi besar-besaran.
• Krisis Medis: Kompleks Medis Nasser di Khan Younis mengalami kesulitan akibat kekurangan pasokan dan banyaknya pasien yang dirawat, mencapai dua kali lipat dari kapasitasnya, meskipun WHO telah mengirimkan sejumlah bahan bakar untuk generator cadangan.

Upaya penyaluran bantuan kemanusiaan di Gaza menghadapi berbagai tantangan dan hambatan:

• Yayasan Kemanusiaan Gaza: Setelah pelonggaran blokade, Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS dan Israel mulai mendistribusikan bantuan, namun seringkali diwarnai kekacauan. Badan PBB dan kelompok bantuan besar menolak bekerja sama dengan yayasan ini karena kekhawatiran akan tujuan militer Israel.
• Penyaluran Bahan Bakar PBB: PBB berhasil menyalurkan sekitar 280.000 liter bahan bakar ke Gaza di tengah kondisi sulit akibat pengeboman dan penembakan. Namun, jumlah ini masih jauh dari cukup untuk menjaga operasi penyelamatan nyawa.
• Blokade dan Akses: Blokade yang diberlakukan Israel sejak awal Maret, meskipun sebagian dilonggarkan, tetap menjadi hambatan besar bagi masuknya bantuan yang memadai.
• Kekerasan di Titik Distribusi: Insiden penembakan terhadap warga yang menunggu bantuan menunjukkan bahaya yang dihadapi dalam proses distribusi.

Beberapa tokoh internasional telah menyuarakan keprihatinan dan kecaman terhadap situasi di Gaza:

• Greta Thunberg: Aktivis lingkungan ini, setelah dideportasi dari Israel, mengecam tindakan Israel. Ia menuduh Israel melakukan pelanggaran hukum internasional, kejahatan perang, dan "genosida sistematis", serta membuat lebih dari dua juta orang kelaparan. Thunberg menyatakan tidak takut ditahan, tetapi takut dunia diam di tengah genosida yang sedang berlangsung, dan menuduh Israel telah menculiknya dan aktivis lain yang berada di kapal.
• Recep Tayyip Erdogan: Presiden Turki ini mengutuk agresi Israel di Gaza dan membandingkan PM Israel Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler atas kejahatan genosida, menegaskan bahwa kejahatan Netanyahu telah melampaui kekejaman Hitler.

Israel membantah semua tuduhan yang dilayangkan terhadap mereka. Terkait insiden penembakan di koridor Netzarim, militer Israel mengklaim pasukannya hanya melepaskan tembakan peringatan ke arah orang-orang yang mendekat dan menyatakan "tidak mengetahui adanya individu yang terluka" akibat tembakan tersebut. Israel juga membantah tuduhan genosida, kejahatan perang, dan pelanggaran hukum internasional yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh seperti Greta Thunberg.

Sulit bagi media untuk memverifikasi jumlah korban secara independen di Jalur Gaza karena adanya pemblokiran oleh Israel dan kesulitan akses ke wilayah tersebut. Pembatasan ini menghambat jurnalis dan organisasi independen untuk masuk dan mengumpulkan data secara langsung, sehingga informasi seringkali harus bergantung pada laporan dari pihak-pihak yang terlibat atau sumber lokal yang terbatas.