Eskalasi Konflik Iran-Israel: Saling Serang Rudal dan Ancaman Nuklir Global Meningkat

Dalam "Operasi Rising Lion", Israel menargetkan program nuklir dan situs militer Iran. Target-target vital yang disasar termasuk fasilitas pengayaan uranium di Natanz, Isfahan, dan Fordo.

Status program nuklir Iran menjadi perhatian utama di tengah konflik ini. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan kehilangan jejak 409 kg uranium tingkat bom nuklir Iran dari fasilitas Isfahan setelah serangan Israel, dan memperingatkan risiko keselamatan nuklir yang meningkat. Iran mengklaim telah memindahkan material nuklirnya ke lokasi aman.

Mengenai pengembangan senjata nuklir, terdapat perbedaan pandangan:

• Israel: Menyatakan serangannya menunda kemampuan nuklir Iran selama 2-3 tahun.
• Intelijen AS (Tulsi Gabbard), IAEA, dan Presiden Rusia Vladimir Putin: Menyatakan Iran tidak sedang mengembangkan senjata nuklir.
• Presiden AS Donald Trump: Membantah penilaian intelijennya sendiri dan bersikeras Iran mengembangkan senjata nuklir.
• Iran: Menegaskan program nuklirnya bersifat damai.

Beberapa negara telah menunjukkan reaksi dan keterlibatan dalam konflik ini:

• Amerika Serikat dan Jerman: Mengirimkan bantuan militer ke Israel, dengan 14 pesawat kargo penuh alutsista mendarat di Israel. AS juga mengerahkan tiga kapal induk ke dekat Timur Tengah dan menjatuhkan sanksi baru terhadap industri pertahanan Iran.
• Irak: Menuduh 50 jet tempur Israel melanggar wilayah udaranya dalam misi serangan ke Iran, dan duta besar Irak telah melaporkan insiden ini ke PBB.
• Rusia: Presiden Vladimir Putin telah berkomunikasi dengan kedua belah pihak untuk membujuk mereka menghentikan konflik.
• PBB: Iran mengajukan keluhan resmi ke PBB terhadap Kepala IAEA terkait laporan kehilangan uranium.

Perkembangan kemampuan rudal Iran menunjukkan peningkatan signifikan. Israel mengakui bahwa akurasi rudal Iran meningkat tiga kali lipat, bahkan mampu menembus sistem pertahanan Iron Dome mereka. Selain itu, Iran juga dilaporkan menggunakan rudal berhulu ledak bom klaster untuk pertama kalinya dalam serangan ke Israel, yang oleh para ahli senjata dianggap mengerikan.

Konflik ini menimbulkan berbagai dampak dan kekhawatiran:

• Deklarasi Perang: Iran menganggap serangan Israel sebagai "deklarasi perang" dan tindakan "sewenang-wenang serta kriminal".
• Risiko Geopolitik: Muncul kekhawatiran mengenai potensi penutupan Selat Hormuz, yang merupakan jalur vital bagi perdagangan minyak dunia, yang dapat memicu krisis energi global.
• Peningkatan Sentimen: Sentimen anti-Arab meningkat di Israel setelah serangan rudal Iran mengenai kota mayoritas Arab.
• Ancaman Keamanan Siber dan Intelijen: Iran menangkap 54 orang yang diduga mata-mata Mossad, dan bursa kripto Iran diretas oleh kelompok pro-Israel.
• Penyebaran Disinformasi: Disinformasi dan video buatan AI menyebar luas di dunia maya, mempersulit identifikasi informasi yang akurat.
• Perluasan Konflik: Israel juga menyerang infrastruktur Hizbullah di Lebanon Selatan, menunjukkan potensi perluasan konflik ke wilayah lain.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk meredakan konflik:

• Inisiatif Iran: Iran menyatakan bahwa konflik bisa berakhir dengan satu panggilan telepon dari Presiden AS Donald Trump kepada pemimpin Israel.
• Tawaran Negosiasi AS: Presiden Trump menyatakan sulit menekan Israel untuk menghentikan serangan karena mereka "memenangkan" konflik, namun ia memberi Iran dua minggu untuk bernegosiasi.
• Mediasi Rusia: Presiden Rusia Vladimir Putin telah berkomunikasi dengan kedua belah pihak untuk membujuk mereka menghentikan konflik.

Konflik ini memiliki dampak signifikan terhadap warga sipil dan situasi internal di kedua negara:

• Di Iran: Warga Teheran dilanda ketakutan dan mengalami kekurangan pasokan kebutuhan dasar akibat situasi konflik.
• Di Israel: Sentimen anti-Arab meningkat di Israel setelah serangan rudal Iran mengenai kota mayoritas Arab, yang memicu ketegangan internal.