PBSI Ultimatum Atlet dan Pelatih Bulutangkis Nasional: Raih Juara Enam Bulan!

Fokus utama evaluasi yang dilakukan oleh PBSI di Pelatnas bulutangkis adalah untuk melakukan penilaian menyeluruh terhadap pemain, pelatih, dan metode pelatihan. Hal ini dilakukan karena prestasi bulutangkis Indonesia di semester pertama tahun 2025 belum sesuai dengan harapan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan performa dan memastikan atlet lebih fokus pada pencapaian prestasi dan gelar juara, bukan hanya sekadar memperbaiki peringkat.

Eng Hian adalah Kabid Binpres (Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi) Pelatnas. Dalam konteks evaluasi ini, perannya sangat penting sebagai pihak yang menekankan perlunya evaluasi, memimpin proses penilaian, serta menyampaikan hasil dan target yang telah ditetapkan oleh PBSI kepada publik dan pihak terkait.

Evaluasi menyeluruh ini dianggap perlu dilakukan karena prestasi bulutangkis Indonesia di semester pertama tahun 2025 dinilai belum memuaskan. Ada kekhawatiran bahwa beberapa atlet utama belum mencapai level elite yang diharapkan, dan program latihan yang ada belum berjalan optimal. Oleh karena itu, evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan melakukan perbaikan mendasar agar dapat meraih gelar juara di turnamen-turnamen mendatang.

Evaluasi Pelatnas bulutangkis menyoroti beberapa aspek penting, antara lain:

• Pencapaian pemain, khususnya bagi mereka yang sudah lama berada di Pelatnas.
• Pemberian target podium yang lebih jelas dan terukur.
• Perubahan pola pikir atlet agar lebih berorientasi pada prestasi dan gelar juara, bukan hanya peningkatan peringkat.
• Kualitas program latihan, baik dari segi teknik maupun fisik, yang dinilai masih jauh dari standar.
• Kondisi fisik atlet yang sering menyebabkan mereka 'mati sendiri' atau kehilangan fokus saat bertanding.
• Peran dan kinerja pelatih dalam membimbing dan mengembangkan atlet.

Menurut Eng Hian, berdasarkan evaluasi bersama pelatih, sebagian besar atlet utama bulutangkis Indonesia belum mencapai level elite. Pengecualian diberikan kepada sektor ganda putra yang dinilai sudah mencapai level tersebut, meskipun baru lima kali menjadi finalis. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara performa atlet saat ini dengan standar yang diharapkan untuk bersaing di level tertinggi.

PBSI menargetkan agar para atlet dan pelatih dapat meraih gelar juara dalam turnamen-turnamen yang akan berlangsung selama enam bulan ke depan. Target ini sangat ditekankan, terutama bagi atlet yang sudah lebih dari lima tahun berada di Pelatnas, menunjukkan urgensi untuk segera mencapai puncak prestasi dan membuktikan kemampuan mereka.

Eng Hian menjelaskan bahwa program latihan atlet masih jauh dari standar yang telah ditetapkan oleh pelatih, baik dari segi teknik maupun fisik. Akibatnya, banyak atlet yang mengalami kondisi 'mati sendiri' atau kehilangan fokus saat bertanding karena kondisi fisik mereka belum mencapai standar yang memadai untuk bersaing di level tinggi.

Siti Fadia Silva Ramadhanti menyoroti pentingnya peningkatan mental dan kepercayaan diri atlet, terutama pada poin-poin kritis di gim penentu. Ia menekankan bahwa peran psikolog sangat penting, diiringi dengan kemauan atlet untuk menerima dan memperbaiki kekurangan diri. Eng Hian menambahkan bahwa PBSI sebenarnya telah menyiapkan psikolog untuk Pelatnas sejak awal, namun yang lebih krusial adalah kualitas dan tujuan dari latihan atlet itu sendiri.

Setelah turnamen Indonesia Open 2025, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) merilis peringkat dunia terbaru dengan beberapa perubahan positif untuk atlet Indonesia:

• Jonatan Christie naik satu peringkat ke posisi empat dunia di sektor tunggal putra.
• Putri Kusuma Wardani naik satu peringkat ke posisi 11 di sektor tunggal putri.
• Pasangan ganda putri Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allessya Rose naik tujuh peringkat ke posisi 24.

Aaron Chia, pemain ganda putra Malaysia, menyambut baik usulan BWF terkait perubahan format turnamen. Perubahan ini mencakup peningkatan hadiah total dan perpanjangan durasi kompetisi menjadi 11 hari untuk turnamen kategori BWF World Tour Super 1000, seperti Indonesia Open. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik turnamen bagi para pemain dan penonton.