Donald Trump Timbang Opsi Serangan Militer AS di Tengah Konflik Iran-Israel

Konflik antara Iran dan Israel semakin memanas dengan saling melancarkan serangan rudal balistik dan drone. Eskalasi ini telah menyebabkan ratusan korban jiwa di kedua belah pihak dan menimbulkan kekhawatiran global akan potensi perang yang lebih luas.

Serangan rudal dan drone yang saling dilancarkan telah menimbulkan dampak signifikan:

• Di Israel: Dilaporkan 10 orang tewas dan sekitar 100 lainnya terluka di Haifa, Tel Aviv, dan Jerusalem akibat serangan Iran.
• Di Iran: Serangan Israel diklaim menewaskan 40 orang dan menyebabkan kerusakan bangunan di Tel Aviv. Iran juga membantah sengaja menyerang rumah sakit, meskipun Rumah Sakit Soroka terkena dampak.

Kedua belah pihak mengklaim telah menargetkan lokasi strategis:

• Iran mengklaim: Target utama serangan mereka adalah pangkalan militer dan intelijen Israel di dekat Rumah Sakit Soroka. Iran membantah sengaja menyerang fasilitas kesehatan dan menuduh Israel memulai konflik serta menargetkan warga sipil Iran.
• Israel mengklaim: Telah menyerang 250 lokasi di Iran, termasuk fasilitas nuklir Natanz dan Isfahan, serta fasilitas reaktor penelitian air berat Arak. Israel juga menargetkan fasilitas nuklir Fordo yang tersembunyi di bawah tanah, yang diyakini sulit dihancurkan tanpa bom khusus seperti GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) milik AS.

Posisi Amerika Serikat dalam konflik ini masih belum pasti. Mantan Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia belum memutuskan apakah AS akan bergabung dengan Israel dalam menghadapi Iran, menegaskan bahwa tidak ada yang tahu apa yang akan ia lakukan. Trump memiliki ide tentang tindakan yang harus diambil, tetapi belum membuat keputusan final karena situasi yang terus berubah. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Trump sempat menyetujui rencana serangan terhadap Iran tetapi menundanya. Opsi yang mungkin diambil Trump meliputi mengikuti tekanan Netanyahu untuk menyerang Iran, tidak menyerang secara aktif, atau menarik diri dari konflik.

Survei Washington Post menunjukkan bahwa hampir separuh warga AS (45%) menentang serangan udara terhadap Iran, sementara hanya 25% yang mendukung. Direktur Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard, bahkan tidak diizinkan mengikuti diskusi internal Gedung Putih karena pandangannya yang menentang intervensi AS.

Reaksi negara-negara besar lainnya beragam:

• Rusia: Memperingatkan AS agar tidak memberikan bantuan militer langsung kepada Israel, menyatakan tindakan tersebut akan memperburuk situasi secara radikal. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menyebut situasi antara Iran dan Israel kini kritis. Presiden Rusia Vladimir Putin juga meminta Israel untuk tidak menyerang PLTN Bushehr di Iran karena terdapat lebih dari 200 warga Rusia yang bekerja di sana, dan memperingatkan bahwa serangan ke PLTN Bushehr dapat memicu bencana besar seperti Chernobyl. Putin dan Presiden China Xi Jinping sepakat mengenai perlunya de-eskalasi konflik dan penyelesaian masalah melalui dialog.
• China: Secara tegas menentang kemungkinan AS ikut menyerang Iran demi membela Israel, menyerukan penghentian konflik dan meredakan situasi.

Ya, fasilitas nuklir Iran menjadi salah satu fokus serangan Israel. Israel mengklaim telah menyerang fasilitas nuklir Natanz dan Isfahan, serta fasilitas reaktor penelitian air berat Arak dan fasilitas nuklir Fordo yang tersembunyi di bawah tanah.

Namun, Iran membantah program nuklirnya memiliki tujuan militer. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) belum menemukan bukti kuat bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir secara aktif, sebuah kesimpulan yang juga didukung laporan intelijen AS. Iran juga mendesak IAEA untuk berhenti bersikap \"lamban\" dan mengecam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.

Kekhawatiran internasional terkait eskalasi konflik ini sangat tinggi, terutama mengenai potensi dampaknya terhadap stabilitas regional dan global:

• Penutupan Selat Hormuz: Ada kekhawatiran tentang kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz, jalur vital bagi perdagangan minyak dunia, yang berpotensi menyeret negara lain ke dalam konflik dan menyebabkan gejolak ekonomi global.
• Bencana Nuklir: Presiden Rusia Vladimir Putin secara khusus memperingatkan Israel untuk tidak menyerang PLTN Bushehr di Iran, karena terdapat lebih dari 200 warga Rusia yang bekerja di sana, dan serangan tersebut dapat memicu bencana besar seperti Chernobyl.
• Keterlibatan Pihak Lain: Eskalasi konflik berpotensi menarik lebih banyak aktor regional dan internasional, seperti Hizbullah Lebanon atau bahkan Amerika Serikat, yang dapat memperluas cakupan konflik.

Hizbullah Lebanon menyatakan dukungan penuh kepada Iran dan menegaskan tidak akan netral dalam konflik ini. Pernyataan ini muncul meskipun Amerika Serikat telah memperingatkan mereka untuk tidak terlibat.

Ya, ada beberapa insiden lain yang dilaporkan terkait konflik ini:

• Upaya Pembunuhan: Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengklaim telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, yang direncanakan oleh Israel.
• Sinyal Tak Terduga: Lonjakan pesanan pizza di sekitar Pentagon juga menjadi sinyal tak terduga menjelang serangan Israel ke Iran, sebuah fenomena yang pernah terjadi sebelum operasi militer AS sebelumnya.