Perang Israel-Iran Guncang Ekonomi Global, Rupiah Indonesia Tertekan Tajam

Kekhawatiran utama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati adalah dampak konflik Israel-Iran terhadap ekonomi Indonesia, khususnya kenaikan harga minyak yang signifikan (mencapai hampir 9%). Selain itu, konflik ini, ditambah ketidakpastian tarif dari Amerika Serikat, memicu volatilitas nilai tukar dan suku bunga global, yang secara langsung mempengaruhi kinerja ekspor, harga komoditas, dan rantai pasok Indonesia.

Konflik Israel-Iran memicu ketidakpastian di pasar global, yang berdampak pada beberapa aspek perekonomian:

• Kenaikan Harga Minyak: Harga minyak mentah melonjak, mencapai hampir 9%, yang dapat meningkatkan biaya produksi dan transportasi di berbagai sektor.
• Volatilitas Nilai Tukar dan Suku Bunga Global: Ketidakpastian geopolitik menyebabkan fluktuasi tajam pada nilai tukar mata uang dan suku bunga di seluruh dunia.
• Dampak pada Ekspor dan Rantai Pasok: Volatilitas ini juga memengaruhi kinerja ekspor Indonesia, harga komoditas, dan stabilitas rantai pasok global, yang bisa menghambat perdagangan internasional.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami pelemahan. Pada perdagangan Rabu pagi, 18 Juni 2025, Rupiah tercatat turun 0,08% menjadi Rp16.303 per Dolar AS. Pelemahan ini dipengaruhi oleh konflik Iran-Israel yang belum mereda serta intervensi Amerika Serikat yang membantu Israel, menciptakan sentimen negatif di pasar keuangan.

Pemerintah Indonesia berupaya menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan fiskal yang ekspansif. Langkah-langkah yang diambil meliputi:

• Restitusi: Mengembalikan kelebihan pembayaran pajak kepada wajib pajak.
• Stimulus: Memberikan insentif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor padat karya untuk mendorong aktivitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
• Optimalisasi APBN: Menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai \"shock absorber\" atau peredam guncangan, yang berarti APBN digunakan untuk menyerap dampak negatif dari gejolak ekonomi global dan domestik.

Terjadi serangan siber terhadap Bank Sepah, bank milik pemerintah Iran, yang diduga dilakukan oleh kelompok peretas bernama Gonjeshke Darande. Kelompok ini sendiri diduga memiliki keterkaitan dengan militer Israel.

Serangan siber tersebut menyebabkan dampak serius pada operasional bank-bank di Iran:

• Beberapa cabang Bank Sepah tidak dapat beroperasi.
• Pelanggan tidak dapat mengakses rekening mereka.
• Ada laporan bahwa semua data Bank Sepah telah dihancurkan.
• Dua bank Iran lainnya, yaitu Bank Kosar dan Bank Ansar, juga mengalami masalah serupa akibat serangan ini.
• Para ahli keamanan menilai bahwa kemampuan yang ditunjukkan dalam serangan ini setara dengan kemampuan sebuah negara, menunjukkan tingkat kecanggihan yang tinggi.

Meskipun sama-sama menghadapi tantangan, kekuatan ekonomi Israel dan Iran menunjukkan karakteristik yang berbeda:

• Israel: Menunjukkan ketahanan ekonomi yang lebih kuat, meskipun mengalami kontraksi signifikan sebesar 19,4% pada kuartal IV 2023 akibat perang dengan Hamas. Kontraksi ini menunjukkan dampak langsung dari konflik bersenjata.
• Iran: Mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% meskipun berada di bawah sanksi internasional yang ketat. Pertumbuhan ini menunjukkan kemampuan Iran untuk beradaptasi dan mencari cara untuk mempertahankan aktivitas ekonominya di tengah pembatasan.

Iran telah meminta Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya untuk menghentikan pembelian barang-barang dari Israel. Duta Besar Iran untuk Indonesia menyatakan bahwa tekanan ekonomi, seperti boikot produk, bisa menjadi langkah yang lebih efektif untuk menekan Israel dibandingkan dengan cara lain.

Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel, perdagangan antara kedua negara cukup signifikan. Pada tahun 2024, nilai perdagangan antara Indonesia dan Israel mencapai $237 juta. Angka ini menunjukkan bahwa Israel merupakan mitra dagang yang lebih besar bagi Indonesia dibandingkan dengan Iran, meskipun ada seruan boikot dari Iran.