Sektor pariwisata Indonesia, khususnya di Bali, menghadapi tantangan signifikan akibat tekanan ekonomi global yang berdampak pada okupansi hotel. Kondisi ini mendorong para pelaku industri, seperti Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), untuk mendesak pemerintah agar memberikan stimulus ekonomi yang lebih luas dan komprehensif guna mendukung pemulihan dan pertumbuhan sektor.
Kondisi Okupansi Hotel di Bali dan Strategi Perusahaan
Tekanan ekonomi global berdampak pada tingkat hunian hotel di Bali. Berikut adalah rincian mengenai kondisi salah satu pelaku usaha perhotelan dan strategi yang diterapkan:
-
Dampak pada Okupansi dan Pendapatan Hotel BUVA
- Tingkat hunian hotel PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) di Bali, yaitu Alila Ubud dan Alila Uluwatu, turun menjadi 53,8% hingga Mei 2025 dari 56% pada periode yang sama tahun sebelumnya akibat tekanan ekonomi global.
- Meskipun okupansi menurun, BUVA berhasil mempertahankan pertumbuhan pendapatan dengan menaikkan rata-rata harga kamar sebesar 11%.
- Manajemen BUVA optimistis kinerja akan membaik pada paruh kedua tahun 2025.
-
Strategi Kehati-hatian dalam Ekspansi dan Efisiensi Operasional
- BUVA memilih berhati-hati dalam ekspansi dan belum berencana menggandeng mitra global, dengan fokus pada ekspansi yang integral, selaras dengan konsep yang ada, dan biaya investasi terkontrol.
- Pascapandemi COVID-19, properti BUVA diklaim lebih efisien dan dapat tetap beroperasi dengan tingkat hunian titik impas 30-35%.
Usulan Stimulus Ekonomi dari Pelaku Industri Pariwisata
Menanggapi tantangan di sektor pariwisata, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) mengajukan beberapa usulan komprehensif kepada pemerintah:
-
Desakan Perluasan Paket Stimulus Ekonomi
- ASITA meminta pemerintah memperluas paket stimulus ekonomi, tidak hanya berupa diskon tiket pesawat sementara yang dinilai kurang berdampak luas.
- Mengusulkan agar diskon tarif pesawat diberlakukan secara umum, tidak hanya pada momen tertentu.
-
Usulan Insentif Fiskal dan Kebijakan Nonfiskal
- Pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
- Pencabutan pembatasan kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) untuk membantu industri perhotelan dan restoran.
- Percepatan penerapan bebas visa untuk wisatawan asing dari 30 negara.
-
Fokus pada Tenaga Kerja dan Proyeksi Optimistis
- Pemberian pelatihan bersubsidi bagi pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) agar dapat beralih ke sektor pariwisata.
- Dengan stimulus dan dukungan kebijakan yang tepat, ASITA memproyeksikan pertumbuhan omzet biro perjalanan sebesar 10-12% hingga akhir 2025.