Dampak Tarif Donald Trump pada Harga Produk

Dampak tarif Donald Trump pada harga produk sangat signifikan. Temukan analisis mendalam, data historis, dan efek jangka panjang dari kebijakan ini.

letter

Metrics

{"image":"https://statik.tempo.co/flash/data/flashgrafis/3877/Tarif-Trump-1.1.jpg","trendingStart":"2025-05-26T05:22:39.970Z","trendingEnd":"2025-05-26T05:22:39.748Z","updatedAt":"2025-06-06T11:39:06.244Z","articleCount":21}
letter

Berita

Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memicu dampak signifikan terhadap harga berbagai produk dan dinamika perdagangan global. Sejumlah perusahaan besar sebelumnya telah merespons dengan rencana kenaikan harga, namun perkembangan terbaru, termasuk keputusan pengadilan, kesepakatan dagang, serta dampak pada negara lain dan aspek sosial, telah menambah kompleksitas situasi ini. Rangkuman berikut menyajikan perkembangan utama terkait kebijakan tersebut, respons pasar, serta implikasi ekonomi dan sosial lainnya.

Kebijakan Tarif yang Diterapkan dan Perkembangan Hukum

  • Tarif Impor Umum dan Khusus Tiongkok
    • Penerapan tarif dasar 10% untuk sebagian besar barang impor.
    • Penerapan tarif 30% untuk barang-barang yang diimpor dari Tiongkok.
  • Negosiasi dengan Uni Eropa
    • Presiden Trump menunda penerapan tarif 50% terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli 2025 untuk memberi waktu negosiasi. Batas waktu sebelumnya adalah 1 Juni. Penundaan ini dilakukan setelah permintaan dari Presiden Komisi Eropa.
    • Uni Eropa saat ini telah menghadapi tarif impor AS sebesar 25% untuk baja, aluminium, dan mobil, serta tarif balasan tambahan 20%.
    • Perpanjangan waktu diskusi dagang AS-Uni Eropa sempat meredakan kekhawatiran pasar dan berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia pada perdagangan Senin (26/5) (minyak Brent naik 0,6% menjadi US$65,15 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 0,6% menjadi US$61,87 per barel).
  • Pembatalan Sebagian Tarif oleh Pengadilan AS
    • Pengadilan Federal/Perdagangan Internasional AS membatalkan atau memblokir sebagian besar kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden Trump.
    • Putusan pengadilan menyatakan bahwa Presiden Trump telah melampaui batas kewenangannya, menegaskan bahwa Konstitusi AS memberikan wewenang eksklusif kepada Kongres untuk mengatur perdagangan.
    • Semua tarif yang didasarkan pada Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) juga dibatalkan.
    • Pemerintahan Trump diperintahkan untuk mengeluarkan perintah baru yang mencerminkan putusan pengadilan dalam waktu 10 hari, meskipun dilaporkan mengajukan banding atas putusan tersebut.

Dampak Kenaikan Harga pada Produk dan Perusahaan (Sebelum Putusan Pengadilan)

  • Perusahaan Terdampak
    Sejumlah perusahaan besar mengumumkan atau mengisyaratkan rencana kenaikan harga jual produk mereka di Amerika Serikat sebagai respons terhadap tarif, termasuk:
    • Walmart
    • Adidas
    • Mattel (produsen mainan)
    • Best Buy (pengecer elektronik)
    • Shein (mode cepat)
    • Temu (e-commerce)
    • Ford (otomotif)
    • Subaru (otomotif)
    • Procter & Gamble (barang konsumsi)
    • Stanley Black & Decker (perkakas)
    • Nintendo (konsol dan permainan video)
    • Sony (elektronik dan hiburan)
  • Kategori Produk Terdampak
    Kenaikan harga diperkirakan akan memengaruhi berbagai produk, di antaranya:
    • Bahan makanan
    • Mainan
    • Produk elektronik
    • Kendaraan
    • Pakaian dan produk mode
    • Perkakas rumah tangga
  • Waktu Kenaikan Harga
    • Kenaikan harga diperkirakan mulai berlaku pada akhir Mei atau Juni 2025, dengan besaran yang bervariasi tergantung pada produk dan perusahaan.
    • Beberapa perusahaan telah menyesuaikan harga atau berencana melakukannya dalam waktu dekat untuk mengimbangi biaya tambahan akibat tarif impor.

Implikasi Ekonomi Lainnya

  • Pergerakan Dolar AS
    • Sebelum putusan pengadilan, Dolar AS mengalami pelemahan berkelanjutan, dengan Indeks Dolar AS (DXY) turun 8,64% sejak awal tahun hingga 23 Mei 2025, disebabkan oleh perang dagang agresif AS dan kekhawatiran resesi.
    • Pasca putusan pengadilan yang membatalkan sebagian tarif, Dolar AS dilaporkan menguat seiring respons positif pasar.
  • Harga Minyak Dunia
    • Harga minyak mentah dunia sempat naik sebagai reaksi terhadap perpanjangan waktu negosiasi dagang AS-Uni Eropa, yang meredakan kekhawatiran pasar terhadap eskalasi tarif lebih lanjut.
  • Reaksi Pasar Global terhadap Perkembangan Kebijakan Tarif dan Dagang
    • Wall Street dibuka menguat setelah Pengadilan Federal membatalkan sebagian tarif impor Trump (Dow Jones Industrial Average naik 0,22%, S&P 500 melonjak 0,87%, dan Nasdaq Composite melesat 1,51%).
    • Saham Nvidia (NASDAQ: NVDA) juga mendorong pasar dengan lonjakan penjualan kuartalan sebesar 69%, sebagian didorong oleh pembelian chip AI sebelum pembatasan ekspor AS ke Tiongkok.
    • Ekuitas di seluruh Asia juga dilaporkan melonjak sebagai respons positif pasar keuangan terhadap pembatalan tarif.
    • Kesepakatan dagang permanen antara AS dan Inggris yang dicapai pada 8 Mei 2025, serta kesepakatan sementara AS dan Tiongkok pada 12 Mei 2025, turut meredakan ketegangan perdagangan dan disambut baik oleh pelaku pasar.
    • Perkembangan ini mendorong penguatan pasar keuangan global, penurunan volatilitas, dan peningkatan aliran modal masuk (capital inflow) ke negara-negara berkembang, meskipun dampak ketegangan geopolitik di Indonesia dilaporkan masih terbatas menurut OJK.
  • Pandangan dan Respons Federal Reserve (The Fed) serta Bank Sentral Lainnya
    • Risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed menyoroti kehati-hatian terhadap dampak perang dagang, khususnya kebijakan tarif Presiden Trump.
    • The Fed menyatakan kekhawatiran bahwa tarif dapat memperburuk inflasi dan menciptakan dilema kebijakan suku bunga (istilah "tarif" disebut sebanyak 32 kali dalam risalah).
    • Meskipun ada kekhawatiran terhadap inflasi dan ketidakpastian perdagangan, The Fed melihat pertumbuhan ekonomi AS masih "solid", pasar tenaga kerja "seimbang", dan konsumsi masyarakat kuat.
    • The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan dan menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai prospek inflasi serta aktivitas ekonomi.
    • Ketidakpastian ekonomi dinilai "sangat tinggi dan tidak biasa," dengan proyeksi pertumbuhan PDB direvisi turun.
    • Data pertumbuhan ekonomi global pada kuartal pertama 2025 menunjukkan pelemahan disertai penurunan inflasi, mendorong bank sentral di berbagai negara untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
  • Respons Ekonomi Jepang terhadap Tarif AS
    • Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, menyatakan bahwa ekonomi Jepang mampu menahan dampak kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS) dan mempertahankan siklus inflasi yang disertai pertumbuhan upah.
    • Meskipun mengakui potensi dampak negatif tarif terhadap ekspor dan investasi, laba korporasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat diharapkan menjadi penyangga.
    • BOJ memperkirakan inflasi konsumen inti akan stagnan untuk sementara waktu, namun tetap meyakini adanya momentum menuju target inflasi 2%.
    • Ueda menegaskan bahwa keputusan terkait waktu kenaikan suku bunga akan bergantung pada perkembangan ekonomi dan harga di masa depan, tanpa memberikan sinyal spesifik.

Respons Nasional dan Isu Perdagangan Terkait

  • Langkah Antisipasi Pemerintah Indonesia
    • Pemerintah Indonesia sedang mengambil langkah antisipasi terhadap dampak kebijakan tarif resiprokal AS, salah satunya melalui rencana deregulasi impor dan ekspor.
    • Kebijakan tarif AS berpotensi mendorong negara-negara lain untuk melakukan proteksionisme, sehingga pemerintah berupaya memperkuat sistem perlindungan perdagangan Indonesia, termasuk memperkuat instrumen *trade remedies*.
    • Pemerintah juga berupaya memanfaatkan jeda waktu (misalnya, 90 hari sebelum tarif baru diberlakukan) untuk mencapai kesepakatan terbaik, terutama untuk sektor manufaktur, elektronik, dan tekstil.
  • Isu Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC)
    • Polemik seputar Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) kembali mencuat di Indonesia. Perjanjian internasional ini tidak diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia sejak 2002.
    • FCTC dianggap sebagai alat tekanan terhadap negara-negara produsen tembakau. Indonesia, dengan ekosistem pertembakauan yang kuat, menolak meratifikasi FCTC untuk melindungi kepentingan nasional.
    • Ahli Hukum Internasional Hikmahanto Juwana menilai keputusan Indonesia untuk tidak meratifikasi FCTC sebagai bentuk perlindungan kedaulatan nasional, dan menyebut adanya upaya menyisipkan ketentuan FCTC meskipun Indonesia menolak sebagai bentuk "penjajahan model baru" melalui instrumen hukum internasional.
  • Dampak Kebijakan Imigrasi AS pada Penerima Beasiswa LPDP
    • Sebagai dampak dari kebijakan imigrasi yang diperketat oleh Presiden AS Donald Trump, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah menyiapkan tiga opsi untuk para penerima beasiswa yang mengalami kesulitan mendapatkan visa: penundaan studi, perpindahan ke universitas lain, atau perkuliahan daring.
    • Saat ini, terdapat 360 penerima beasiswa LPDP yang akan melanjutkan studi di AS, dengan sebagian telah memiliki visa dan sebagian lainnya masih dalam proses pengajuan.
    • LPDP juga menanggapi penangguhan hak sponsor Harvard University dalam penerbitan visa F1 dan J1, yang memungkinkan mahasiswa asing termasuk penerima beasiswa LPDP untuk melanjutkan studi secara normal.
    • LPDP terus memantau perkembangan di AS, mengimbau para penerima beasiswa untuk tidak bepergian ke luar wilayah AS, dan berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh bagi para penerima beasiswa.

Informasi ini dirangkum dari berbagai sumber berita untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai dampak kebijakan AS dan perkembangan terkait.

play_circle

Video

gallery_thumbnail

Gambar

article

Sumber

we are hiring

We are hiring 🎉

Siap Berkarir dan Berkembang Bersama?

Lamar sekarang

Berita terkini dan terbaru setiap hari. Update nasional, internasional, dan trending, cepat serta terpercaya untuk kebutuhan informasi Anda.